BISNIS RUMAHAN

ARTS DUMMY: PELUANG BESAR REPLIKA KULINER

ORANGTUA IDAMAMAN – Wujudnya nyaris sesuai aslinya dengan ukuran yang sama, replika aneka makanan ini punya potensi pasar yang besar. Anda yang punya usaha kuliner, barangkali bisa memanfaatkan jasanya.

Berbicara seni tak akan ada habisnya. Selalu saja ada kesenian baru muncul dengan keunikan dan juga pengembangannya. Para pelaku seni biasanya tidak memikirkan berapa pengeluaran dan pendapatan dari kesenian yang dibuat, dapat menghasilkan karya saja sudah cukup menambah koleksi. Namun, banyak juga yang tanpa sengaja lewat keterampilan dan kreativitas menjadi pengusaha. Salah satunya, Stefanus Susanto (60) yang rela mempelajari ilmu seni replika di Korea Selatan selama 4 tahun.

Replika bebek panggang

Berbekal ilmu tersebut ia mendirikan Arts Dummy, usaha replika kuliner tahun 2007. Bisnis replika pertama di Asia Tenggara ini berbeda dengan usaha sejenisnya. Kalau usaha lain membuat replika dalam bentuk kecil atau dikenal dengan istilah miniatur, produk replika miliknya sesuai dengan bentuk asli. Bila kita ke gerainya di Jakarta, kita akan menjumpai duplikat sajian beragam makanan. Misalnya pizza, muffin, satai padang, sushi, baso. Tak ketinggalan tiruan aneka minuman bir, jus, es krim dalam ukuran sebenarnya.

Menariknya lagi, sajian seperti bebek peking dengan beberapa minuman pendukungnya tertata rapi di meja makan seolah kita berada dalam ruang makan. Berbagai tiruan kuliner dunia juga tersusun rapi di beberapa rak lainnya.

Berbahan plastic jelly yang diimpor dari Korea membuat replika ini nyaris tak bisa dibedakan dengan bentuk aslinya. Dalam membuat replika, Stefanus tidak hanya memakai satu macam plastic jelly untuk menghasilkan visualisasi 3 dimensi, tapi mencapai 50 jenis. Bahan ini dipilih lantaran tingkat kelenturan dan kekenyalannya baik, hingga mudah dibentuk. Bila sudah jadi, replika dapat bertahan 10 tahun. Syaratnya, penyimpanan replika ini harus di tempat  yang sejuk,  karena jika terkena sinar matahari yang mengandung UV warna replika akan pudar.

Proses pengerjaan dilakukan dengan melihat contoh barang asli yang dibawa pelanggan, bukan dari foto. Jika memakai foto, bentuk detail dan ukuran dari replika belum tentu sesuai dengan bentuk aslinya. Setelah itu bahan dicetak. Cetakan ini lalu dimasukkan ke oven dengan pemanasan  berdasar jenis karet (umumnya 1400C) selama lebih kurang 30 menit.  Habis itu, dilakukan  pewarnaan dengan cat keramik. Wadah yang dipakai berbahan sesuai aslinya. Ada bahan keramik dan juga beling yang membuat replika berat saat diangkat.

Dalam pembuatan replika ini, replika sayur terbilang sulit dibikin. Soalnya, sayur memiliki tingkat ketebalan yang spesifik plus adanya serat di permukaannya. Jika helaian sayur dibuat tebal, bisa meleset bila dibandingkan dengan bentuk aslinya, sedangkan jika terlalu tipis akan mudah pecah. Berdasarkan tingkat kesulitan dan ukuran replika tersebut, Stefanus menentukan harga jual. Penawarannya  berkisar Rp 100 ribu-Rp 5 juta. Dengan modal bahan baku dan mood, ia dapat mengerjakan 1 replika selama seminggu. “Ini kan produk handmade, bukan produksi pakai mesin. Jadi, tidak dapat dihitung secara rutin,” ujar Stefanus ditemui di kedai makan miliknya.

Target Pasar

Stefanus menilai pasar kuliner di Indonesia sedang tumbuh, sementara banyak orang tidak tahu tata cara menata makanan. Padahal seni penyajian makanan sangatlah penting untuk memikat pembeli. Target inilah yang dijadikan Arts Dummy untuk membantu pengusaha kuliner memasarkan produk asli mereka. Alasannya, jika menggunakan makanan atau minuman asli tidak tahan lama. Sedangkan dengan replika bisa tahan lama dan nampak selalu atraktif.

Sejauh ini usaha restoran, hotel, kafe, dan usaha lain yang bergerak dalam bidang kuliner adalah target pasar yang empuk. Sekitar 100 pengusaha telah menjadi pelanggan tetapnya. Diantaranya: Ajisen, Baskin Robbins, JCO, Holycow Steak, Diamond, dan Hoka-Hoka Bento.

Tidak itu saja, pedagang kaki lima di Bali juga memakai jasanya. Gerai Arts Dummy di Bali lebih sering didatangi pengusaha kuliner pedagang kaki lima karena turis akan tertarik memesan makanan bila melihat wujud aslinya. Ditambah lagi dengan tingginya nilai seni di mata daerah Bali. Perkembangannya pun lebih meningkat dibanding Jakarta. Sampai saat ini, total replika yang ada di Arts Dummy Bali sebanyak 300 buah. Meskipun pasar Arts Dummy pengusaha kuliner, replika dapat juga digunakan sebagai alat bantu penjelasan kepada siswa/i untuk memahami materi pelajaran di sekolah tentunya yang berkaitan dalam bidang kuliner.

Bagi siapa saja yang ingin menggunakan jasanya, pemesanan di Arts Dummy bisa dilakukan via telp, fax, atau email. Pembayaran 50% di muka berarti resmi menjadi klien. Selanjutnya tinggal menunggu dihubungi bila pengerjaan selesai. Untuk memasarkan, Stefanus memanfaatkan website. Selain itu, setiap tahunnya, ia  mengikuti pameran Food&Beverages Product yang diadakan di Kemayoran, Jakarta.  “Harapan saya, Arts Dummy lebih dikenal masyarakat sebanyak mungkin dan rencananya saya akan buka outlet di Surabaya,” ungkap   Stefanus.

Sudah Lebih Dari 25 Tahun

Arts Dummy adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang replika, khusus untuk makanan dan minuman. Arts Dummy atau Arts Replica Food&Beverage diproduksi oleh P.D. Guten Braun yang berkecimpung lebih dari 25 tahun di dunia kuliner. Sebagai pemegang lisesnis International perusahaan terbesar di Asia, kehadirannya berguna untuk kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya dan industri kuliner pada khususnya. Arts Dummy juga memudahkan visualisasi produk yang tepat dan nyata dengan pengembangan, pendistribusian produk ke seluruh Indonesia. (orangtuaidaman.com)

Keuntungan Penggunaan Replika

  • Sebagai bahan promosi untuk menarik perhatian
  • Efisien dan ekonomis
  • Membantu memasarkan produk asli
  • Menimbulkan rasa ingin mencoba
  • Menaikkan omzet perusahaan
  • Ada  nilai seninya
error: Content is protected !!