GUNUNG GEDE – PANGRANGO: PESONA EDELWEIS JAWA DI DASAR KALDERA PURBA
“SEJAUH INI INSIDEN PALING MENARIK DALAM KUNJUNGANKU KE JAWA ADALAH PERJALANANKU KE PUNCAK GUNUNG PANGRANGO DAN GUNUNG GEDE” – (ALFRED RUSSEL WALLACE).
Naturalis sekaligus penjelajah, geografer, antropolog, biolog, dan ilustrator berkebangsaan Inggris itu menapakkan kaki di Gunung Gede – Pangrango pada tanggal 18 juli – 31 Oktober 1861.
“Aku terkejut dengan jumlah tanaman paku yang sangat banyak yang tumbuh di pinggir jalan. Keanekaragaman tanaman paku ini nampak tiada akhir, dan aku sering berhenti untuk mengagumi beberapa tanaman anggrek baru dan menarik”, kata Walace mengagumi vegetasi Gunung Gede.
Kala itu, menurutnya, ada sekitar 300 spesies anggrek tumbuh subur di gunung ini.
Walace juga memukan flora langka endemik Gunung Gede, katanya, “Di sekitar ketinggian 9.000 kaki kami menemukan royal cowslip (Primula imperialis) yang cantik dan langka, tidak ditemukan di tempat lainnya di dunia kecuali di puncak gunung soliter ini”.
Kekayaan hayati dan keindahan alam Gunung Gede – Pangrango menjadikan tempat ini tak hanya sekadar ajang pendakian, namun sekaligus menjadi tempat belajar dan pusat peleatarian.
Karakter Jalur Beragam
Gunung Gede cocok bagi pendaki pemula melakukan pendakian pertama. Jalurmya (treknya) boleh dibilang moderat. Tidak terlalu berat tetapi juga tidak tsrlalu ringan.
Gunung Gede punya jalur dengan karakter berbeda-beda dan lengkap.
Trek Tanah Liat Berbatu
Trek ini mengawali perjalanan mulai dari villa di Gunung Putri. Berupa jalur tanah liat yang membelah kebun sayur mayur.
Usai melahap jalur bersayur, kini saatnya kita disuguhi jalur berbatu dangan tanjakan tajam. Pada saat berangkat, jalur ini terasa biasa-biasa saja. Namun, ketika kita turun, jalur ini lumayan menyakitkan di lutut dan membuat yeri otot paha.
Trek Tangga Berundak
Di ujung jalur berbatu itu ada sungai kecil, selepas menyeberanginya, jalur berundak menjulur di depan mata. Menunggu langkah kaki kita menapaki satu-persatu.
Trek Tanah Beratap Hutan
Suguhan berikutnya yang harus dinikmati yaitu jalur tanah liat dengan kemiringan 10 – 30 derajat, menelisik kedalam lebatnya vegetasi hutan.
Hawa sejuk diiringi kabut menjadi karib selama melintasi jalur tersebut. Selalu waspada dan berhati-hati itu wajib, sebab jarak pandang terbatas. Jalur ini berujung di sebuah peristirahatan (shelter) bernama Buntut Lutung.
Trek Curam Berselimut Akar
Semakin tinggi pendakian, kian curam pula jalur yang dilalui. Selepas Shelter Buntut Lutung, jalur yang harus dilahap kian curam. Jalur ini cukup tajam, berkemiringan 40 derajat.
Hawa redup berselimut kabut membuat jalur berakar itu kian berwajah sangar. Bersenandung lah kawan, agar api nyali tetap menyala. Sibukkan mata untuk mencermati detil-detil kecil lantai hutan yang unik dan cantik namun kerap terabaikan.
Tak terasa senandung sepi telah menemani langkah kaki sampai di ujung jalur sangar berakar itu. Kini kita berada si Shelter Simpang Maleber.
Jalur Berakar Kian Sangar
Selepas menghela napas si Shelter Simpang Maleber, bukan berarti jalur sangar berkar sudah tamat. Jalur berwajah tadi barulah pemanasan memasuki jalur berwajah angker yang lebih pekat berikutnya.
Jalur ini berkemiringan sekitar 60 derajat. Kini tak bisa lagi dikatakan menapaki jalur, namun melainkan merayapi jalur.
Jalur ini berada di sela-sela pohon. Sehingga, saat melalui dan menaikinya, kita bisa berpegangan akar-akar pohon tersebut.
Wuih… begitu menguras tenaga, merampas napas, dan persediaan air minum.
Setelah Trek Simpang Maleber, kita memasuki padang ilalang legendaris bernama Suryakencana. Lembah ini banyak ditumbuhi Edelweis (Anaphalis Javanica). Bak permadani, bunga abadi itu tumbuh subur menutupi Suryakencana.
Sejatinya, tempat ini adalah kaldera purba Gunung Gede. Konon, saat gunung ini meletus dahsyat, kaldera ini terrimbun materi letusannya sendiri. Sementara itu, kawah barunya terbentuk di Puncak Gunung Gede sampai saat ini.
Suryakencana merupakan lembah yang diapit oleh dua puncak. Meliputi puncak Gede dan Puncak Gumuruh. Suhu di lembah ini sangat dingin. Kira-kira 3 derajat Celsius.
Tak jauh dari Gunung Gede, kita dapat menyaksikan Gunung Pangrango. Keduanya saling bergandengan dan tergabung menjadi satu sebagai Taman Nasional Gede-Pangrango.
Gunung Pangranggo (3019 m dpl) lebih tinggi daripada Gunung Gede (2958 m dpl). Puncak Gunung Pangrango cenderung mengerucut bertipe strato. Berbeda dengan puncak Gunung Gede yang landai cenderung bertipe maar.
Percabangan menuju puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango berada di Pos Kandang Badak.
SYARAT PENDAKIAN
Pendaki wajib memiliki Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI).
Para pendaki wajib mentaati semua ketentuan pihak pengelola, sehingga tidak dianggap sebagai pendaki ilegal.
Semua ketentuan pihak pengelola, ditujukan demi keselamatan, dan kenyamanan para pendaki.
Harga Tiket Masuk
Tiket masuk Gunung Gede Rp. 29.000 weekday / WNI.
Tiket masuk Gunung Gede Rp. 34.000 weekend / WNI.
Tiket masuk untuk pelajar, dan Warga Negara Asing berbeda.
Pihak pengelola melayani booking online. Alamat booking: https://booking.gedepangrango.org/
Pendaki wajib melakukan pemeriksaan kesehatan pada hari H pendakian (sesuai dengan tanggal pendakian). Harus dibuktikan dengan Surat Keterangan Sehat dari Rumah Sakit, Klinik atau fasilitas layanan kesehatan lain yang resmi, sesuai Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Pemeriksaan Kesehatan Pendakian di TNGGP.
Jam Buka Gunung Gede
Pelayanan tiket, atau booking online Gunung Gede dari jam 08.00 – 16.00.
Pelayanan tiket Gunung Gede beroperasional setiap hari.
Pengelola
Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat
Kantor Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Jl. Raya Cibodas PO Box 3 Sdl. Cipanas 43253 Cianjur, Jawa Barat
Telp. (0263) 512776 Fax. (0263) 519415
E-mail : tngp@cianjurwasantara.net.id
TRANSPORTASI
Taman Nasional Gede Pangrango bisa ditempuh melalui rute Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (100 km) mengendarai mobil, atau Bandung – Cipanas – Cibodas dengan waktu 2 jam (89 km), dan Bogor – Salabintana dengan waktu 2 jam (52 km).
Comments are closed.