DifaEDU

ANAK AUTIS TERNYATA PUNYA POTENSI POSITIF, INI DIA!

ORANGTUA IDAMAN – Autis Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan perilaku.

Umumnya, gejala autis muncul pada saat anak berusia 2 tahun. Menurut American Psychiatric Association, penderita ASD berkesulitan berkomunikasi dan berinteraksi, kurang berinisiatif, dan senang melakukan perilaku berulang. Gejala seperti itu berdampak terhadap prestasi di sekolah, tempat kerja, serta di bidang kehidupan sosial lain.

Autisme dikenal sebagai gangguan “spektrum” karena memiliki variasi luas dalam hal tingkat keparahan serta gejalanya. Selain autisme, ASD juga meliputi Sindrom Asperger, gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS), dan Sindrom Heller.

Berikut adalah beberapa contoh perilaku yang umumnya nampak pada penyandang ASD:

PERILAKU KOMUNIKASI (Interkasi Sosial)
1. Tatapan mata minim atau malah tidak konsisten.
2. Cenderung tidak melihat atau mendengarkan lawan bicara.
3. Jarang atau tidak pernah memberikan ekspresi kesenangan atau perasaan lain terhadap sesuatu, atau minim memberikan respon aktivitas yang dilakukan bersama orang lain.
4. Tidak memberikan respon atau lambat menanggapi seseorang yang memanggil namanya, atau rangsangan verbal lainnya yang diberikan oleh orang lain.
5. Mengalami kesulitan membalas percakapan.
6. Sering berbicara panjang lebar tentang hal yang disukai, tanpa menyadari bahwa orang lain tidak tertarik, tidak memberikan kesempatan orang lain untuk memberikan respon.
7. Ekspresi wajah, gerakan, dan gerak tubuh tidak sesuai dengan yang diucapkan.
8. Nada suara tidak normal. Terdengar seperti nyanyain, datar, atau seperti robot.
9. Mengalami kesulitan memahami sudut pandang dan tindakan orang lain.
PERIKAKU BERULANG
1. Senang mengulangi perilaku tertentu, atau perilakunya terlihat tidak normal. Misalnya: mengulang-ulang kata atau frasa yang sama. Perilaku seperti ini disebut sebagai echolalia.
2. Memiliki ketertarikan yang kuat pada topik tertentu. Misalnya: angka dan detil.
3. Memiliki minat yang terlalu fokus kepada obyek bergerak, atau bagian tertentu dari sebuah obyek.
4. Mudah marah karena adanya sedikit perubahan rutinitas.
5. Kurang sesnitif terhadap rangsang sensorik. Misalnya cahaya, kebisingan, dan suhu.
6. Pengidap ASD juga sering mengalami gangguan tidur atau sulit tidur.

Potensi Terpendam Anak ASD
Orangtua dengan anak pengidap ASD tak perlu berkecil hati. Sebab, meskipun penderita ASD menghadapi banyak tantangan, mereka ternyata juga memiliki banyak potensi yang kuat, misalnya:
1. Mampu mempelajari berbagai hal secara detil.
2. Mengingat informasi dalam jangka waktu yang lama.
3. Menjadi pembelajar visual dan pendengar yang baik.
4. Unggul dalam matematika, sains, musik, atau seni.

Sampai saat ini, para ilmuwan belum menemukan secara pasti penyebab ASD. Penelitan menunjukkan dugaan awal bahwa faktor genetik bersama faktor lingkungan dapat memicu anak menjadi pengidap ASD. Berbagai faktor dapat memicu munculnya ASD yaitu :
1. Memiliki hubungan darah dengan penyandang ASD.
2. Memiliki orangtua yang telah berusia lanjut.
3. Memiliki runutan tetua dengan genetik penyandang sindrom Down, Sindrom Fragile X yang menyebabkan kelainan mental, dan sindrom Rett.
4. Bobot badan yang terlalu kecil saat lahir.

Sumber:
The National Institute of Mental Health Information Resource Center

error: Content is protected !!