POHON TIN: POKOK PERADABAN, BUDAYA, DAN AGAMA
ORANGTUA IDAMAN – Orang muslim menyebutnya Buah Tin, sedangkan orang nasrani mengatakan sebagai Buah Ara. Apa bedanya? Lantas benarkah ara yang tertulis dalam berbagai kitab suci adalah tin seperti yang sedang tren saat ini?
Ara Merujuk pada genus ficus . Aneka jenis ficus dikenal sebagai pohon ara atau kayu ara. Bahasa Inggris menyebutnya sebagai pohon ara atau buah ara .
Sedangkan Pohon Tin (Common Fig; Ficus carica) adalah spesies ara yang tumbuh di Asia Barat Daya, Timur Tengah, dari Afganistan sampai Portugal.
Dengan demikian sekarang kita menjadi tahu bahwa Pohon Tin itu termasuk jenis Ara. Sedangkan Ara adalah genus yang meliputi Pohon Tin sebagai salah satu spesies di dalamnya.
Pohon Tin itu buahnya enak dimakan. Sebaliknya, tidak semua tumbuhan keluarga ara buahnya enak dimakan.
Pohon Tua
Sebagai penghasil buah, tanaman tin dibudidayakan sejak zaman dahulu. Peneliti memperkirakan flora ini sudah ada sejak Zaman Neolitikum, sekitar tahun 5.000 SM.
Asal tahu saja, manusia memasuki masa cocok tanam sekitar 10.000 tahun yang lalu, atau pada kisaran 8.000 SM. Bersamaan dengan Zaman Neolitikum.
Jadi, Buah Tin diperkirakan mulai dibudidayakan kira-kira 3.000 tahun setelah manusia meninggalkan kebiasaan meramu dan berburu di hutan.
Tin alias Ficus carica menjadi sumber makanan penting bagi peradaban kuno. Raja Sumeria Urukagina mengisahkan buah ara hampir 5.000 tahun yang lalu.
Raja Nebukadnezar II menanam Tinah di taman gantung Babilonia. Raja Salomo dari Israel memuji ara dalam nyanyian.
Sementara itu, orang Yunani dan Romawi kuno percaya buah tin yang dikirim dari surga.
Mereka membubuhkan buah tin dalam berbagai ritual. Firaun menjadikan buah ara kering sebagai penopang jiwa leluhur menempuh perjalanan menuju alam baka.
Mereka percaya Dewi Hathor hadir dari pohon tin, jiwa menyambut leluhur mereka di surga. Hathor dipercaya sebagai Ibu para Firaun sekaligus pemegang kekuasan surga.
Pohon Peradaban
Simbiosis yang terjalin sejak zaman purba itu menjadikan ara sebagai saksi sejarah dan tumbuh-kembang peradaban manusia.
Dalam kelanjutannya, ara begitu lekat dengan kehidupan manusia. Tumbuh tak hanya sekadar laksana sumber pangan. Akar-akar ara menghunjam dalam ke ranah spiritual manusia.
Ara mengejawantah sebagai simbol penerjemah eksistensi yang tak terjamah kamus bahasa verbal. Menyibak relasi manusia dan Penciptanya.
Tak pelak lagi, flora tangguh yang sanggup bertahan di lingkungan kering, serta tanah tandus dan berbatu ini akhirnya tumbuh subur pula dalam kitab suci dan ajaran berbagai agama besar.
Talmud Babilonia Yahudi dan beberapa legenda kuno lain mengumpamakan pokok ara sebagai pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat.
Pokok Agama-agama
Bagi umat samawi, daun ara dituliskan dalam kitab suci sebagai penutup ketelanjangan Adam dan Hawa. Tajuk pohon pengetahuan ini menaungi rasa malu akibat perbuatan salah atau dosa.
Dalam Bahasa Latin, Kata ‘peccare’ (berdosa) terkait dengan kata Ibrani pag (buah ara yang belum masak).
Bahasa Ibrani punya beberapa kata (sebutan) yang Merujuk kepada pohon ara. Buah ara muda disebut ‘pag’ dan ‘bikkurah’. Sementara pohon ara disebut sebagai ‘teenah’ (tinah).
