MEMAHAMI SEMBILAN LUBANG NAFSU
MEMAHAMI 9 LUBANG NAFSU, MENGENAL, KEMUDIAN BELAJARMENGELOLA BERAGAM GETARAN DUNIA.
Dalam Bahasa Jawa dikenal dengan babahan hawa sanga, meliputi dua lubang mata, dua lubang hidung, dua lubang telinga, satu mulut, satu lubang kemaluan, dan satu lubang pelepasan.
Sebenarnya masih ada lubang kesepuluh, yaitu lubang ubun-ubun manusia yang menjelang dewasa tertutup dan dikenal sebagai pudak sinumpet (pudak: bunga pandanus).
Lubang nafsu merupakan pintu manusia dalam menerima berbagai ragam getaran dari dunia sekelilingnya, sekaligus berfungsi sebagai pintu pergolakan nafsu berekspresi ke luar.
Kata-kata kasar dan kotor yang terucap melalui mulut berasal dari bergolaknya nafsu angkara (hawa hitam). Kata-kata keras menghardik berasal dari nafsu amarah (hawa merah).
Kata-kata menyanjung-merayu berasal dari nafsu keinginan (hawa kuning). Kata-kata petunjuk, nasihat, dan penutura luhur berasal dari nafsu kesucia (hawa putih).
Nafsu angkara berwarna hitam adalah getaran nafsu yang membeku dan membentuk watak egois manusia. Nafsu amarah berwarna merah bergolak akibat rangsangan suara yang tidak enak didengar telinga, juga pengelihatan dan penciuman yang tidak sedap. Sehingga menimbulkan kejengkelan dan kemarahan.
Nafsu keinginan berwarna kuning timbul akibat rangsangan yang terlihat, terdengar, atau tercium.
Nafsu kesucia berwarna putih tanggap-terusik oleh ketajaman rasa hidup yang mengarah kepada keaslian, kebersihan, kebaikan, dan kebenaran.
Penciuman Paling Tajam
Dari berbagai getaran yang berasal dari luar, indera hidunglah yang paling tajam penyaringannya. Indera hidung suka menerima rangsang bau harum, bersih, dan segar. Namun akan menolak bau tak sedap, yang mengandung kotoran, dan makanan basi.
Segala sesuatu yang tidak diketahui oleh mata, telinga, dan mulut sering tercium oleh indera kebenaran.
Dari dalam diri manusia, nafsu kesucian digerakkan oleh rasa hidup yang bersumber pada cahaya hidup. Hal ini dialami pada saat nafsu birahi bergelora.
Rasa jati yang mengisi pusat kesadaran dalam laku birahi melengkapi gelora nafsu empat macam, sehingga lahirlah pengertian sedulur papat, lima pancer.
Dalam laku berahi terjadi pemusatan dan penguasaa indera serta nafsu yang dipimpin rasa jati demi memperoleh keturunan yang baik. Pemusatan indera dan nafsu secara naluri terjadi pada proses pelepasan, semata-mata karena kebutuhan.
Bagi kalangan penghayat perilaku, lubang kesepuluh adalah tempat persinggahan kesadaran pribadi termulia sebelum tertampung dalam tuntunan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari situ lahir pengertian adat yang mengajarkan agar tidak menggerayangi kepala orang dewasa secara seenaknya (orangtuaidaman.com).
MERAJUT KARAKTER
MENSYUKURI TALENTA: MENGGALI &MEMAKSIMALKAN POTENSI DIRI
SETIAP PRIBADI MEMILIKI KELEBIHAN DAN KETERBATASAN BERBEDA-BEDA. TUHAN MENGANUGERAHKAN KELEBIHAN, KETERAMPILAN, DAN KEPANDAIAN SECARA CUMA-CUMA. Karena itu, demi kemurahan Tuhan
IRI SARANG KEBOHONGAN
KETIKA SEORANG ANAK MERASA TAK PUNYA APAPUN UNTUK DIBANGGAKAN, MAKA DORONGAN MELAKUKAN KEBOHONGAN AGAR DIHARGAI SEGERA MUNCUL. Syukur dan menerima
YANG JUJUR AKAN HANCUR
HUKUMAN YANG DITERAPKAN SERAMPANGAN DAN TAK TERUKUR JUSTRU KERAP MEMBUAT ANAK MENGIDAP KARAKTER SUKA BERBOHONG. Sikap mencari aman adalah pilihan
MEMUPUK POHON EMPATI DALAM SANUBARI ANAK
ORANGTUA IDAMAN – Kebaikan itu jauh lebih penting daripada sekadar kepintaran. Banyak pengalaman membuktikan, rasa empati adalah malaikat penyelamat bagi
MEMAHAMI DAN MENSYUKURI TALENTA KEHIDUPAN
ORANGTUA IDAMAN – Setiap pribadi manusia memiliki kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda. Tuhan menganugerahkan kelebihan, keterampilan, dan kepandaian secara cuma-cuma.