MEMBACA KRITIS: PENYELAMAT MASYARAKAT DARI PAPARAN BERITA BERACUN
ORANGTUA IDAMAN – Kini, buta huruf tak sekadar ketidakmampuan membaca dan menulis. Seseorang yang tak mampu membaca kritis akan menjadi bulan-bulanan bak orang buta huruf.
Kecakapan membaca kritis berpengaruh terhadap daya cerna seseorang mengonsumsi informasi atau berita.
Selain itu, kecakapan membaca kritis juga bisa menyelamatkan seseorang dari perangkap berita palsu (hoax) juga berita tak obyektif. Ada bentuk membaca aktif yang dikenal sebagai membaca kritis.
Berbekal keterampilan membaca kritis, anak dapat memahami materi bacaan lebih dalam. Selain itu, membaca kritis juga dapat membuat anak mampu mengevaluasi materi.
Praktik Membaca Kritis
Membaca kritis penting bagi seseorang yang mulai memasuki tataran pendidikan yang lebih tinggi. Namun, bukan berarti membaca kritis tidak bisa disajikan di usia dini. Keterampilan ini berguna bagi semua tingkatan usia.
Di usia dini, membaca kritis bisa diasah dengan cara menyodorkan beberapa materi bacaan yang sama kepada anak dengan sumber yang berbeda.
Anak dibimbing membaca satu persatu artikel, menulis topik-topik dalam tiap artikel dalam bentuk poin-poin sederhana. Kemudian memintanya untuk membandingkan poin-poin tersebut dalam setiap artikel.
Selanjutnya, diminta menemukan kesamaan maupun perbedaan dalam setiap artikel.
Setiap perbedaan yang ditemukan ditelaah berdasarkan ilmu dasar atau dasar teori yang melandasi topik tersebut.
Cara lainnya yaitu melakukan kros cek dengan sumber yang kredibel.
Contoh praktisnya yaitu kasus yang pernah riuh memperbincangkan sinar matahari mengandung vitamin D.
Bahkan hingga saat ini masih ada guru yang mengajarkan bahwa sinar matahari itu mengandung vitamin D.
Tak heran jika sekarang banyak orang menyangka bahwa sinar matahari mengandung vitamin D. Benarkah demikian?
Yuk mari kita bandingkan 2 berita dalam foto ini, kemudian kita kros cek dengan keterangan resmi dari institusi yang lebih mumpuni dan kredibel.
Dengan membandingkan ketiga informasi itu, dapat diketahui bahwa sinar matahari itu tidak mengandung Vitamin D.
Pembaca kritis tak berhenti sampai di situ. Ia akan terus merasa lapar informasi. Proses pembentukan dan materi dasar pembentuk Vitamin D akan dicari sampai tuntas.
Dengan demikian, pembaca kritis akan menemukan argumen yang sahih untuk menolak, mengevaluasi dan menyatakan artikel tentang sinar matahari mengandung Vitamin D itu tidak logis.
Praktiknya, mayoritas orang membaca tidak kritis. Sekadar menelan klaim buatan pihak lain. Hal ini berbahaya. Sebab, usai membaca orang tersebut akan menyebarkan klaim sepihak yang tak obyektif itu. Tanpa menganalisa secara kritis alasan yang dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan (argumen) dalam artikel yang dibaca.
Semoga menjadi lebih cermat dan berhati-hati saat membaca (orangtuaidaman.com)
Baca Juga: Membaca Kritis (Bagian 2)