EntrepreneurshipEDU

MERAWAT EMBRIO BISNIS DALAM RAHIM TEKNOLOGI INFORMASI

ORANGTUAIDAMAN.COM – Anak adalah benih pengusaha di negeri ini. Di dalam diri mereka, hidup embrio-embrio bisnis. Bangkitnya semangat UKM Indonesia tak terlepas dari tumbuh-kembang jiwa-jiwa muda bermental entrepreneur, bernafas teknologi informasi.

Bara semangat bisnis daring harus disulut sejak usia dini. Sehingga dapat dilahirkan generasi tangguh berjiwa wirausaha dan bermental digital. Pada gilirannya, kelak mereka tumbuh menjadi pelaku UKM yang tangguh menghadapi deras arus persaingan di atas lautuan pasar maya.

Dulu, pasar nyata adalah rahim bagi embrio bisnis. Disana, segala kebutuhan dan beraneka pemuas saling berjodoh. Kini, rahim itu telah berevolusi. Kebutuhan dan produk pemuas saling dipertalikan di alam tak kasat mata bernama internet.

Konon, siapa pun yang ingin berbisnis harus mau bertandang ke pasar nyata. Sekarang, urusannya berbeda, siapa pun yang ingin berbisnis tak boleh segan berpetualang di dunia maya. Di sana, ada dunia yang jauh lebih luas dibandingkan dengan dunia tempat kaki kita berpijak ini. Tak ada sekat, tak ada jarak, sehingga siapa pun bisa berkunjung, bertemu kapan pun sesuka hati.



Pedagang di pasar nyata adalah personal yang bersifat tunggal dan pribadi dengan item dagangan terbatas. Sementara itu, di dunia maya, pedagang tak bisa dipersonalisasikan lagi. Seseorang bisa bertiwikrama menjadi akun-akun dengan banyak wajah yang menjajakan barang dagangan kaya ragam pula.

Baca Juga: SELAIN BUTA HURUF, ANAK HARUS MELEK TEKNOLOGI INFORMASI

Jadi, teknologi informasi adalah rahim yang “maha besar”. Embrio bisnis yang hidup di dalamnya, berenang dalam lautan peluang yang “maha besar” pula. Agar bisa tumbuh kuat, dan lahir menjadi pebisnis tangguh, embrio bisnis zaman now butuh asupan gizi yang berbeda dengan embrio bisnis zaman kuno yang kini telah lahir, tumbuh, mulai menua, dan usang.

Melahirkan pengusaha kuat dengan pola pikir digital harus dilakukan di usia dini. Sejak masih kanak-kanak, jiwa kewirausahaan yang berpijak di atas teknologi informasi harus dipupuk. Sehingga dapat dilahirkan pelaku wirausaha muda bermental digital.

Pola pikir konvensional yang sekarang masih mengakar di benak sebagian besar orangtua, justru mengebiri tumbuh-kembang mental digital dalam diri anak.

Tak sedikit orangtua menabukan internet beserta perangkat teknologi informasi pendukungya. Mengerdilkan tumbuh kembang anak dengan memasung hasrat anak bersahabat dengan dunia daring. Seharusnya kontrol dan pengawasan yang dibutuhkan oleh anak, bukan larangan atau pembatasan.

Baca Juga : DIBUTUHKAN KONTROL, BUKAN MEMBATASI ANAK MENGGUNAKAN PONSEL

Kalaupun ada orangtua yang telah memanfaatkan internet, umumnya belum dilandasi oleh metal dan pola pikir digital. Maraknya toko online yang masih menganut model dan sistem offline adalah buktinya. Meski telah mengusung nama toko online, namun sistem yang mengalir di dalamnya adalah jiwa warung kelontong konvensional.

Proses pembelajaran kewirausahan dan teknologi informasi seharusnya dilaksanakan secara simultan. Pembelajaran kewirausahaan diterapkan dalam bingkai atau kerangka teknologi informasi. Sebagai calon pengusaha di era digital, anak harus diperkenalkan dan dilatih mempraktikkan model bisnis daring, dengan mengaplikasikan sistem pengelolaan online pula.

