BEGINI TIPS MENANGKARKAN RED EARED SLIDER
ORANGTUA IDAMAN – Mudah. Itulah kesan yang tertangkap dari obrolan Nadya, penangkar Red Eared Slider (RES) alias kura-kura Brazil di Banjarmasin, Kalimantan.
Menurutnya, asal tahu kebutuhan hidupnya, setiap orang pasti mampu jadi pembiak kura-kura air tawar ini. Asal tahu saja, sebagai hewan semi aquatic, kura-kura Brazil menghabiskan sebagian besar waktu di dalam air. Namun pada pagi hari antara pukul 09.00 – 12.00, reptil bernama ilmiah Trachemys scripta elagans ini sering terlihat naik ke darat untuk berjemur sambil merentangkan tangan dan kakinya.
Kebiasaannya ini membantu dirinya dalam mengatur metabolisme suhu pada tubuhnya. Jika diperhatikan perilaku kura-kura Brazil berjemur ini sangat lucu, kadang mereka bertumpuk-tumpukan atau berjejer disebatang pohon kering di tepian kolam untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari yang cukup.
Sumber Panas
Itulah sebabnya jika kita memelihara kura-kura Brazil di akuarium juga diperlukan lampu pemanas neodymium sebagai sumber panas pengganti sinar matahari. Bagi kura-kura Brazil aktivitas berjemur bukan saja untuk metabolisme suhu dan membantu proses pencernaan, tetapi juga membantu membasmi jamur serta bakteri yang berada di tubuhnya. Tak heran jika para hobiis kerap melengkapi akuarium dengan lampu fluorescent spectrum penuh dan lampu UV-A dan UV-B.
Nadya sendiri memilih memelihara kura-kura Brazil di kolam cukup besar dikelilingi taman yang juga berfungsi sebagai tempat bertelur. Jika pagi menjelang siang, kita bisa mengamati perilaku kura-kura yang bermunculan dari permukaan kolam untuk mencari tempat berjemur. “Memelihara kura-kura Brazil secara umbaran di kolam besar seperti ini, sangat menarik dan terasa alami. Kura-kura bisa bermain bebas dan berkeliaran baik di kolam maupun di taman,” ungkap Nadya sambil memperlihatkan kura-kura yang sedang bermain di taman.
Kura-kura Brazil mencapai kematangan seksual ketika usianya mencapai 3-5 tahun. Kura-kura Brazil betina yang akan bertelur terlihat gelisah mencari tempat bertelur. Jika telah menemukan tempat bertelur, ia akan menggali lubang dengan kedalaman 10-20cm dari permukaan tanah. Namun terkadang kura-kura Brazil tidak menggali satu lubang saja, ia akan menggali 2 bahkan sampai 3 lubang untuk mengelabui para predator.
Cadangan Makanan
Menurut Nadya, kura-kuranya sering bertelur antara bulan Februari – Mei. Terkadang terjadi di bulan September-Desember. Kura-kura Brazil bertelur 5-12 butir dengan masa inkubasi sekitar 2 bulan. Bayi kura-kura Brazil menetas dengan cara merobek cangkang telur. Setelah keluar dari telur, ia masih akan membawa sisa kuning telur diperutnya sebagai persediaan makanan.
Catatan tambahan, kura-kura Brazil adalah jenis hewan omnivor (pemakan segala). Selain jenis sayur-sayuran, ia juga gemar memakan ikan kecil. Tak cukup memasoknya dengan pakan alami, Nadya juga memberinya pelet.
Nadya sendiri di kolamnya terdapat lebih kurang 50 ekor kura-kura Brazil yang dilepas secara bebas. Jika musim bertelur, ia akan menggali lubang di taman sekitar kolam. Saking bebasnya, sering banyak ditemui lepas di sekitar halaman tetangga. Terutama anaknya yang biasa mencari tempat bebas dan menyusup keluar area kolam dan taman belakang rumahnya.
Memang di Tanah Air, penangkaran kura-kura Brazil hanya dilakukan oleh para hobiis berskala “rumahan”. Padahal di luar negeri, sudah banyak yang melakukan breeding kura-kura Contohnya di Amerika Serikat. Di negara Paman Sam ini banyak farm besar dan dikelola secara profesional dengan pangsa pasar ekspor ke seluruh dunia. Mungkin termasuk negara kita?
Warna Favorit
Kini kelir tubuh kura-kura tak hanya hitam kehijauan. Para breeder telah berhasil menciptakan varian warna yang jadi idola hobiis. Salah satunya adalah kura-kura Brazil bule alias albino. Ciri kura albino berwarna putih kekuningan dan bola matanya berwarna merah. Apabila bola matanya masih berwarna hitam, maka ia digolongkan dalam kelompok “leucistic”. Ada juga warnanya tidak total putih kekuningan. Kura jenis ini termasuk jenis “hypomelanistic”. Kedua jenis kura RES ini juga menjadi incaran hobiis kura-kura. Hanya saja posisinya masih tergolong di bawah kura albino.
Masih banyak lagi hasil silangan yang berwarna dan corak menarik lainnya. Seperti Golden Leucistic Red Eared Sliders. RES ini dipercaya merupakan generasi ke-5 dari keturunan RES albino. Kulit Golden RES sendiri terlihat merah mudah dan transparan dengan iris matanya berwarna biru, mulut berwarna kuning lemon, termasuk adanya perbedaan yang cukup jelas di karapas serta bagian kepalanya.
Warna lainnya adalah Pastel Red Eared Sliders. Kelir seperti ini jarang ditemui di alam liar. Lalu ada juga RES Ghost.Dari sekian ribu RES normal yang lahir setiap tahunnya, mungkin hanya ada satu yang terlahir memiliki corak dan warna Ghost. Di Indonesia sendiri baru jenis RES albino dan caramel yang banyak dijumpai dipasaran. Itupun kalau ada, pasti laris manis karena para hobiis berebut membelinya.
Habitat Asal
Kura-kura Brazil atau RES ini berasal dari benua Amerika. Namun kini penyebarannya sudah semakin meluas. Mau bukti? Dengar saja pengakuan Nadya. Menurutnya, kura-kura Brazil yang dipelihara di kolam besarnya, ia temukan di perairan pedalaman Kalimantan. “Saya tidak bisa membedakan, kura-kura Brazil dari benua Amerika dengan yang dari Kalimantan,” ujar Nadya.
Penyebab Telur Gagal Menetas
Gangguan semut serta jamur adalah 2 hal utama penyebab telur gagal menentas. “ Selain itu, banjir rob yang melanda kota Banjarmasin tahun lalu sempat menenggelamkan beberapa sarang telur dan akhirnya semua gagal menetas,” kisah Nadya mengenang kegagalan menetasnya telur kura-kura Brazil.