TOLERAN ATAU INTOLERAN TERGANTUNG KELUARGA
ORANGTUA IDAMAN – Toleransi, saling menghargai, menerima perbedaan, dan kesetiakawanan bisa ditanamkan di usia dini sejak anak masih kecil. Perna keluarga sangat penting.
Seperi yang dikutip dari Prof. Suyanto, M.Ed., Ph.D. dalam bukunya, keluarga merupakan institusi yang strategis dalam menanamkan jiwa toleransi dalam keberagaman kepada penerus bangsa. Fakta historis menunjukkan bahwa negara-negara yang tidak memiliki toleransi dan kesetiakawanan sosial selalu menghadapi konflik perkepanjangan dari waktu ke waktu. Perang saudara seperti yang terjadi di Afrika, Bosnia, Kamboja, dan Timur Tengah sampai saat ini masih sulit untuk ditemukan jalan keluar secara tuntas. Hal itu salah satunya akibat hilangnya rasa kenersamaan di dalam jiwa warga negaranya.
Maka, semangat toleransi dan kesetiakawanan sosial seharusnya ditanamkan sejak dini di lingkup pendidikan keluarga, sejak anak masih balita. Sehingga sistem nilai itu menjadi mudah diamalkan dan dilestarikan ketika mereka dewasa.
Proses internalisasi kesetiakawanan sosial anak-anak tidaklah sulit jika para orangtua sudi melakukannya melalui proses pendidikan keluarga. Sebab, anak masih memiliki pola pikir sederhana, serta memiliki pola hubungan sosial antar sesama.
Pada hakikatnya, anak punya sistem sosial sendiri. Dalam sistem sosial itu, juga terdapat institusi sanksi bagi pelanggar. Anak yang tidak disiplin akan menerima sanksi dari masyarakat anak kecil. Berupa olok-olok, dikucilkan, dan diisolasikan. Melalui praktik bermain itu, sebenarnya, kepedulian, toleransi, dan kesetiakawanan sosial dapat dikondisikan melalui pendidikan keluarga.
Orangtua dapat melakukan rekayasa pendidikan keluarga melalui berbagai cara. Misalnya, mendorong anak agar bermain dalam bentuk kelompok. Dengan demikian anak terbiasa saling bekerja sama serta menerima pikiran teman lain yang berbeda. Akan akan belajar bertoleransi.
Begitu puka dalam menyelesaikan konflik, orangtua dapat membiasakan anak saling memaafkan. Jika mereka terbiasa memaafkan kesalahan temannya, maka setelah dewasa akan tumbuh menjadi insan yang memiliki nilai kebersamaan tinggi.
Dalam memilih permainan, orangtua juga bisa melatih dan mengkondisikan anak-anak agar bersedia saling meminjam di antara sesama. Dengan cara seperti itu, kelak setelah mereka dewasa akan dapat melakukan transfer of learning pasan pendidikan keluarga ke dalam kehidupan nyata yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial.
Proses pendidikan seharusnya ikut serta secara aktif mentransformasikan nilai-nilai toleransi dan kesetiakawanan sosial. Sebab, kedua hal tersebut tidak mungkin akan tumbuh sendiri. Harus ada intervensi dan rekayasa sosial yang disengaja. Pendidikan merupakan media yang efektif untuk tujuan itu.