HADIIE WIJAJA: MILIARDER LEMPOK DARI PEKANBARU
KISAH SUKSES – Bisnis lempok, terlihat remeh. Tapi, di tangan Hadiie Wijaja, bisnis ini meraksasa dengan omzet miliaran rupiah.
Hadiie memulai usaha sejak tahun 2000, diawali dari nol. “Saat itu saya belum memiliki karyawan. Seluruh proses usaha dilakukan sendiri. Dimulai dari memasak hingga pemasaran dititipkan ke toko-toko,” imbuhnya. Modal awal untuk memulai bisnis lempok tersebut sebesar Rp 15 juta. Dana itu diperoleh dari hasil arisan. “Sebagian saya pakai untuk membeli alat dan Rp 5 juta untuk membeli bahan baku,” papar Bapak berputri satu dan berputar satu ini.
Menurutnya, lempok adalah makan khas asal Bengkalis. Namun, ketersediaan durian sebagai bahan baku di kota tersebut terbatas. “Jadi, saya tertarik memproduksinya di Pekanbaru, soalnya di daerah ini jumlah durian berlimpah,” ungkapnya. Selain dari Pekanbaru, Hadiie juga mendatangkan bahan baku dari daerah Sibolga, Curug, Bengkulu, Pelembang, Rupat.
Ketekunan dan semangat konsisten dalam mempertahankan mutu produk membuat usaha lempoknya semakin laris. Melihat perkembangan usaha tersebut, pada tahun 2004, Hadiie tertantang menambah investasi untuk membangun tempat usaha lebih besar, membeli peralatan untuk menambah kapasitas produksi. “Saya ajukan pinjaman senilai Rp 400 juta ke salah satu bank tapi saat itu ditolak. Lalu saya ajukan ke Danamon malah disetujui sebesar Rp 600 juta,” ungkap Hadiie. Menurutnya, ia memberlakukan cara pembelian cash.
“Saya membeli bahan baku dari petani secara cash, demikian pula sebaliknya, konsumen membeli produk saya juga secara cash. Model kerjasama seperti ini minim risiko,” tuturnya.
Pinjaman itu lalu digunakan untuk membeli 4 buah ruko berlantai 3 dan direnovasi sebagai tempat usaha terpadu. Strategi ini terbukti berhasil. Modal usaha dari Danamon tersebut semakin memajukan usaha Hadiie. Pada tahun ketiga, Hadiie memberanikan diri mengajukan pinjaman lagi kepada Bank Danamon sebesar Rp 1,1 miliar. “Saya perhitungkan omzet yang saya peroleh bisa mencukupi angsuran pinjaman tersebut. Bahkan saat ini, plafon pinjaman yang diberikan oleh Bank Danamon kepada Hadiie telah mencapai Rp 10 miliar. Besarnya plafon pinjaman tersebut menjadi cermin kepercayaan lembaga pendanaan terhadap bisnis Hadiie yang semakin bertumbuh.
Outlet Di Berbagai Kota
Kini, ia punya empat ruko, tiga tingkat dijadikan satu. Lantai 3 digunakan sebagai tempat mengolah aneka kue, lantai 2 digunakan untuk mengolah lempok, lantai 1 sebagai gudang. Di dalam gudang tersebut, Hadiie menyimpan stok lempok. Menurutnya, bila dirupiahkan, stok lempok senilai Rp 1,2 miliar.
Sukses yang dicapai juga dibuktikan dari outlet yang tersebar di berbagai lokasi. Outlet pertama berada di Bandara Sultan Syarif Kasim 2 Riau. “Disana kami memiliki 5 outlet. Outlet berikutnya dibuka di pusat kota Pekanbaru dengan nama Kembang Sari. Di Jakarta di terminal A, B dan E. Sekarang saya punya 11 outlet,” paparnya. Dalam mengoperasikan usaha tersebut, Hadiie dibantu 110 orang karyawan. Kembang Sari khusus menjual produk lempok, sedangkan Harum Sari menjual produk aneka roti dan cake.
Saat ini Hadiie dikenal sebagai salah satu pengusaha besar oleh-oleh khas Indonesia. Berbagai produk yang dihasilkan meliputi: aneka kerupuk buah-buahan. Contohnya kerupuk nanas dan kerupuk nangka. Meskipun beragam produk yang dijual, produk utamanya tetap lempok durian. Sebab, makanan bercitarasa manis ini adalah makanan khas Pekanbaru. Hadiie menjajakan sekitar 100 item produk. Semua produk itu dibuat sendiri. Ia mempekerjakan sekitar 35 orang juru masak kue. Setiap karyawan menangani produk spesifik. “Ahli cake, membuat cake, brownies ditangani karyawan khusus, bakery pun ditangani karyawan khusus,” kata Hadiie.
Meskipun bahan baku durian bersifat musiman, namun Hadiie berupaya agar produksi lempok tidak terputus. Produksi yang tidak terputus membuat merek menjadi unggul di pasar. Durian yang sudah diolah menjadi lempok bisa bertahan hingga 5 bulan. Kandungan gula dalam lempok sekaligus berfungsi sebagai bahan pengewat alami yang tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen.
