GUDEG YOGYA: NIKMATNYA BUKAN SOAL CITA RASA DOANG

3 January 2023 Teguh Jiwa Brata

BANYAK ORANG TAHU GUDEG YOGYA ITU LEZAT. TAK SEDIKIT PULA YANG MAHIR MENIRU RESEPNYA. NAMUN BANYAK ORANG LUPA BAHWA GUDEG YOGYA TAK HANYA SOAL RASA, TAPI JUGA DIBUBUHI SUASANA. NIKMAT KHAS SEPERTI ITU HANYA DAPAT DICECAP DI YOGYAKARTA.

Selain kuliner, konon Kota Yogya terkenal lantaran suasana. Menikmati gudeg di emperan toko, duduk bersika sambil menikmati lorong-lorong khas Kota Yogyakarta.

Anda tergiur menikmati aura Yogyakarta seperti itu? Dimana lagi jika bukan di pingggir jalan sembari menikmati kuliner khas yang disajikan lesehan.

Sebelum Malioboro ditata dan ketika arus wisatawan tak seriuh sekarang, kuliner lesehan menjadi ciri khas Yogyakarta.

Tak sedikit wisatawan dari berbagai penjuru dunia kepincut menyecap nikmatnya kuliner khas Yogyakarta, sambil duduk lesehan di depan deretan emperan toko-toko di sepanjang Malioboro.

Kini, wajah Malioboro sudah berevolusi. Kuliner lesehan tak dapat dijumpai lagi di tempat itu.

Tapi tenang! bukan berarti kuliner lesehan sudah benar-benar punah dari Kota Gudeg.

Kuliner lesehan masih ada kok. Cobalah bangun pagi-pagi sekali. Lalu berjalan kaki atau dengan kendaraan berkeliling menyusuri ruas jalan Yogyakarta.

Sesekali Anda akan menjumpai penjaja bubur gudeg khas Yogya yang mangkal di pinggir jalan.

Di sampingnya ada selembar tikar digelar sebagai tempat menikmati gudeg.

Anda bernasib mujur jika berhasil menemukan penjaja gudeg yang dikerumuni penggemar.

Meskipun tak punya instagram, sosial media, dan tidak viral, penjaja gudeg seperti ini adalah harta karun tersembunyi.

Gudeg Bu Supat adalah salah satu penjaja gudeg lesehan di Yogya. Ia mangkal tak jauh dari Tugu Yogyakarta.

Bakul yang dibuat dari anyaman bambu berisi nasi, panci lurik besar jadul berisi gudeg dan tahu, di sampinya ada panci lurik besar berisi ayam, panci aluminium yang dihuni sayur krecek kulit sapi warnanya jingga menggugah selera, serta panci putih berisi bubur digelar di depan gapura masuk Kampung Cokrodiningratan.

Sejak pagi buta Bu Supat sudah menggelar dagangannya.

Kuliner khas Yogyakarta seperti ini tak mungkin ditemui oleh wisatawan yang malas bangun pagi dan hanya mengandalkan sarapan pagi dari hotel.

Padahal sebelum restoran hotel, para penjaja bubur gudeg seperti ini sudah menggelar menu yang sarat ciri khas Yogyakarta. Jauh lebih kental daripada sajian hotel.

Temaram lampu kota, lalu lintas yang masih lengang, segarnya udara Yogya, serta becak berpenumpang pedagang sayur menuju Pasar Kranggan menjadi suguhan unik yang tak dapat dijumpai ketika Anda menyantap gudeg di restoran.

Soal rasa, umumnya gudeg semacam ini lebih otentik dan asli gudeg jaman dulu bila dibandingkan dengan gudeg-gudeg yang banyak dikenal dan dijajakan di restoran.

Nikmat bersantap gudeg lesehan dengan lauk suasana Yogya kini kian sulit dicecap.

Bakul (penjaja) gudeg tradisional layaknya Gudeg Bu Supat pamornya kian meredup. Samar oleh nama tenar restoran-restoran gudeg yang viral oleh sosial media.

Gudeg tradisional hanya dilirik oleh wisatawan sejati. Merek yang benar-benar rindu memeluk syahdunya suasana Yogya. Tak sekadar bertandang ke Yogya, ceprat-cepret ber-swa foto lalu diunggah di Instagtam (orangtuaidaman.com)