Teenah memiliki arti ‘membentang’. Sosok pohon ara tidaklah tinggi. Tajuknya menjulur ke samping. Memberikan keteduhan di bawahnya. Duduk di bawah pohon ara menyimbulkan makna kemakmuran dan ketenteraman.
Pohon ara pun disucikan oleh Umat Muslim. Salah satu surah Al Quran yaitu Surah At-Tin (سوره تین). Bermakna ‘pohon tinah’. Surah ini diawali dengan sumpah Allah “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun” (QS. 95:1), Wat tiini waz zaituun.
Tin (at-tin) dan zaitun (az-zaitun) juga dimaknai sebagai dua tempat suci, yaitu Bukit Sinai”tempat Nabi Musa memerima wahyu; dan kota yang aman dan teduh (Mekah)”tempat Nabi Muhammad menerima wahyu.
Kemudian kedua tempat itu digunakan Allah menyatakan kebenaran sumpah-Nya.
Beralih dari Kitab Suci Al Quran, Ficus Carica nampaknya juga tumbuh subur dalam Kitab Suci Umat Kristen, Injil. Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru ditumbuhi ilham pohon ara.
Dalam Injil Perjanjian Baru, Lukas 13: 6-9, pohon ara memberi makna kehidupan perlunya produktivitas rohani. Hal ini tertuang dalam perumpamaan pohon ara yang tak berbuah.
Dalam kitab tersebut tertulis bahwa pohon ara ditanam bersama pohon anggur oleh seorang petani. Sementara pohon anggur berbuah lebat, pohon ara tak memberikan buahnya. Petani tak lantas menebang pohon ara. Tetap merawat dan memberi kesempatan kepadanya agar berbuah pada musim selanjutnya.
Lantas bagaimana dengan Pohon Ara jenis lain yang buahnya tak dapat dimakan? Apakah pahon ara tersebut juga berpengaruh terhadap peradaban manusia, disakralkan, dan tumbuh dalam kitab suci?
Dalam bahasa Ibrani, dikenal jenis ara yang disebut sebagai pohon Shiqmah . Namun, pohon ini tidak muncul dalam Alkitab berbahasa Indonesia terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Sementara dalam Alkitab Bahasa Inggris, Pohon Shigmah disebutkan sebagai ‘sycamore’ atau ‘sycamore fig’. Menurut tatanama biner, tumbuhan ini punya mana ilmiah Ficus sycomorus.
Ficus Sycomorus muncul dalam Injil Perjanjian Lama dalam kitab 1 Raja 10:27; 1 Taw. 27:28; 2 Taw. 1:15; 9:27; Amos 7:14; Ya 9:9; Kidung Agung 2:13, Yesaya 28:4; Yeremia 24:2; Hos. 9:10; dan Mik.71.
Ficus Sycomorus berbatang kokoh. Akarnya panjang. Sedangkan kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Selain itu, orang Mesir menggunakan kayu Ficus Sycomorus sebagai peti mati penyimpan mumi. Kayu Ficus Sycomorus kuat dan tahan lama.
Ficus Sycomorus punya buah berbentuk mirip buah Ficus carica (Tin). Namun rasanya tak seenak Buah Tin. Di negeri asalnya, buah Ficus Sycomorus hanya dikonsumsi orang miskin.
Dalam Pejanjian Baru, Ficus Sycomorus ditulis dalam Luk 19:4, yaitu pohon yang dinaiki Zakheus untuk melihat Yesus.
Ara-ara Lain Tetap Suci
Kesucian Ara tak berhenti pada Ficus Sycomorus dan Ficus carica . Masih banyak ara-ara lain yang juga disucikan, meskipun buahnya tidak enak. Ficus religiosa dan Ficusbenghalensis adalah contohnya.
Ficus religiosa atau ara suci juga dikenal sebagai Sri Maha Bodhi. Ditanam di sebuah kuil di Anuradhapura, Sri Lanka oleh raja Tissa pada tahun 288 SM.
