IDE EDU

GURU MERDEKA DAHULU SISWA MERDEKA KEMUDIAN

ORANGTUA IDAMAN – Ketidakberdayaan orangtua menghadapi lumpuhnya kemandirian belajar anak adalah tantangan bagi guru.

Sekolah itu candu! Fakta itulah yang muncul selama badai pandemi Covid-19 mengganas. Ketika aktivitas belajar-mengajar lumpuh, mayoritas anak sekolah tak mampu belajar mandiri di rumah.

Di sisi lain, naluri orangtua tumpul. Kodratnya pun menyimpang. Tak lagi menjadi pendidik utama bagi anak. Akibat kecanduan memasrahkan pendidikan di tangan sekolah. Padahal, pendidikan itu seharusnya tak berbuah ketergantungan.

Bangsa kita merdeka 76 tahun silam. Namun, sampai sekarang anak-anak belum bebas mengenyam kemerdekaan belajar.

Bagi yang berpola pikir positif, fakta ini bukanlah aib, atau malah dicap sebagai hujatan. Justru seyogyanya ditangkap menjadi peluang emas bagi guru mengisi kemerdekaan serta mewujudkan cita-cita bangsa.

Sinergi Membangun Kemandirian
Melahirkan manusia dewasa mandiri adalah tujuan pendidikan. Cita-cita itu bisa dicapai lewat pengalaman dan pengamalan.

Menurut Paulo Freire, materi belajar dalam proses pendidikan bukan berasal dari rumus atau dalil buku paket. Melainkan bersumber dari berbagai permasalahan. Konsep penyadaran untuk melatih kemandirian belajar anak di usia dini ini dikenal sebagai ‘problem-problem education‘.

Materi belajar diangkat dari permasalahan kehidupan nyata anak. Metode sekolah lapangan ini sudah dilakukan di bidang pertanian. Yaitu proses belajar para petani bersama penyuluh lapangan sebagai fasilitator.

Guru merdeka akan memerdekakan siswa. Di sisi lain, para guru itu juga menaburkan terang bagi orangtua. Memberdayakan serta mengembalikan peran orangtua sebagai pendidik utama bagi anak.

Melalui sekolah lapangan yang dilaksanakan secara bergilir dan berkelompok di rumah, sinergi antara guru, orangtua, dan anak dapat diwujudkan. Dengan demikian, berarti guru telah bersinergi menggiatkan merdeka belajar.

Pendidikan itu membebaskan. Bersifat emansipatif, dan bebas. Membebaskan manusia dari kebodohan, ketertinggalan, penindasan, dan dari berbagai hal yang membelenggu pertumbuhan manusia.

Singkatnya, pendidikan seharusnya mengantarkan manusia menjadi pribadi merdeka yang senantiasa bertumbuh dan berkembang.

Dalam bukunya, Prof. Suyanto, M.Ed., Ph.D. mengatakan, pendidikan masa depan harus melakukan peran mendemokratisasikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan jiwa guru mandiri, otonom, dan berani mengambil inisiatif.

Guru adalah pelaku pendidikan yang fital. Mentalitas pasif, takut, malas mengambil inisiatif, dan kurang kreatif harus dikikis habis. Guru seharusnya maampu memotivasi diri. Menyulut api keberanian menjadi insan otonom dan merdeka. Sehingga tumbuh jiwa inovatif, kreatif dan penuh inisiatif.

Realita di Lapangan
Di tataran SD, SDN 1 Gemulung telah mencoba mempraktikkan model sekolah lapangan tersebut. Malahan, penerapannya pun sudah dikombinasikan dengan teknologi informasi. Pola pembelajaran ini  dilaksanakan sejak 2 tahun sebelum pandemi Covid-19 merajalela.

Siswa-siswi SDN 1 Gemulung melakukan proses pembelajaran gabungan daring dan tatap muka. Tak hanya itu, anak dapat menembus batas ruang dan waktu. Di luar sekolah, siswa belajar di lapangan sesuai tema pembelajaran.

Berbeda dengan sistem pembelajaran daring yang banyak dianut saat ini. Pembelajaran gabungan SDN 1 Gemulung tidak sekadar berbasis textbook, tunduk kepada dominasi Mbah Google, Mbak Youtube, dan menjejali siswa dengan LKS. Melainkan belajar mengalami dan mengamalkan.

Contoh yang pernah dilakukan yaitu mengamalkan Pancasila. Melalui kegiatan berbagi nasi bungkus kepada orang-orang membutuhkan di sekitar sekolah. Dengan demikian, siswa memahami Pancasila sebagai nilai yang wajib diamalkan, bukan sebatas pengetahuan menghapal.

Usai berpetualang di dunia nyata, siswa mengaktualisasikan hasil penugasan melalui grup WA dan Facebook. Di dunia maya, mereka asyik bertukar pengalaman. Seluruh pengalaman diracik, hasil capaiannya kemudian dirayakan di dalam sebuah blog.

Dalam merdeka belajar, guru tak lagi menjadi sentral sumber ilmu pengetahuan. Guru adalah suluh yang menerangi anak menemukan solusi permasalahan kehidupan.

Guru adalah motivator meraih kemerdekaan belajar. Selanjutnya, kemerdekaan itu sendiri yang akan membimbing anak menemukan solusi kehidupan melalui pergumulan pengalaman dan pengamalan.

Pepatah Jawa mengatakan “Ilmu iku kelakone kanthi laku”. Tanpa pengalaman dan pengamalan, berarti kita belum berilmu (orangtuaidaman.com)

Yohana Erlina

Guru, pemerhati pendidikan, dan penulis.

error: Content is protected !!