PENGANGGURAN BERJIBUN AKIBAT PENDIDIKAN JENUH ASPEK KOGNITIF, MINIM KREATIVITAS
ORANGTUA IDAMAN – Kreativitas harus ditumbuhkembangkan dalam proses pendidikan. Maka harus ada pergeseran pendekatan pembelajaran verbalistik menuju ke pemecahan masalah, discovery, dan inquiry.
Keluarga, masyarakat, dan pemerintah kian menyadari begitu penting proses pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Tak seorang pun berani mempertaruhkan masa depan anak cucunya dengan tidak menempuh pendidikan sekolah. Realitanya, proses pendidikan merupakan prasyarat formal yang penting bagi kehidupan modern.
Tak bisa dipungkiri, pendidikan itu penting. Namun, proses pendidikan yang berlangsung saat ini masih kurang menyentuh aspek kreativitas anak didik. Akibatnya, banyak orang terdidik saat ini tidak memiliki kemampuan berdiri di atas kemampuannya sendiri. Sarjana pengangguran berjibun. Sebab, mayoritas di antara mereka tidak memiliki kreativitas. Sarjana banyak yang lebih senang memilih menggantungkan diri kepada orang lain.
Proses pendidikan kita saat ini terlalu mementingkan perkembangan aspek kognitif dalam tataran pengetahuan dengan mengabaikan kreativitas. Proses pengajaran di sekolah lebih mementingkan target pencapaian kurikulum dibandingkan penghayatan isi kurikulum secara imajinatif dan kreatif.
Sejak usia dini, anak-anak dikondisikan agar mencapai hasil belajar dalam arti kognitif setinggi-tingginya. Akibatnya, orangtua mengharuskan anak-anaknya ikut serta dalam les privat.
Dengan mengikuti les privat, anak menjadi bersekolah di dua tempat. Sebenarnya kondisi seperti itu justru merugikan proses perkembangan kreativitas anak. Pasalnya, di tempat les privat biasanya anak akan menjalani proses belajar drill. Tanpa memberikan kesempatan berpikir imajinatif dan hipotetik.
Pengejaran target prestasi kognitif sering menggunakan model pembelajaran yang terstruktur. Dengan demikian tidak membuka peluang bagi anak-anak berpikir divergen dan nonkonvensional. Berpikir divergen amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas. Berpikir divergen dapatterjadi bila proses belajar mengajar , para siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, para siswa dapat terlibat dalam proses itu secara imajinatif, dapat dilatih melalui pendekatan problem solving, discovery, dan inquiry.
Cara berpikir hipotetik dapat merangsang imajinasi anak dan mendorongnya berperilaku kreatif. Pendekatan pembelajaran dengan model ceramah masih mendominasi ritual proses pendidikan di Indonesia. Akibatnya banyak insan mengetahui berbagai teori namun tida memahami teori tersebut.
Sebenarnya setiap teori dapat dimanfaatkan untuk melakukan deskripsi, eksplanasi, dan prediksi terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan. Namun akibat minimnya kesempatan berpikir divergen atas suatu teori maka siswa banyak yang tidak tahu cara menerapkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pada gilirannya, setelah lulus mereka tak bisa berdiri di atas kaki sendiri. Lebih memilih menggantungkan nasib kepada pihak lain.
Pada umumnya, insan kreatif yang memiliki etos kerja yang bagus. Insan ini berkemampuan menggabungkan berbagai elemen suatu konsep secara unik sehingga melahirkan pemikiran dengan banyak alternatif. Jika cara oonvensional tidak berhasil memecahkan masalah, maka ia akan menerapkan cara nonkonvensional yang mengarah pada solusi ganda.
Pemikiran dengan berbagai alternatif dan solusi danda tersebut yang dapat menolong siswa kelak ketik sudah lulus dan mencari pekerjaan di tengah sempitnya lapangan pekerjaan seperti saat ini. Pemikiran kreatif yang memiliki banyak alternatif membuat seseorang menjadi dapat bersikap fleksibel.
Kreativitas harus ditumbuhkembangkan dalam proses pendidikan. Maka harus ada pergeseran pendekatan pembelajaran verbalistik menuju ke pemecahan masalah, discovery, dan inquiry.