Menurut tradisi, Buddha mendapat pencerahan (bodhi) ketika bermeditasi di bawah pohon bodhi (Ficus religiosa).
Eksistensi Ficus religiosa juga terukir di Candi Borobudur. Menurt Balai Konservasi Borobudur, Sebagai pohon religi agama Buddha pohon ini banyak terpahatkan pada relief Candi Borobudur, serta ditanam hampir pada semua sisi zona 1.
Dalam Hindu, Ficus religiosa disebut sebagai Ashvattha (pohon dunia). Plaksa Pra-sravana disebut sebagai pohon ara yang akar-akarnya menjadi sumber Sungai Saraswati, pohon ini sejatinya yaitu Ficus infectoria.
Keluar dari kitap suci agama-agama, para ilmuwan menemukan Ara menjadi flora pionir ketika Krakatau di Selat Sunda mengamuk dan menyapu semua kehidupan pada tahun 1883.
Tajuk Ara telah mekar ketika budaya, agama, dan peradaban manusia belum tumbuh. Mewakili tumbuhan yang lain, ara menjadi tempat berlindung yang aman, mengayomi, dan memberi keteduhan kehidupan di muka bumi (orangtuaidaman.com).
SIMAK PULA ARTIKEL BUDAYA INI
HINDU NUSANTARA vs HINDU INDIA
KONSEP-KONSEP DAN KEAHLIAN TEKNIK HINDU DILOKALKAN DAN DIELABORASI KEMBALI. MENJADI BERNAPAS KHAS INDONESIA. Bagai sebuah jarum yang menusuk ke dalam
TONG SETAN: DARI MOTORDOME, WALL OF DEATH SAMPAI TONG EDAN
APA PUN SEBUTANNYA, WAHANA YANG SATU INI SELALU…
LAWANG SEWU: GEDUNG TUA ITU DIPENUHI PESONA CERITA KERETA
KATA ORANG, LAWANG SEWU TIDAK COCOK BAGI ANAK…
BATIK TRUSMI: KAIN WARNA-WARNI YANG TERUS BERSEMI
KECAMATAN PLERED ADALAH SALAH SATU GUDANG BATIK DI…
JANGAN LUPA BERWISATA
KALIURANG PARK – BOTANICAL GARDEN: BUAH EVOLUSI KALIURANG JADUL
SEKARANG, KALIURANG TAK SEKADAR MEMBUAT HATI SENANG. LOKA WISATA INI PUN MEMBIKIN ANANDA PINTAR. Bagi yang dulu pernah berlibur ke
GRAND ARKENSO PARKVIEW: MENGINAP DI ATAS KELAP-KELIP ATAP KOTA SEMARANG
DARI DALAM KAMAR GRAND ARKENSO PARKVIEW, PEMANDANGAN SENJA LANGIT SEMARANG, KERLIP LAMPU KOTÀ, DENYUT KEHIDUPAN SIMPANG LIMA DARI KETINGGIAN DISUGUHKAN
GEMBIRA LOKA ZOO: LEBIH INTIM DENGAN SATWA
DI GEMBIRA LOKA, PENGUNJUNG TAK SEKADAR MENYAKSIKAN BERAGAM SATWA. TETAPI JUGA BERKESEMPATAN BERINTERAKSI DENGAN FAUNA-FAUNA ITU. Adalah Petting Zoo, di
UMBUL WEDOK KLATEN: SEGARNYA BERENANG AIR “AQUA”, BERBONUS SPA GARRA RUFA “NDESO”
Selama ini Klaten populer dengan pemandian Umbul Ponggok. Padahal, Klaten punya banyak umbul. Jika Anda merindukan umbul di tengah suasana
SINDU KUSUMA EDUPARK: DARI BIANGLALA RAKSASA, SINEMA HOROR SAMPAI RUMAH TEROR
SORE ITU KAWAN-KAWAN DARI SD NEGERI 1 GEMULUNG LARI BERHAMBURAN DARI BUS. BERGEGAS MENYERBU ANEKA WAHANA SERU DI SINDU KUSUMA