SEGA TUMPANG LETHOK MBAH TUK’IN: SEPORSI CUMA TIGA RIBU RUPIAH
TERSEMBUNYI TAK HARUS NYELEMPIT DI TEMPAT SULIT. RASA NIKMAT LETHOK TUMPANG MBAH TUK’IN HANYA DAPAT DISANTAP OLEH MEREKA YANG TAK DOYAN RASA KANTUK.
Pagi itu, 10 Agustus 2023, bayang-bayang sega tumpang lethok Mbah Tuk’in menggilas remuk rasa kantuk. Kira-kira pukul dua, kendaraan meluncur dari Jepara menuju Klaten.



Terselip Di Sela Waktu
Selain mengunjungi saudara, bertandang ke kedai sega tumpang (gudangan) lethok Mbah Tuk’in menjadi agenda pokok yang tak terelakkan.
“Walah… kok sampai dibela-belain bangun sepagi itu.
Iya dong, sebab warung sega tumpang lethok Mbah Tuk’in hanya bisa dinikmati sebelum matahari terbit. Kuliner lezat ini tersembunyi di sela dimensi waktu yang begitu singkat.
Datang sedikit terlambat, berarti pestanya sudah bubar.

Rahasia Sedap Sekejap
Berbeda dengan penjaja kuliner pada umumnya. Mbah Tuk’in tak mau berlama-lama menggelar dagangannya. Rasa sedap masakan di kedainya disajikan hanya dalam waktu sekejap saja.
“Tak kalah dengan wartawan, Mbah Tuk’in selalu tepat memenuhi dead line
Dalam kurun waktu 2 jam, dagangan Mbah Tuk’in harus ludes disantap pelanggan. Ia tahu bahwa sayur yang sudah direbus tak mampu bertahan lama. Jika lebih 6 jam belum laku, dipastikan sayur rebusnya sudah basi.
Meski tak pernah berkuliah di Fakultas Manajemen, nampaknya Mbah Tuk’in hapal dan terampil mengukur kapasitas ceruk pasarnya. Sehingga dagangannya tak pernah tersisa dan basi.
Lethok Tempe Bosok
Lethok dibuat dari tempe kedelai yang sudah setengah busuk, atau disebut juga sebagai tempe besem alias tempe semangit.
Dimasak dalam kubangan kuah santan berbumbu bawang putih, bawang merah, daun salam, dan cabai mentah utuh. Tak lupa diimbuhkan pula tahu pong dan tahu putih.
Hasilnya, tempe setengah busuk tadi menaburkan aroma semangit yang menggiurkan.
Bubur vs Sega Tumpang Lethok
Nah, lethok tadi kemudian disajikan sebagai salah satu toping bubur dan juga toping nasi gudangan. Di atas lethok ditaburkan bubuk kedelai.
Bubur lethok adalah menu spesifik Kota Klaten. Bahan dasarnya diracik dari beras yang di masak mengunakan santan. Helaian daun pandan semakin menjadikan bubur ini harum sedap menggoda iman.
Bubur seperti ini bercitarasa lebih gurih daripada bubur pada umumnya yang hanya diracik dengan beras semata.
Biar lebih meriah, bubur lethok itu bisa di-customize dengan menu tambahan. Silakan pilih, telur opor atau ayam opor? Areh atau kuah opor yang menggenang dan berpadu kuah lenthok menambah cita rasa bubur ini kian aduhai.

Sementara itu, nasi gudangan atau sega tumpang yaitu
nasi putih yang disajikan bersama sayur-mayur rebus. Meliputi daun pepaya, irisan kacang panjang, tauge atau kecambah, dan cacahan gori alias nangka muda.
Sayur mayur rebus itu lantas dicampur dengan sambal kelapa gurih (urab). Tak lupa dibubuhkan pula daun kemangi segar dan taburan kedelai tumbuk.
Sama seperti bubur, kuah letok juga mengguyur puncak sega tumpang sebagai toping.
“Sebagai pencuci mulut, jus jambu kluthuk siap menyegarkan hati kita.
Meski tak ber-AC, hawa di warung outdoor Mbah Tuk’in tak kalah sejuk dengan hawa ber-AC dalam ruang resto mewah. Maklum tempat ini berlokasi di kaki Gunung Merapi.
Pedasnya bubur dan sega tumpang lethok yang disajikan hangat-hangat terasa begitu nikmat di sela-sela hawa sejuk lereng selatan Gunung Merapi.
Cuma Rp 3000
Bagi warga Kecamatan Karangnongko, Klaten, warung sega tumpang lethok Mbah Tuk’in sudah lama melegenda. Tak pernah ciut di tengah pasang-surut gelombanh tren dunia kuliner.

