YUK BIMBING ANAK AGAR CERDAS BERMEDIA SOSIAL
ORANGTUA IDAMAN – Teknologi kian berkembang. Siapa pun yang enggan menyesuaikan diri, pasti digulung. Melarang anak bersosial media bukan keputusan bijak. Membimbing anak cerdas bersosial media adalah pilihan tepat.
Sekarang, sebagian besar anak punya akun di situs jejaring sosial. Banyak hal positif yang bisa dipanen dari media sosial. Namun, juga banyak risiko yang wajib diwaspadai.
Selama bermedia sosial, anak butuh pendampingan orangtua atau orang yang lebih dewasa yang dapat dipercaya. Sebab, anak belum dapat membuat keputusan yang baik saat mengunggah sesuatu di jejaring media sosial. Hal ini berisiko memicu permasalahan.
Dengan demikian, penting untuk mengajarkan anak Anda cara menggunakan media sosial secara bijak.
Sisi Baik Media Sosial
Media sosial dapat membantu anak terhubung dengan teman, keluarga, komunitas, serta relasi positif yang lainnya. Melalui media sosial, anak dapat terlibat dalam berbagai kegiatan positif. Misalnya: menjadi sukarelawan, kegiatan nirlaba atau kegiatan amal.
Media sosial juga dapat berperan sebagai lumbung ide sekaligus guru yang baik bagi anak. Sehingga ia dapat mengembangkan kreativitas, berbagi ide, mempelajari beragam hobi, musik, dan seni.
Melalui jejaring media sosial, anak dapat berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Berkomunikasi dengan pendidik dan sesama siswa.
Sisi Gelap Yang Wajib Diwaspadai
Kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan dihindari dalam kehidupan. Di mana pun kita berada, keduanya selalu ada. Sebagai orangtua, kita hanya dapat mendampingi anak agar selalu berjalan di sisi yang baik dan benar.
Dunia maya pun seperti itu, selain sisi baik juga punya sisi gelap yang wajib diwaspadai. Salah satunya yaitu rawan terjadi cyberbullying, serta kegiatan tak berfaedah lainnya.
Sebagai langkah yang berguna untuk mewaspadai hal-hal negatif itu, maka sebaiknya beberapa hal berikut perlu diwaspadai:
1. Mengunggah foto diri, menggunakan nama asli di profil media sosial. Hal ini berpotensi disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Beberapa waktu lalu, marak modus kejahatan dengan memanfaatkan foto. Pelaku menggunakan foto korban untuk melakukan penipuan melalui WA. Kemungkinan besar foto tersebut diunduh dari situs media sosial.
2. Mengungkapkan tanggal lahir, dan kartu identitas di media sosial. Sama seperti foto, tanggal lahir, kartu identitas, dan nama Ibu kandung rawan disalahgunakan. Kita tahu, tanggal lahir dan nama ibu kandung merupakan data yang selalu digunakan untuk melakukan verifikasi hal penting dan rahasia. Misalnya saat membuat buku tabungan di bank, membuat KTP, SIM, dan lain sebagainya.
3. Mengunggah Nama Sekolah dan Alamat lengkap. Hal ini berpotensi membuat anak menjadi sasaran empuk bagi predator anak online, serta orang lain yang berbahaya.
Fakta di lapangan membuktikan bahwa banyak anak telah dihubungi orang asing secara online sehingga membuat anak merasa takut dan tidak nyaman.
Anak juga telah terpapar iklan online yang tidak sesuai dengan usia dan peruntukannya bagi anak.
4. Menggunakan E-mail Verifikasi Orangtua
Dianjurkan agar akun sosial media yang dimiliki Ananda dibuat menggunakan e-mail verifikasi milik orangtua. Cara ini membuat orangtua selalu menerima notifikasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh akun tersebut. Kapan pun, dan dengan siapa pun Ananda berkomunikasi bisa dideteksi melalu notifikasi yang dikirimkan ke e-mail, tanpa disadari oleh Ananda.
Yang Seharusnya Dilakukan Orangtua
Selalu bersikap baik adalah pesan pokok dari orangtua. Meminta agar anak selalu berlaku hormat kepada orang lain, tidak mengunggah pesan yang menyakitkan atau mempermalukan orang lain. Serta mintalah anak agar selalu mengkomunikasikan unggahan-unggahan yang melecehkan orang lain yang mereka jumpai.
Apa yang Bisa Orang Tua Lakukan?
Sangat penting untuk mengetahui apa yang dilakukan anak-anak Anda secara online. Tetapi upaya pengintaian yang kita lakukan dapat membuat anak dikucilkan, selain itu juga merusak kepercayaan yang telah Anda bangun bersama. Kuncinya adalah tetap terlibat dengan cara yang membuat anak Anda mengerti bahwa Anda menghormati privasi mereka tetapi ingin memastikan mereka aman.
Melatih anak agar senantiasa berpikir ulang sebelum mengunggah setatus di sosial media. Selalu mempertimbangkan status-status yang berisiko. Misalnya unggahan yang mengabarkan bahwa keluarga sedang berlibur. Sehingga memungkinkan orang jahat mengetahui bahwa rumah Anda sedang dalam keadaan kosong.
Memanfaatkan pengaturan privasi. Misalnya yaitu tentang pentingnya merahasiakan kata sandi. Anak seharusnya tudak membagikan kepada siapa pun, bahkan kepada sahabatnya. Sarankan agar tidak berteman dengan orang asing yang tidak dikenal dan tidak diketahui latar belakangnya.
Pentingnya Surat Perjanjian
Ada baiknya untuk melatih anak berkomitmen dibutuhkan surat perjanjian. Di dalamnya tertuang persetujuan tentang kesanggupan menjaga privasi, tidak membagikan informasi pribadi dan keluarga ke media sosial.
Anak juga diminta agar berjanji dan berkomitmen agar tidak menggunakan teknologi untuk menyakiti orang lain dengan intimidasi maupun gosip.
Sebaliknya, orangtua juga harus menyetujui dan menghormati privasi anak sambil turut menjadi bagian dunia media sosial anak.
Dengan demikian, orangtua dapat menjadi teman sekaligus mengamati anak. Namun tidak memosting nasihat dan marah-marah di beranda akun mendia sosial milik anak.
Orangtua juga selayaknya membimbing agar anak tetap membumi di dunia nyata, dengan cara membatasi jam terbang anak di dunia maya.
Sebaiknya anak diminta agar tidak menggunakan smartphone atau laptop di kamar tidur. Serta tetapkan beberapa aturan tentang penggunaan gadget. Misalnya aturan yang melarang keberadaan gadget di meja makan.
Dan jangan lupa memberi contoh yang baik melalui perilaku virtual Anda sendiri, dengan demikian dapat menjadi teladan anak bermedia sosial (orangtuaidaman.com)