Salah satu contoh upaya menumbuhkembangkan semangat berwirausaha berbasis teknologi informasi tersebut dipraktikan di kelas 6, SDN 1 Gemulung, Jepara. Sekolah ini berlokasi di sebuah desa yang jauh dari riuhnya roda ekonomi kota. Namun, itulah bukti ampuhnya teknologi informasi yang mampu mengoyak batas ruang dan waktu.

Ketika banyak guru di sekolah lain meminta siswa mendalami materi pembelajaran bertema batik secara text book, di sekolah ndeso ini guru mengajarkan materi pembelajaran bertema batik dengan cara berbeda. Siswa diajak membuat masker yang dibuat dari kain perca batik. Kemudian mereka diminta medokumentasikan proses pembuatan dan hasilnya dalam bentuk foto atau video. Selanjutnya dibagikan ke dalam grup WA. Sebagai bentuk pertanggungjawaban diunggah pula ke blog mereka (https://gemulungpinter.school.blog/). Proses itu melatih kepekaan siswa menanggapi fenomena yang terjadi sebagai peluang. Dalam hal ini yaitu hari batik yang dirayakan di tengah himpitan pagebluk korona.

Pembelajaran seperti ini melatih anak bersahabat dengan teknologi informasi. Telah dilakukan sekitar 5 tahun silam. Jauh hari sebelum korona mewabah di Indonesia. Sebelum model pembelajaran daring ramai dikumandangkan, tetapi meriah dikeluhkan.

Dalam kesempatan yang lain, siswa diminta melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi pelaku usaha di sekitar tempat tinggal mereka. Diharapkan siswa dapat menimba wawasan berwirausaha. Menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kewirausaahan. Proses produksi, pengelolaan, pemasaran, hingga sensasi jatuh-bangun para pelaku usaha.

Jenis usaha yang mereka temui beragam. Toko kelontong, garmen, kisah pemburu burung yang berevolusi menjadi peternak burung, kerajinan tenun khas Jepara, kerajinan bambu, penghasil gula tebu tradisional, penjaja seblak, kerajinan sangkar burung, hingga pemilik truk penyedia jasa angkut material bangunan. Rata-rata pengusaha yang mereka temui belum memanfaatkan teknologi informasi. Diharapkan siswa meniru, memodifikasi, dan memoles bisnis-bisnis yang pernah ada dengan sentuhan teknologi informasi.

Kesan dan sensasi berjumpa pelaku usaha itu kemudian direkam dalam bentuk dokumentasi foto, video, dan kisah yang ditulis di atas kertas. Tak lupa diunggah di dalam grup WA. Dalam kelompok belajar maya itu, siswa saling mencurahkan isi hati. Mereka lebih ekspresif bila dibandingkan saat berada di balik sekat tembok kelas dan tubuh yang dibalut seragam. Setelah mereka puas dan mencapai titik klimaks berdiskusi di WA, hasilnya pun ekspresikan di blog.

Inkubator bisnis SDN 1 Gemulung pernah menetaskan benih wirausahawan kicik berprestasi. Pada tahun 2017, siswa di sekolah ini menyabet juara 2 tingkat Kabupaten Jepara dalam perlombaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Seni Islami (MAPSI). Kompetisi itu menggelar bidang kewirausahaan. Wedang Gedang Van Merapi menjadi produk unggulan siswa SDN 1 Gemulung dari Lereng Muria saat itu.

Blog tersebut memang tidak mengkomersialisasikan buah tangan para siswa. Blog itu adalah rahim untuk merawat embrio-embrio bisnis. Menyemai benih-benih entrepreneur. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berbasis digital bagi generasi muda.

Baca Juga: TES SEPERTI INI YANG DIBUTUHKAN ANAK INDONESIA

Anak-anak Indonesia rindu pembelajaran yang memanusiakan manusia. Pembelajaran yang menyentuh kehidupan riil. Pengangguran berjibun di tengah tumpukan prestis gelar akademis dan nilai ijazah yang bersinar tapi buram, menjadi bukti bahwa pendidikan selama ini kurang menyentuh kehidupan nyata. Tak menjawab kebutuhan masyarakat. Ilmu kewirausahaan dan teknologi informasi dapat mengobati rasa lapar dan menghapus dahaga mereka.

Comments are closed.

error: Content is protected !!