PERLUKAH ISTERI BEKERJA?

1 August 2022 Teguh Jiwa Brata

ORANGTUA IDAMAN – Kesetaraan dan keterlibataan adalah sumber kebahagiaan serta kesejahteraan.

Sekecil apa pun peran seseorang, keterlibatan adalah pemberdayaan yang sungguh membahagiakan.

Keterlibatan membuat seseorang nyaman karena merasa benar-benar menjadi bagian dalam sebuah komunitas, organisasi, maupun keluarga. Peran adalah bukti nyata pengakuan dan penghargaan eksistensi.

Dalam sebuah keluarga, keterlibatan itu banyak macamnya. Tak sebatas dalam hal mencari uang. Maka, keterlibatan atau peran dalam keluarga tak bisa ditakar hanya dengan rupiah.

Peran dan kehadiran sosok seorang ibu itu sangat dibutuhkan anak-anak, sekalipun finansial keluarga tercukupi, atau malah berlimpah.

Masa depan putera-puteri tak dapat dikalahkan oleh rasa gengsi menyandang predikat wanita karir. Karakter ‘anak titipan’ buah asuhan pembantu rumah tangga (ART) berbeda dengan karakter dan kualitas anak yang diasuh ibu kandung.

Orangtau tentunya tak ingin buah hati menyandang predikat anak titipan.

Kalau pun ‘anak titipan’ itu berprestasi, kita tak layak berpuas diri. Sebab, prestasi itu bukan hasil yang kita ukir. Melainkah buah tangan pembantu rumah tangga.

Jika hal itu terjadi, sebagai seorang wanita karir, Anda selayaknya mengakui keunggulan pembantu rumah tangga itu sebagai figur seorang ibu terhadap putera-puteri Anda.

Pilihlah pekerjaan membuat kodrat Anda sebagai isteri tak terabaikan. Sebagai seorang ibu, mendidik anak-anak itu tugas utama.

Anda bisa memilih menjadi wirausaha atau pekerjaan lain yang memungkinkan Amda dapat memperoleh kebebasan waktu. Berdagang, berbisnis online, bisnis kuliner, bisnis fashion, dan lain sebagainya.

Yuk kita simak kisah nyata seorang ibu ini…

Ibu Tasripah adalah seorang bunda dengan 5 orang anak. Kondisi finansial keluarga yang cekak memaksa keterlibatan Ibu Tasripah. Membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga.

Di sela-sela menggeluti usaha sebagai penjaja topi, Ibu Tasripah tak alpa menunaikan tugas kodratinya sebagai seorang ibu.

Ibu gigih ini menjajakan dagangan di pinggir jalan, depan sekolah anak- anaknya. Usai bersekolah, putera-puterinya ikut membantu berjualan topi.

Sembari menunggu pembeli, Ibu rumahtangga ini merawat anak-anaknya secara telaten di gerobak dagangannya. Mengganti seragam anak-anaknya dengan pakaian harian, memberi makan siang, serta membimbing putera-puterinya belajar di gerobak itu juga.

Saat rasa lelah dan kantuk hinggap, kabin gerobak itu dialihfungsikan sebagai kamar bagi anak-anak menikmati tidur siang.

Ibu Tasripah termasuk seorang Ibu sukses. Walaupun bukan wanita karir kantoran, ia berhasil mencetak anak-anak menjadi generasi berkarakter keutamaan.

Berkat kesungguhan, keuletan, dan ketekunannya, Bu Tasripah menginvestasikan laba berdagang topi untuk membuka warung kelontong di rumahnya.

Putera-puterinya tak lagi tidur siang di dalam gerobak. Warung kelontong itu berkembang. Berevolusi menjadi sebuah toko. Laba yang ditangguk pun kian melar. Menjadi lebih besar dari gaji sang suami.

Ketika sang Suami pensiun, finansial keluarga itu malah kian kokoh.

Kini, putera-puteri Bu Tasripah tumbuh menjadi manusia-manusia kokoh. Ditempa kegigihan, keuletan, dan kesungguhan dalam sebuah kabin gerobak yang panas dan pengap (orangtuaidaman.com)