CANDI LIYANGAN: PUING PERADABAN MATARAM KUNO, SAKSI AMUK VULKANIK TANAH JAWA
DITULIS DALAM PRASASTI RUKAM “WANUA I RUKAM WANUA WANUA I DRIO SANKA YAN HILAN DENI GUNTUR,”
Sepenggal kalimat itu mengisahkan bahwa Rukam yang termasuk wilayah Kutanagara atau Negeri Ageng, yangbtelah hancur oleh letusan gunung. Prasasti ini bertahun 907 Masehi.
Tak jauh dari Situs Liyangan, Gunung Sindoro terlihat membisu. Melatarbelakangi hamparan situs tersebut. Tak ada kepul asap layaknya gunung berapi lainnya.
Meskipun kini kubahnya terlihat tak berapi, Prasasti Rukam mengisahkan bahwa Situs Liyangan diremuk amuk gunung berapi. Dikubur tumpukan material Vulkanik.
Kawasan berpagar gunung-gunung berapi kuno. Dieng, Sindoro, dan Sumbing yang kini mereka terlelap tidur.
Konon, Peradaban Liyangan adalah pemukiman yang luas. Terdiri dari hunian, peribadatan, dan pertanian. Areal pertanian yang kini menghampar begitu luas dan indah seolah turut menjadi saksi kisah peradaban yang menjadi bagian dari sejarah Mataram Kuno itu.
Situs liyangan disebut pula sebagai “Kampung Ritual”. Diperkirakan pemukiman ini sudah ada sejak masa Pra Hindu. Yakni sekitar abad II, sampai masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno, pada abad XI Masehi.
Sekarang, situs Liyangan secara administrasi berada di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.
Pada kurun periode Hindu -Buddha, peradaban Liyangan tumbuh seiring perkembangan Kerajaan Mataram Kuno. Lebih tepatnya pada masa kekuasaan Rakai Watukura Dyah Balitunh dan Rakai Layang Dyah Tlodhong.
Rakai Watukura Dyah Balitung terkait dengan Prasasti Rukam (907 M). Sedangkan, Dyah Tlodhong yang diperkirakan berhubungan dengan asal-usul nama “Liyangan”. Sebutan itu diambil dari gelar Dyah Tlodhong. Yaitu “Raka I Layang”.
Dioerkirakan, Daksa mengangkat Tlodhong sebagai putra mahkota setelah mengalahkan Balitung (908 M).
Pada waktu itu Tlodhong adalah penguasa daerah Layang yang kemudian dikenal sebagai daerah Layangan. Secara linguistik kata “layangan” dan “liyangan” memiliki kemiripan.
Hal ini lah yang kemudian menjadi pertimbangan untuk mengatakan bahwa Liyangan adalah layang. Daerah yang menjadi tempat asal Dyah Tlodhong.
Jika benar, maka Situs Liyangan merupakan daerah Watak yang salah satu penguasanya Dyah Tlodhong. Raja Mataram yang menggantikan Pu Daksa pada 919 M hingga 928 M (orangtuaidaman.com).
Sumber: bpcbjateng.id
LOST IN INDONESIA
SOTO LEDOK JATI: KUAH KAYA REMPAH, SEDAP BIKIN KALAP
SEPIRING PENUH DAGING AYAM KAMPUNG HANGAT HADIR MENGGIURKAN. LEMAKNYA MELELEH NEGITU ADUHAI. BERSANDING SEMANGKUK SOTO BENING. BERKAWAN SERBA-SERBI GORENGAN DAN
SENTRA IKAN ASAP PESAJEN: PATIKOLI PANGGANG PALING DIMINATI
BINGUNG MENCARI OLEH-OLEH KHAS JEPARA? YUK BERBELANJA IKAN…
HINDU NUSANTARA vs HINDU INDIA
KONSEP-KONSEP DAN KEAHLIAN TEKNIK HINDU DILOKALKAN DAN DIELABORASI…
SEGA TUMPANG LETHOK MBAH TUK’IN: SEPORSI CUMA TIGA RIBU RUPIAH
TERSEMBUNYI TAK HARUS NYELEMPIT DI TEMPAT SULIT. RASA…
WARNA-WARNI WISATA
KALIURANG PARK – BOTANICAL GARDEN: BUAH EVOLUSI KALIURANG JADUL
SEKARANG, KALIURANG TAK SEKADAR MEMBUAT HATI SENANG. LOKA WISATA INI PUN MEMBIKIN ANANDA PINTAR. Bagi yang dulu pernah berlibur ke
GRAND ARKENSO PARKVIEW: MENGINAP DI ATAS KELAP-KELIP ATAP KOTA SEMARANG
DARI DALAM KAMAR GRAND ARKENSO PARKVIEW, PEMANDANGAN SENJA LANGIT SEMARANG, KERLIP LAMPU KOTÀ, DENYUT KEHIDUPAN SIMPANG LIMA DARI KETINGGIAN DISUGUHKAN
GEMBIRA LOKA ZOO: LEBIH INTIM DENGAN SATWA
DI GEMBIRA LOKA, PENGUNJUNG TAK SEKADAR MENYAKSIKAN BERAGAM SATWA. TETAPI JUGA BERKESEMPATAN BERINTERAKSI DENGAN FAUNA-FAUNA ITU. Adalah Petting Zoo, di
UMBUL WEDOK KLATEN: SEGARNYA BERENANG AIR “AQUA”, BERBONUS SPA GARRA RUFA “NDESO”
Selama ini Klaten populer dengan pemandian Umbul Ponggok. Padahal, Klaten punya banyak umbul. Jika Anda merindukan umbul di tengah suasana
SINDU KUSUMA EDUPARK: DARI BIANGLALA RAKSASA, SINEMA HOROR SAMPAI RUMAH TEROR
SORE ITU KAWAN-KAWAN DARI SD NEGERI 1 GEMULUNG LARI BERHAMBURAN DARI BUS. BERGEGAS MENYERBU ANEKA WAHANA SERU DI SINDU KUSUMA