Musim durian berlangsung 2 kali dalam 1 tahun. Yaitu Periode Juni – Agustus, periode berikutnya berlangsung pada Bulan Desember – Februari. Setiap lokasi memiliki aroma durian yang berbeda. Durian paling harum berasal dari Bengkalis dan Rupat. Durian yang dipilih adalah durian yang benar-benar masak, masih segar dan belum terbuka kulit buahnya. Pasalnya, durian yang kulitnya sudah terbuka sering bercita rasa asam.
Untuk mengatasi kendala musim, Hadiie bekerja sama dengan petani setempat. “Begitu musim durian tiba, durian langsung dipanen dan dimasak di tempat. Hasil di Bengkulu dimasak di Bengkulu, demikian pula hasil panen dari Bengkalis juga dimasak di Bengkalis,” tuturnya. Menurutnya, durian yang langsung dimasak di lokasi menghasilkan lempok berkualitas bagus. “Soalnya, kualitas durian menurun setelah menjalani pengiriman,” papar Hadiie. Seratus dua puluh durian bisa diolah menjadi 10 kg lempok.
Menurut pengakuannya, produknya murni merupakan olahan durian dengan gula. Tanpa penambahan tepung. Durian yang sudah diolah menjadi lempok lalu dibungkus dikemas karung dikirim ke gudang penyimpanan. Pria ulet ini kemudian menyimpan karung penuh lempok durian tersebut di dalam sebuah gudang sebagai stok.
Pentingnya Label Penanggalan
Untuk mempermudah arus stok dan mengetahui waktu kedaluarsa, Hadiie memberikan label penanggalan pada kemasan. “Kami mencantumkan tanggal pembuatan dan pengemasan. Sehingga bisa dipastikan tanggal kedaluarsanya. Disamping itu, penanggalan juga membuat kami menjadi lebih mudah memprioritaskan lempok yang harus segera dijual,” papar Hadiie.
Banyak keuntungan yang bisa dicapai, melalui strategi itu. Yang pertama, usaha yang ditekuni tidak lagi dipengaruhi musim. Hadiie, bisa memanipulasi pemasokan lempok sesuai kebutuhan pasar. Keuntungan berikutnya, menghemat biaya pengiriman. Pasalnya Hadiie menerima lempok yang sudah jadi, sehingga ongkos kirim yang terlalu banyak akibat kulit durian, tidak lagi menjadi beban.
Proses pengolahan lempok dilakukan juru masak sebanyak 60 orang. Ketika musim durian tiba, juru masak tersebut disebar ke sentra durian. “Saya membagi menjadi 2 kelompok. Jadi setiap kelompok ada 30 orang,” imbuh bapak berputera satu itu.
Pada tahun 2007, Hadiie menyadari, kapasitas produksi lempok yang dihasilkan sudah mendekati daya serap maksimal yang tersedia di pasar. Disamping itu, juga telah terdapat produk lain yang jenisnya beaneka ragam. Sehingga memberikan pilihan lain kepada konsumen. “Omzetnya mulai statis, naik-turun pada kisaran itu. Lalu saya pikir karus terus mengembangkan usaha dengan membuat produk lain. Yaitu brownies, dan anake kue khas Indonesia yang lain,” papar pengusaha berusia ramah ini.
Terinspirasi lempok, Hadiie lalu membuat dodol sirsak, dodol nangka dan dodol mangga. Produk lain yang dijual yaitu brownies kukus, banana brownies dan brownies durian. Kerupuk padang, kerupuk ikan lome, bolu kemojo, dan bika ambon. Strategi divesifikasi tersebut ternaya terhasil mengembalikan minat konsumen.
Mesin vs Tangan Mana Yang Unggul
Menurut pengalaman Hadiie, Proses produksi menggunakan tangan dan mesin masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Lempok yang diproduksi dengan mesin lebih enak dan kenyal dibandingkan dengan lempok buatan tangan. Sebaliknya, cake dan brownies yang diproduksi dengan tangan lebih enak dibanding yang dibuat dengan mesin.
Smart Way
1. Ekspansi lokasi usaha
Ekspansi usaha menjadi salah satu strategi bersaing. Outlet yang tersebar di berbagai tempat membuat Hadiie dapat menjual produknya sendiri, tanpa perantara. Sehingga bisa memberikan harga lebih murah kepada konsumen.
2. Ekspansi produk
Ekspansi produk dilakukan dengan menciptakan ragam produk yang bervariasi. Baik jenis, bentuk, dan kemasannya. Hadiie menyajikan lempok dalam berbagai pilihan. Contohnya: lempok dikemas plastik, daun pinang, lempok diiris persegi dan silindris. Variasi produk terebut akan membentuk ceruk pasar yang spesifik. “Tiap variasi punya peminat yang berbeda,” tuturnya. Dengan demikian, Hadiie secara tidak langsung telah memperbesar ceruk pasar. Setiap tahun Hadiie selalu menciptakan produk baru.
3. Menjaga Mutu
Selain harga murah, mutu berkualitas juga turut membentuk brand. Hadiie menjaga mutu lempok dengan jalan, seleksi durian berkualitas. Durian dipilih yang masih segar, diolah langsung di lokasi dengan jalan bekerjasama dengan petani.