GATOT KOCO: JURAGAN ALAT BERAT, BUAH DIDIKAN DISIPLIN
ORANGTUAIDAMAN.COM “Boleh dikatakan saya mengawali usaha ini dengan keterbatasan pengetahuan dan dana,” tutur pria lulusan STM itu. Kondisi tersebut tidak menjadi penghalang baginya selama menapaki jalur menuju kesuksesan.
Bisnis yang ia tekuni saat ini lahir secara spontan. Gatot sama sekali tidak memiliki rencana dalam mencapai kesuksesan. “Saya tidak mau hidup susah seperti orangtua saya. Sampai STM pun saya makan masih harus ditakar,” tuturnya. Nasi dicampur minyak jelantah dan nasi dicampur teh buat makan menjadi menu rutin yang ia santap saat masih kecil. Putera polisi ini terbiasa dididik disipilin dan hidup bertanggungjawab serta berkomitmen. Tidak terasa hasil pendidikan tersebut bermanfaat dan secara tidak saya sadari telah saya terapkan saat ini. Bagi Gatot, komitmen serta kejujuran menjadi dua hal yang berjalan beriringan.
Sebelum menjadi pengusaha rental alat berat, pada tahun 1998 Gatot pernah bekerja di sebuah kilang minyak. Saat itu ia mengaku mendapatkan gaji sebesar Rp 90.000 / hari. “Kalau dapat gaji seperti ini kapan saya bisa punya rumah, “ tuturnya. Untuk melompat dari kondisi tersebut mau tidak mau saya harus menjadi seorang pemasar yang andal. Tapi, agar bisa menjadi seorang marketer Gatot harus punya motor. Padahal saat itu ia tidak memiliki motor.
Melihat kegigihannya, Gatot mendapat bantuan dari pimpinannya memberi kepercayaan untuk menangani pekerjaan tambahan. Hasilnya ia gunakan untuk membeli kendaraan. “Setelah terkumpul Rp 1.200.000, saya gunakan uang itu untuk membeli sebuah vespa bekas,”. Bermodal vespa bekas itu, Gatot lalu memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai tenaga pemasaran pada sebuah perusahaan oli pelumas. Profesi tersebut digeluti selama 3 tahun. Menurut pengakuannya, predikat marketer terbaik di Kalimantan Timur pernah ia sandang saat menekuni pekerjaan tersebut.
Menguasai Product Knowledge
“Profesi pemasar tidak mengenal senior atau yunior. Seberapapun masa kerjamu, yang penting jumlah kuantitas yang bisa kita jual,” papar Gatot. Setiap tahun Gatot mampu melampaui target hingga 200 % – 300% dari batas yang ditetapkan. Tip sukses menjadi marketer menurut Gatot terletak pada pengetahuan terhadap product knowledge. Berbagai literatur pendukung harus dipahami benar-benar. “Malam hari selalu saya manfaatkan untuk mempelajari product knowledge. Saya mulai belajar pada pukul 19.00 hingga pukul 24.00. Saya baca profilnya dan literatur pendukung yang lain,” kata Gatot. Keesokan harinya, ia mempraktikkan langsung kepada konsumen, pengetahuan yang sudah dipelajari pada waktu malam hari. Ada ratusan produk yang dipasarkan oleh Gatot. Ia harus memilih produk yang tepat untuk ditawarkan kepada calon konsumen yang tepat pula.
Saat menekuni profesi sebagai marketing, kontrak terbesar yang pernah ia terima yaitu kontrak dengan PT Badak senilai Rp 600 juta. Kontrak yang lain yang pernah dicapai yatu dengan salah satu perusahan pupuk senilai Rp 400 juta. Padahal saat itu ia hanya ditarget oleh perusahaan senilai Rp 200 juta / tahun. Presentasi produk yang disampaikan secara detail oleh Gatot sering memuat terpukau calon konsumen. “Mereka sering bertanya saya kuliah dimana. Bagi saya, pertanyaan tersebut lebih sulit saya jawab dibanding dengan pertanyaan tentang product knowledge. Sebab, saya hanya lulusan STM,” tuturnya sambil tertawa.
Selama menjalani profesi sebagai salesman, secara diam-diam Gatot berminat menekuni ilmu menjadi seorang broker alat berat. “Saat menjual oli klien saya banyak di bidang alat berat. Lalu saya pelan-pelan bertanya kepada mereka. Kebutuhan suku cadang apa saja yang mereka butuhkan,” kata Gatot. Dari pekerjaan sambilannya itu, Gatot mengaku setiap unit suku-cadang ia memperoleh keuntungan sekitar Rp 3 – 5 juta. Padahal, dalam 1 bulan ia bisa menjual 40 unit. Jadi dari perkerjaan sambilan itu ia meraup pendapatan hingga Rp 200 juta / bulan.
Dari situ pelan-pelan mengumpulkan hasil usahanya. Nilai kepercayaan tidak bisa diukur dengan uang. Menurutnya, semakin besar kepercayaan yang kita pikul, kian besar pula peluang yang dimiliki. “Lebih baik kehilangan uang daripada kehilangan kepercayaan,” tuturnya. Uang yang dikumpulkan diinvestasikan untuk membeli Crane 25 ton. Pada tahun 2001, Gatot bertekad lebih fokus menekuni usahanya. Akhirnya pada tahun tersebut ia memutuskan mengakhiri proferinya sebagai karyawan marketing di perusahan oli.