SRI MARYATI: TAK BINGUNG MENYONGSONG PENSIUN
ORANGTUA IDAMAN – Banyak orang bingung menghadapi pensiun. Hal itu pula yang sempat menjadi beban pikiran Amir, karyawan Dinas Kehutanan Propinsi DIY. Agar tak mengalami post power syndrom, dirinya merancang kegiatan usaha untuk mengisi masa pensiunnya. Pilihannya jatuh pada pembuatan emping jagung.
Bersama sang istri, Sri Maryati, Amir memulai usaha pembuatan emping jagung sejak 2011 lalu. Alasan memilih usaha itu semula untuk mengisi waktu setelah sang suami pensiun dari dari tempat kerjanya di Dinas Kehutanan Propinsi DIY. Semula pilihannya pada pembuayan stik ketela pohong. Namun lantaran proses pembuatannya dirasa sulit, akhirnya berubah ke emping jagung.

“Karena sebelumnya kami masih buta dalam hal pembuatan emping jagung, kami kemudian belajar dari salah seorang teman yang pernah membuat makanan tersebut,” kata Sri Maryati yang diamini sang suami.
Modal awal yang digunakan untuk pendirian usaha itu sebesar Rp 20 juta. Berasal dari tabungannya, Modal tersebut dipakai untuk pembelian alat penggilingan dan alat pengukus. Modal sebesar itu belum termasuk untuk pembelian bahan baku yang berupa jagung.
Pada awalnya memproduksi satu hingga dua kuintal. Sebagian besar produknya dipasarkan oleh anaknya yang memiliki toko makanan, yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Sebagian lain dipasarkan di pasar dan toko-toko makanan di sekitar rumahnya. Mula-mula dikemas dalam kantong plastik ukuran satu kiloan.
Berkat ketelatenan menjajakan, camilan tersebut cukup laris di pasaran. Sedikit-demi sedikit jumlah produknya makin meningkat. Tak sampai setahun, modal awal yang telah dikeluarkan sudah bisa kembali. Tahun berikutnya pesanan berdatangan dari berbagai kota, diantaranya Bandung, , Klaten, Jakarta, Lampung, Bengkulu, dan Kalimantan. Para pembelinya umumnya para pedagang makanan dan toko-toko makanan.
Saat ini usaha yang dikelola bersamia 3 orang karyawan itu dalam sehari rata-rata 2 kuintal jagung. Bahan baku berupa Jagung dibeli per kilonya Rp 3.000 – Rp 3.500. Setelah diolah menjadi emping per kilonya dijual Rp 12.000. Jika dikalkulasi, dalam sebulan usaha ini mampu meraup omzet penjualan sekitar Rp 50 jutaan rupiah. Keuntungan dari usaha ini, seperti dituturkan Sri Maryati, bisa lebih dari 300 persen.
“Kami hanya melayani emping jagung mentahan. Karena kalau dalam bentuk masak nanti para penjualnya tidak bisa membuat variasi rasa. Selain itu, pengepakan dalam bentuk mentahan lebih tidak gampang remuk”, katanya.
Pasangan Amir – Sri Maryati mengaku selama ini menikmati hasil usaha untuk kegiatan mengisi masa pensiun. Selain itu juga membeli peralatan rumah tangga dan membantu biaya pendidikan tujuh orang cucunya. “Kami berdua suka keliling-keliling ke kota lain. Untuk refreshing biar nggak jenuh. Itu kami lakukan kalau lagi tidak ada pekerjaan”, jelas Amir. (orangtuaidaman.com)
SRI MARYATI
Desa Kadirejo, Kec. Maguwo, Sleman, Yogyakarta