ANAK BERCITA-CITA JADI PENGUSAHA? JANGAN PATAHKAN OLEH MITOS
ORANGTUAIDAMAN.COM Banyak mitos yang dapat menghalangi minat seoarang anak menekuni bidang kewirausahaan. Apa saja mitos itu? Simak artikel berikut.
Merasa tidak berbakat. Anggapan itulah yang menjadi tembok penghadang anak menekuni kewirausahan. Bakat memang membantu orang menjadi pengusaha, namun bakat bukan segalanya bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi pengusaha. Banyak pengusaha sukses yang awalnya justru dari kondisi hidup yang tak enak, atau terpaksa.
Menurut Safak Muhammad, Presiden Direktur PT. Solusi Wiraniaha Indonesia, pengaruh lingkungan sangat dominan menentukan apakah seseorang menjadi pengusaha atau menjadi orang gajian.
Lingkungan itu bisa berupa pendidikan (sekolah) yang lebih banyak menghasilkan generasi ‘seragam’ dan kurang kreatif, persepsi dan sikap masyarakat yang masih menilai pegawai sebagai orang yang berstatus terhormat, dan lainnya.
Anggapan status lebih rendah bagi pengusaha kecil dibanding pegawai berpengaruh terhadap pembentukan mental dan minat anak menjadi pengusaha.
Salah satu buktinya yaitu, orang-orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi justru lebih banyak menjadi pedagang, karena mereka merupakan orang-orang yang terpaksa bekerja disana. Sebab, sektor formal (kantoran) tidak banyak menerima mereka. Dari sinilah kemudian kita dapat menemukan pengusaha-pengusaha sukses meski pendididikan formalnya relatif rendah.
Mereka yang percaya bahwa agar dapat menjadi pengusaha wajib memiliki garis keturunan dan bakat, perlu melihat kenyataan bahwa banyak anak pengusaha, terutama pengusaha kecil dan menengah yang setelah sekolah justru tidak mau menjadi pengusaha. Sebab mereka lebih senang menjadi oegawai. Oleh karena itu, kita tidak perlu merasa tidak berbakat, tetapi yang lebih penting adalah kemauan dan kerja keras, untuk mengerjakan bidang bisanis yang disukai (orangtuaidaman.com)