BUDIDAYA MANDAR, MERAUP UNTUNG TANPA MERUSAK KELESTARIAN LINGKUNGAN
ORANGTUA IDAMAN – Membiakkan burung liar ternyata sangat sederhana dan tidak selalu harus dilakukan oleh seorang ahli. Buktinya Agus Santoso berhasil membiakkan Madar kelam (Gallinula chloropus). Unggas unik yang masih jarang dikembang biakkan.
Populasi mandar saat ini mulai menipis. Unggas berbulu indah ini banyak diburu lantaran warna bulunya yang indah serta cita rasa dagingnya yang lezat. Jika kita berkunjung ke pasar hewan, kita akan menjumpai banyak mandar yang dijual. Burung air ini banyak diminati oleh golongan berduit. Ia cocok dipelihara di taman yang luas. Biasanya mandar hidup berdampingan dengan belibis di sebuah kolam. Sayangnya, pehobi burung hias masih sangat jarang yang berhasil membiakkan mandar.
Di dalam kandang sederhana berukuran lebar 2 m, panjang 3m, dan tinggi 2m Agus Santoso mulai bereksperimen membudidayakan mandar. Mulanya jenis mandar yang ia budidayakan yaitu jenis mandar kelam (Gallinula chloropus). Unggas ini sering dijuluki sebagai red mahkota. Lantaran di bagian kepalannya terdapat jengger lebar berwarna merah. Saat ini Agus sedang menciba membudidayakan jenis mandar padi sintar (Gallirallus striatus). Burung dengan warna bulu lurik ini juga disebut sebagai mandar zebra. Agus memiliki mandar padi sintar sebanyak 3 ekor.
Berkat ketekunan Agus, burung-burung mandar tersebut berhasil berkembang biak di dalam kandangnya. Karena jumlahnya yang kian membengkak pria berkacamata itu merasa kualahan. “Kalau mau dijual sebenarnya saya bisa untung gede. Tapi niat saya bukan mencari untung. Melainkan melestarikan unggas ini,”. Terang Agus sambil memegangi anak mandar berusia 2 minggu.
Dibantu Kerabat Dekat
Biaya hidup mandar kian melar. Agus akhirnya menghibahkan sebagian mandar kesayangannya kepada Muhammad Syamsuri Alharis tetangga dekatnya. Secara finansial pria yang akrab dipanggil Jais tersebut memang lebih memungkinkan menjadi bapak asuh bagi para mandar. Mulannya Agus hanya memberi sepasang mandar kepada jais. Agus harus melatih Jais lebih dulu seluk-beluk merawat mandar. Setiap sore Agus menyempatkan diri melakukan “inspeksi mendadak” ke rumah Jais. Tujuannya untuk mengontrol kondisi kandang, menanyakan perawatan harian yang sudah dilakukan dan melakukan “sensus” terhadap mandar milik Jais. “Pak Agus selalu memesan saya agar selalu merawat mandar secara baik dan tidak mudah menjual mandar kepada sembarang orang,” seloroh Jais.
Bahkan sekitar 4 bulan yang lalu, Agus sempat mebrikan burung mandarnya kepada kawannya yang memiliki kebun binatang mini di kota Kendal. Meski Cuma melalui telepon, hingga saat ini Agus masih sering menanyakan nasib burung mandarnya itu. Menurut Jarot Suyadi, pemilik kebun binatang mini bernama Agrowisata Tirta Arum Baru tersebut, Agus memang berpesan agar tidak menjual burung mandar yang sudah diberikannya itu. “Mungkin burung mandar ini bisa disebut sebagai “Mahar” atau tali asih dari Agus. Jadi saya tidak bisa sembarangan memberikan atau menjual burung ini kepada orang lain,” terang Jarot.
