RASA MALU ITU KARUNIA, MENJADI PENYAKIT JIKA BERLEBIHAN
ORANGTUAIDAMAN.COM – Dalam kondisi seimbang, rasa malu itu penting. Menjadi kontrol agar bisa tetap bersikap berhati-hati, tidak sembrono, tak tampil seronok, dan menjaga tutur kata. Namun dalam kondisi berlebihan, rasa malu adalah penyakit yang harus segera dibabat.
Seperti dikutip dalam buku karya AM. Mangunhardjana S.J. rasa malu yang terlalu besar dapat menjadi belenggu pengembagan diri. Anak pengidap rasa malu berlebihan memiliki semangat tinggi, sekaligus rendah. Dalam diri mereka terdapat dorongan melakukan beragam hal baik dan bersifat perlu. Namun mereka juga merasakan ada sesuatu kekuatan yang menahan. Perasaan mesterius itu membelenggu niat baik yang ingin dilakukan.
Akibantnya, setiap hal yang mereka pikir baik menjadi kerap tidak bisa dilakukan. Sehingga banyak yang mereka kehendaki batal dan gagal diwujudkan. Anak seperti ini mengalami kesulitan mengekspresikan talenta dan bakat yang dimiliki.
Anak yang dikuasai rasa malu kerap menjadi obyek permainan dan tertawaan. Dikucilkan, terasing, dan dianggap sepi. Anak yang dijajah rasa malu memiliki daya saing dan semangat bertahan kerdil. Tak memiliki kemampuan melawan tidak curang dan tipu daya. Jika rasa malu dibiarkan merajalela dapat memicu krisis rasa percaya diri.
Shy compleks atau korban rasa malu banyak diidap anak yang hidup dalam perlindungan berlebihan dari orangtua. Tidak diberi kesempatan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Kondisi lain yang juga bisa mengakibatkan rasa malu tumbuh merajalela yaitu menekan inisiatif anak, sehingga rasa percaya dirinya menjadi tidak berkembang sewajarnya.
Kondisi lingkungan yang kerap menjadikan anak bahan ejekan, dan tertawaan juga dapat menjadi tempat subur tumbuhnya rasa malu yang akut. Keadaan lingkungan seperti itu membuat harga diri anak tidak terpupuk sebagaimana mestinya.
Maka, sudah sewajarnya orangtua memilih lingkungan baik bagi anak. Baik itu lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan sekolah. Tindak bulying sekarang marak terjadi. Perilaku menyimpang tersebut menghinggapi anak-anak di zaman modern yang serba memperbolehkan tindakan dan sikap.
Kontrol dari orangtua selalu dibutuhkan. Namun bukan berarti overprotektif. Sewajarnya orangtua mengetahui dengan siapa saja anak beraktivitas, apa saja yang dilakukan oleh anak setiap hari, dan dimana lokasi mereka beraktivitas.
Rasa malu bisa dijinakkan dengan cara memupuk rasa percayadiri anak. Menuntun anak agar mengenal, menerima dan mencintai diri. Membimbing anak agar menyadari bahwa dirinya adalah unik dan khas. Memiliki potensi, bakat dan talenta yang khas.
Cara lain yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan sugesti kepasa anak agar memikiki imajinasi masa depan yang bahagia dan sukses. Imajinasi itu akan memberikan motivasi dan dorongan anak menghancurkan belenggu rasa malu.
Rasa malu adalah anugerah jiwa yang peka. Seharusnya dimanfaatkan untuk pengembangan pribadi dan hidup. Bukan untuk melumpuhkan kehidupan.