GreenEDU

SMPN 209 JAKARTA TIMUR: BUDIDAYA PADI DAN SAYUR ORGANIK

ORANGTUAIDAMAN.COM – SMPN 209 di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, menyimpan banyak potensi dalam aksi penghijauan.

Di lahan seluas 4.000 m2, lingkungan sekolah ini tampak asri dengan aneka tanaman produktif seperti mangga, sirsak, dan tanaman obat keluarga (toga).

Selain itu juga membudidaya padi di lahan sempit. Menanam padi organik di dalam ember merupakan salah satu bentuk kepedulian siswa dan guru SMPN 209 terhadap program sekolah hijau. Menurut Suhri, guru Bahasa Indonesia yang juga berperan sebagai pembina program penghijauan, kegiatan bercocok tanam di sekolah bertujuan untuk mengedukasi para siswa untuk mengenal lebih dekat lingkungan.

“Saya ingin mengajarkan kepada siswa, bahwa di perkotaan pun padi masih dapat tumbuh subur. Bahkan di lahan sempit pun kita masih bisa menyiasatinya. Misalnya dengan menggunakan pot atau ember seperti ini,” ujar Suhri.

Diakui Suhri, ide menanam padi di dalam ember ia dapatkan berkat info yang diperoleh dari para kerabatnya di Ciamis, Jawa Barat. “Kerabat saya bilang, saya juga bisa menjadi petani yang memakai dasi dan sepatu. Ketika saya tanya apa maksudnya? Dia akhirnya mengenalkan saya dengan Padi Inpari 13. Padi ini merupakan salah satu padi yang bisa ditanam di dalam pot atau ember, sehingga cocok diterapkan di lahan sempit seperti kota Jakarta,” kata Suhri yang memang terlahir di tengah keluarga yang sangat kental dengan dunia pertanian.

Memang, sejak dirintis tahun 2009, lahan yang tersedia di sekolah masih sangat terbatas dan harus menggunakan sebagian area lapangan sekolah. Namun kini, setelah menemukan lahan kosong di atap mushola, ember-ember berisi padi itu pun dipindahkan ke loteng di lantai dua.

Sebelum konsep ini dipraktikkan di sekolah, terlebih dulu Suhri melakukan uji coba di rumah. “Pertama saya coba 15 ember, ternyata berhasil. Kemudian ditambah menjadi 50 ember, dan berhasil lagi. Ketika saya ditunjuk sebagai pembina untuk penghijauan sekolah, saya pun mengusulkan kegiatan ini kepada kepala sekolah SMPN 209, Bapak Asril Rusdi. Alhamdulillah beliau setuju dan sangat mendukung sekali kegiatan ini,” kenangnya.

400 Ember Padi Organik

Tepatnya Juli 2011, esktrakulikuler (ekskul) bercocok tanam mulai dibentuk. Tak disangka peminatnya lumayan banyak. Saat ini jumlah anggotanya terdiri dari 50 siswa kelas VII dan 50 siswa kelas VIII. Tentunya sebelum terjun ke lapangan, siswa terlebih dahulu diberi pemahaman tentang teknik bercocok tanam padi. Misalnya, presentasi mengenai tanaman padi secara umum, serta tahapan budidayanya, seperti teknik memilih benih yang baik, mengairi, kemudian memasukkan gabah ke dalam batang pohon pisang sebelum ditanam di dalam ember. “Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari Jumat sebelum dan sesudah sholat Jumat, dan berlangsung selama satu sampai dua jam,” terangnya.

Dengan memanfaatkan lahan tidur di sekitar sekolah, Suhri berharap para generasi muda di sekolah ini bisa turut serta meningkatkan ketersediaan pangan dan kesehatan. Sehat yang dimaksud di sini karena dalam proses penanaman tidak menggunakan pupuk urea, melainkan  pupuk kandang (organik).

“Lahan” seluas 100 m2 di atap sekolah, namun mampu menampung sekitar 400 ember padi. Padi Inpari yang dibudidayakan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan atau 110 hari untuk bisa dipanen. Agar hasilnya maksimal, media tanamnya berupa campuran tanah dan sekam  dengan perbandingan 70 : 30. Hal itu dibuktikan, dari satu batang benih yang ditanam dalam sebuah ember, akan menghasilkan 100 anakan.

Hasil panennya bisa mencapai 30 kg gabah. Bulir padi yang sudah dirontokkan dari batangnya kemudian dibawa ke rumah penggilingan padi di kawasan Lubang Buaya Jakarta Timur. Setelah digiling bobotnya akan menyusut menjadi 20 kg beras. “Bulir padi yang sudah digiling, berasnya kita ambil. Kulit gabahnya (sekam) digunakan sebagai alas di kandang peternakan ayam. Nah, jika sudah cukup banyak, kulit gabah yang sudah tercampur kotoran ayam tersebut kita minta lagi sebagai pupuk kandang,” jelas pria asal Ciamis ini.

Sejauh ini, hasil panen masih untuk dikonsumsi sendiri. Beras hasil panen biasanya dikumpulkan dan jika sewaktu-waktu ada acara sekolah, akan dimasak untuk dinikmati bersama.

Kebun Sayuran Organik

SMP Negeri 209 juga membudidayakan tanaman sayur, seperti cabai, bayam, kangkung, dan jagung. Semua itu dilakukan menggunakan metode penanaman organik. “Kami senang dengan kegiatan ini, karena berkebun itu mengasyikan,” kata salah seorang siswa.

Umumnya sayuran yang ditanam merupakan tanaman yang cepat masa panennya. Agar tumbuh lebat dan subur, media tanam menggunakan tanah dan sekam dicampur kotoran ayam (pupuk kandang). Hasilnya, bibit yang ditanam akan tumbuh subur, hijau, dan lebat.

Salah satu penemuan terbaru Suhri adalah membuat pupuk cair dari urine manusia. “Di luar negeri, urine itu adalah pupuk yang luar biasa,” tambahnya. Setelah melakukan uji coba di rumahnya, hasilnya pun terbukti. Tanaman padi yang ia tanam tumbuh hijau dan sangat subur dengan jumlah anakan yang semakin banyak.

“Kalau di rumah, saya ajak keluarga untuk menampung urine yang dihasilkan setiap hari. Tapi kalau di sekolah partisipasi datang dari anggota ekskul,” ucapnya mengakhiri perbincangan.

Membuat Pupuk Cair dari Urine

  1. Tampung air urine dalam wadah (bisa botol atau baskom) lalu dicampur air, agar suhunya normal (dingin).
  2. Diamkan selama 3 – 4 hari sampai terfermentasi.
  3. Tambahkan bumbu dapur atau rempah seperti kunyit, sereh, lengkuas, dan sebagainya. Fungsinya untuk mengurangi bau pesing yang dihasilkan dari urine tersebut.
  4. Cairan urine siap digunakan sebagai pupuk cair.
error: Content is protected !!