Sekarang jumlah Mandar milik Jais memang sudah lumayan banyak. Yaitu berjumlah 35 ekor. Sepasang Madar yang dipelihara di depan rumah nampak sedang mengeram. Pasutri mandar itu dipelihara dalam kandang berukuran panjang 3m, lebar 1m dan tinggi 1,5m. Fasilitas yang terdapat dalam kandang itu diantaranya yaitu 1 kamar berterlur berukuran panjang 0,5m dan lebar 1m. Tepat di depan kamar bertelur terdapat kolam renang berukuran panjang 1m, lebar 1m dan kedalaman 0,5m. Jadi jika induk mandar merasa gerah dan capai mengeram bisa langsung terjun ke dalam kolam lantas santai berenang. Fasilitas lain yang terdapat dalam kandang penjodohan yaitu tanaman perindang. Selain bisa berfungsi sebagai perindang, tanaman tersebut juga sebagai menara pengawas bagi mandar untuk mengamati kondisi sarang.
Mudah dibudidayakan
Menurut Agus, budidaya mandar sebenarnya mirip seperti memelihara ayam. Bahkan unggas ini bersifat lebih tahan banting bila dibandingkan dengan ayam. “Kita tak perlu takut kalau-kalau mandar terserang panyakit. Sebab, sifat liarnya membuat burung ini memiliki berdaya tahan tubuh yang baik,” terang pria ramah itu.
Induk mandar siap kawin jika sudah berusia 7 – 9 bulan. Mandar jantan memiliki ukuran mahkota yang lebih lebar bila dibandingkan dengan mandar betina. Warna mahkotanya pun lebih merah ketimbang induk betina. Induk mandar yang sehat mampu bertelur sebanyak 8 butir.
Induk jantan serta betina bergantian sewaktu mengerami telur. Saat mendapat giliran mengeram, mandar akan berperangai galak. Ia akan bergegas meninggalkan sarang dan menghampiri siapa saja yang berani mendekati sarangnya. Jika nekad, mandar tersebut tak segan-segan akan meberi hadiah patukkan maut. Sementara itu, mandar yang tidak mengeram akan selalu siap mengawasi sarang dari atas pohon. Jika merasa ada bahaya, mandar tersebut akan memberi kode kepada mandar yang lagi mengeram. Tak lama setelah kode diterima, unggas berjengger merah itu akan menongolkan kepalanya keluar dari sarang untuk mengawasi suasana di luar.
Nah, makanya kandang penjodohan mandar harus dibuat di tempat yang tenang. Sebab jika merasa selalu diganggu, mandar akan selalu meninggalkan sarang. Ia akan menjadi sibuk mengurusi marabahaya yang datang mengancam. Telur-telur sering ditinggalkan. Akibatnya telur banyak yang tidak menetas.
Telur Mandar akan menetas setelah dierami selama 21 hari. Namun ketika cuaca panas, telur mandar biasanya menetas 3 hari lebih cepat. Yaitu pada hari ke 19. Jais dan Agus memisahkan anak-anak mandar dari induknya ketika sudah berusia 1 minggu. Bayi-bayi mandar tersebut dipelihara dalam kandang pembesaran yang dilengkapi dengan lampu penghangat. Dalam kandang pembesaran, anak-anak mandar diberi jatah pakan buatan yaitu R 11 atau 511. Ketika anak mandar sudah berusia 1 bulan, ia harus dilatih bergaul bersama mandar-mandar lain dalam kandang umbaran.
Kreo Padi Pendatang Baru
Selain Mandar, Jais juga diajari mengembangbiakkan ayam-ayaman. Jenis ayam-ayaman yang dipelihara Jais yaitu Kreo padi (Amaurornis phoenicurus). Bentuk badan kreo padi sangat mirip mandar. Burung ayam-ayaman tersebut dipelihara jadi satu bersama mandar. Mereka hidup rukun dalam satu kandang.
Potensi Di Bidang Kuliner
Selain sebagai satwa peliharaan, budidaya mandar juga berpotensi sebagai bahan baku kuliner alternatif. Di kawasan karawang, Jawa Barat, burung air ini banyak dijajakan sebagai makanan khas. Namun sayang, mayoritas masih berasal dari hasil tangkapan alam.