Warung ini tetap eksis bersama ciri khas ndeso-nya. Cita rasanya tak pernah berubah, bandrol ajeg murah dan tak mudah terpengaruh inflasi, serta suasana lingkungan jadul membuat sega tumpang lethok Mbah Tuk’in selalu dirindu.
“Soal banderol, bayangin, seporsi sega tumpang lethok dimahar hanya Rp 3000.
Saat musim libur panjang tiba, para pembeli berjejal-jejal. Sebagian besar dari mereka adalah perantau yang pulang kampung. Sejenak mengobati rasa rindu dengan sajian di warung Mbah Tuk’in, bonusnya suasana jadul pedesaan yang tak luntur ditelan waktu.
Pagi buta, perempuan itu sudah menggelar dagangan. Meja bambu kecil dihadapnya. Di atasnya ada sebakul nasi, panci besar berisi bubur, 2 buah panci berukuran sedang masing-masing berisi lenthok pedas dan tak pedas, tak lupa belanga gede dipenuhi aneka sayur bahan pecel plus bubuk kedelai berwadah rantang di atasnya.
Tak hanya itu, menu lain yang dihidangkan yaitu jaek alias cap cay ndeso dan mi kampungan yang lezat dan ngangeni.
Gurihnya ketan ber-toping kelapa muda parut, dihidangkan dalam bungkusan daun pisang. Meja sederhana itu kian meriah oleh lauk-pauk.
“Biar lebih nikmat, jangan lupa mengambil kerupuk puli ya.

Pincuk dan Suru
Tak perlu gengsi dan sungkan bersantap di tempat ini. Cara saji dan tradisi bersantap yang ada membuat kesan jadul kian pekat. Jangan kaget ya, disini enggak disediakan piring, sendok dan garpu.
“Ya elah! Terus makannya pake apa dong?
Tenang, piringnya diganti pincuk. Yaitu daun pisang yang dibentuk mengerucut, kemudian dikunci menggunakan lidi. Ceruk di bagian dalam daun mengerucut itu lah yang dipergunakan sebagai tempat menyajikan bubur atau nasi.
Lalu soal sendok, minta saja suru kepada Mbah Tuk’in. Suru adalah sendok alami yang dibuat dari daun lipatan pisang.
Suru tak sekuat sendok. Maka, agar tak penyok, sebaiknya pelan-pelan saat menggunakannya. Suru mengajak kita menikmati sajian Mbah Tuk’in dalam suasana santai dan terburu-buru oleh nafsu. Sembari melahap suasana Pasar Puluhwatu di kala pagi.
Suru cocok digunakan untuk menyantap bubur lethok. Aroma daun pisang membuat cita rasanya semakin sedap.
Nasi yang disajikan di warung ini begitu pulen dan sedikit lembek. Sesuai dengan karakter suru. Sehingga gampang disantap menggunakan alat makan tradisional ini.
Setelah menu pesanan disajikan, yuk segera kita nikmati. Duduk nongkrong-nongkrong di emperan toko yang pemiliknya masih dibuai kantuk. Bersama pedagang pasar yang rajin bangun pagi.
Nah lho… ternyata kuliner nikmat itu tak sebatas rasa, tapi juga soal hawa suasana.
Hmmm… enak, gilak (orangtuaidaman.com).
STREET FOOD
GUDEG MERCON KIKIL BU DHE SRI:DAR! DER! DOR! MALAM-MALAM PEDASNYA BIKIN KAGET
SAMA SEPERTI SAAT MENYANTAP HIDANGAN PANAS. GUDEG KIKIL MERCON BU DHE SRI SEBAIKNYA DISENDOK PELAN-PELAN. BAGI YANG TAK TERBIASA TERHADAP
SOTO PAK DAMAR: SOTO SEMARANG TERSESAT DI JEPARA
RASA NIKMAT SOTO PAK DAMAR TERSELIP DI ANTARA CITA RASA SOTO KUDUS YANG MENDOMINASI RANAH PERSOTOAN DI JEPARA. Kecil dan
1001 RUPA JAJANAN POPULER BERBAHAN KANJI
SEHARUSNYA, ANAK SINGKONG BERPOTENSI MENGGESER GENERASI ROTI. BUKTINYA, SEJAK KECIL TAK SEDIKIT ANAK GEMAR MENYANTAP JAJANAN BERBAHAN KANJI. Sebutlah cilok,
KOMPARASI PENTOL vs CILOK & CIMOL
SEKILAS RUPA KETIGA KUDAPAN INI SAMA. DIRACIK DARI BAHAN YANG SAMA PULA. NAMUN SESUNGGUHNYA CILOK, CIMOL, DAN PENTOL ITU BERBEDA.
GORENGAN: DARI ZAMAN PURBA SAMPAI GENERASI MILENIAL TETAP POPULER
TAHUKAH ANDA BAHWA GORENGAN ADALAH KUDAPAN PURBA. SUDAH ADA SEJAK 1.200 TAHUN SEBELUM MASEHI. LANTAS BAGAIMANA JEJAK KISAH GORENGAN DI
Comments are closed.