Lentera

AHMADI: TUNAAKSARA SUKSES JADI JURAGAN PERKAPALAN

ORANGTUAIDAMAN.COM Keterbatasan pendidikan bukan menjadi penghalang bagi Ahmadi, pengusaha jasa angkutan perairan sungai di Pontianak, Kalimantan Barat dalam meraih sukses.  Pria yang tak bisa membaca dan menulis ini memiliki 20 set kapal angkut. Tiap set berupa 1 unit kapal tongkang dan 1 unit Tugboat atau kapal tunda.

Ketika masih kecil, Ahmadi ikut bersama orangtuanya yang bertugas di daerah pelosok dan belum ada fasilitas sekolah.  Kondisi ini membuatnya tidak sempat mencicipi bangku sekolah.  Saat usianya 12 tahun, pria ini sudah akrab dengan dunia pelayaran.  “Pada usia tersebut saya sudah memulai profesi sebagai anak buah kapal (ABK).  Sejak itu saya merasakan, pelayaran adalah jalan hidup saya,” papar Ahmadi. Pemuda ini nampaknya tak segan belajar dan mencoba. Selain menjalani profesinya sebagai anak buah kapal, Ahmadi juga mencoba mengemudikan kapal.

Setelah satu tahun menjalani profesi tersebut, uang pun terkumpul. Hingga suatu ketika ia mampu membeli kapal.  “Saya memiliki kapal sendiri pada usia 18 tahun,” papar pria yang kini berusia 47 tahun.  Kapal perdananya itu dipergunakan untuk menarik rakit PT Alas, sebuah perusahaan kontraktor perkebunan.

Sintang Rawan Kandas

Lalu apa kunci suksesnya? Selama menggeluti bisnis perkapalan, banyak tantangan yang dihadapi oleh Ahmadi. Kondisi cuaca tak bersahabat menjadi salah satu tantangan terbesar. “Paling susah ketika cuaca mendung, kondisi gelap, dan angin bertiup kencang,” papar Ahmadi.

Salah satu upaya menghadapi tantangan itu yaitu mempersiapkan kapal agar dalam kondisi terbaik. Pada musim kering, dunia pelayaran sungai juga menghadapi kendala. “Debit air sungai berkurang, sehingga di daerah-daerah tertentu kapal menjadi rawan mengalami kandas.  Di kawasan Sintang, patut diwaspadai,” kata Ahmadi.

Kiat lainnya ialah tepat mengelola sumber daya manusia. Menurutnya, membina anak buah kapal itu butuh ketelatenan dan kesabaran. “Yang namanya mengurusi banyak kepala pasti susah.  Mereka punya gaya dan permintaan yang bermacam-macam,” ujarnya.

Perusahaan pelayaran yang ia kelola mempekerjakan karyawan sebanyak 100 orang.  Penanganan ABK yang tidak benar mengakibatkan kenakalan.  Salah satunya yaitu mogok kerja dan senang mencuri solar.  ABK seperti itu sering disebut sebagai ABK yang senang minum solar.  

Pengalaman selama menjadi anak buah kapal, memberikan keterampilan bagi Ahmadi menghadapi problem karyawan tersebut. Salah satu caranya ialah memberikan pembayaran sesuai dengan kesepakatan dan tepat waktu. Tentu waktu gajian yang tak pernah molor ini harus pula diikuti pengetahun pemilik tentang jumlah kebutuhan bahan bakar dalam sekali ekspedisi. Dengan begitu, ia tidak bisa tipu oleh anak buah kapal. 

Satu hal lagi.  Selalu datang ke lokasi kerja awal sebelum karyawan datang.  Dengan cara seperti ini Ahmadi dapat menemukan kekurangan yang belum dikerjakan oleh karyawan, sehingga karyawan dapat lebih berkonsentrasi pada lubang yang belum dikerjakan tersebut. “Terjun ke lokasi itu wajib.  Sebab dengan demikian saya dapat mengetahui kondisi riil di lokasi usaha,” katanya.

Pamungkas, ia selalu mengutamakan pelayanan bagi pelanggan.  Faktor keselamatan dan keutuhan barang kiriman menjadi jaminan reputasi perusahaannya.  Hal itulah yang selalu diutamakan oleh Ahmadi.

Persaingan Kecil
Kapal-kapal miliknya beroperasi hingga di kawasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Mayoritas kapal tersebut dioperasikan sebagai sarana angkut kayu atau loging.  Menurutnya, persaingan bisnis pelayaran sungai di Kalimantan tidak begitu dirasakan.  Hal ini disebabkan karena populasi pelaku usaha di bidang ini masih sedikit.  “Di Pontianak hanya ada sekitar 20 pelaku usaha,” kata Ahmadi. 

Saat ini Ahmadi memiliki armada kapal sebanyak 20 unit. Rata-rata berdaya muat 10 ton. Kapal-kapal tersebut terbuat dari besi.  Sebagian lagi berbahan kayu. Sekadar catatan,  daya muat kapal besi lebih besar dibanding dengan kapal yang dibuat dengan kayu. Ia pun melengkapi usahanya dengan jasa docking  alias bengkel kapal. Alhasil  Ahmadi pun bisa melayani perbaikan kapal milik orang lain.

Ahmadi bekerjasama dengan Bank Danamon sekitar 20 tahun silam. Kerjasama tersebut terjalin ketika Ahmadi bermaksud mengajukan permohonan dana untuk keperluan membeli sebuah tongkang.  “Bank Danamon menjadi bank pertama yang memberikan dana kepada usaha saya,”papar Ahmadi. Menurutnya, fasilitas Danamon yang memudahkan proses usahanya adalah internet banking.  Melalui fasilitas ini, ia tidak direpotkan harus pergi ke bank untuk memeriksa saldo atau untuk melakukan setoran.
 
Kunci Sukses
Di Kalimantan, bisnis perkapalan sangat sesuai dan bisa tumbuh baik.  Soalnya, daerah ini memiliki banyak sungai besar. “Sungai disini sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk pelayaran.  Selain besar dan lebar, sungai disini juga dalam,” papar pengusaha sukses berpenampilan sederhana ini. 

Agar bisnis berjalan lancar, pengusaha tongkang juga harus pintar mengkombinasikan jalur perjalanan tongkang.  Diupayakan kapal tidak dalam kondisi kosong.  Setelah bongkar muat, tongkang bisa dimanfaatkan untuk mengangkut jenis muatan yang lain. Selain itu, kunci sukses bisnis di bidang perkapalan terletak pada strategi pemasaran. “Selama ada upaya pengiriman barang, usaha seperti ini akan tetap berjalan baik,” tuturnya.

Kiat Cerdas
Kapal kandas mengakibatkan kerugian berupa kerusakan kapal hingga terbuangnya waktu produktif.  Untuk pembiayaan atas kerusakan ini, Ahmadi telah mengasuransikan kapal-kapal berukuran besar. 

error: Content is protected !!