BISNIS RUMAHAN

BENGKEL KRIYA DAUN 9996: RUPIAH DARI KERAJINAN HERBARIUM

ORANGTUA IDAMAN – Satu lagi janji untung dari tumpukan sampah.  Nanik Heri pengerajin daun kering dari Surabaya berhasil meraup omzet Rp 20 – 25 Juta / bulan.

Tigabelas tahun lalu Ibu berusia 53 tahun ini mulai merintis bisnis daun kering.  Sebenarnya usaha ini merupakan peninggalan almarhum sang suami. Saat mengawali usaha kerajinan daun kering, Nanik dan Heri rajin mengumpulkan dedaunan yang berguguran di sekitar rumah.

Serta hanya berbekal modal sebesar Rp 100.000 yang bersumber dari uang pensiun.  Istilahnya gambling-nya besar.  “Yen gak balik ya embuh, ludes, ga blanja ya wis ben,” tutur Nanik penuh semangat.

Tas berbahan herbarium daun.

Mereka mempelajari karakter daun-daun yang bagi orang lain dianggap sampah itu. Dipilah-pilah antara yang ekonomis dan yang tidak. Barang remah itu lalu dikeringkan, dimasukkan di antara buku atau tumpukan kertas. Tak lupa Heri memberi nama latin. “Karena suami saya kerja di Dinas Perkebunan, hal seperti itu mudah saja dilakukan. Lagipula dia punya jiwa seni,” ucap Nanik.

Pernah Meledak & Mengerut
Proses pembuatannya sederhana.  “Jaman dulu hanya ditaruh di dalam buku, gitu, Itu naman herbarium,” paparnya.  Sekarang proses pembuatannya sudah lebih dikembangkan.  Tidak hanya sekadar disimpan di antara tumpukan kertas.  Perendaman bisa membuat hasil lebih artistik.  Semakin busuk semakin mahal harganya.  Karena tinggal tulang-tulangnya saja. 

Dijual perlembar seharga Rp 3500 – 4000.  1 minggu sudah jadi. Butuh sabar dan telaten.  Kalau tidak, daun bisa hancur. Setelah daging daun hilang, kemudian dimasukkan diantara kertas koran. Setelah kering diseterika satu persatu. Tidak boleh dijemur.  Sebab hasilnya bisa keriting.

Menut Nanik, semua daun bisa digunakan. Asalkan yang berbatang kayu. Sedangkan tanaman berbatang basah tetap bisa.  Namun tidak ekonomis.  Karena kandungan airnya terlalu banyak. Sehingga mudah berjamur. Ibu berputera satu ini menyarankan sebaiknya mengambil daun yang sudah kering.  Kalu kebanyakan ngambil daun yang masih hijau bisa merusak lingkungan.

Banyak “kejadian” saat mereka melakukan penelitian itu. Ketika cairan dicampurkan, tiba-tiba meledak. Dalam peristiwa lain, cairan yang dimasukkan ke dalam ember, membuat ember tersebut berkerut. Pernah juga ketika cairan “gagal” itu dibuang ke selokan di depan rumah, airnya mendidih seharian.

Pada akhirnya mereka menemukan bahan-bahan yang digunakan justru ada di sekitarnya. Lalu mulailah daun-daun tersebut dirangkai menjadi kotak tisu, vas bunga, kartu ucapan hingga lukisan. “Awalnya kami jual ke teman-teman arisan. Ternyata mereka banyak yang suka,” tutur Nanik.

Daun kering supaya tetap berwarna cokelat direndam dengan asam sitrat.  Atau cittrun zuur yang sering digunakan sebagai salah satu bahan pembuat kue. Untuk mempertahankan warna hijau, dibutuhkan ramuan lain.  Gunakan garam dan soda kue. Konsentrasi asam sitrat : 1 liter air : 1 sendok makan asam sitrat.  Daun sebanyak 1 tas keresek

Pameran Paling Efektif
Awalnya Heri dan Nanik menjual daun kering ini secara dor to dor.  Atau dititipkan ke toko-toko.  Saat itu daun kering dijual sebagai sarana hobi dan kerajinan.  Belum dijajajakan dalam bentuk kerajinan yang sudah jadi.  “Jangan dibayangkan kalau menjualnya ke pengepul besar. Tapi saat itu suami saya menjualnya di pinggir jalan,” kata Nanik mengenang sejarah usahanya.

“Tadinya kami juga tidak percaya. Apa ada yang mau beli daun begituan,” katanya. Sampai akhirnya ada seseorang datang ke rumahnya.  Orang tersebut mencari Heri Rumput. “Saya bilang, kalau yang namanya Heri ada. Tapi bukan Heri Rumput,” lanjutnya. Nama heri rumput tersemat lantaran pria ini mulai dikenal sebagai penghasil kerajinan dari rumput dan daun yang sudah dikeringkan. Orang tersebut bermaksud membeli rumput kering. Heri pun menunjukkan catalog kepada pemesan itu.  Tamu tersebut lalu menunjuk sebuah rumput. Dan memesan dalam jumlah besar untuk dikirim ke Jepang.

Namun karena kemampuan produksi saat itu masih terbatas, Heri tidak bisa memenuhi permintaan orang tersebut. “Lha wong ternyata rumput itu dia ambil dari makam orang tua saya. Kalau mau dikirim ke Jepang yo piye carane?” kenangnya.

Meski belum menyanggupi pesanan tersebut, namun peristiwa itu sangat memberi semangat kepada pasangan pengusaha kreatif ini.  Sejak 9 September 1996, Nanik dan Heri dibantu ketiga anaknya mulai serius menggarap daun kering. Tanggal tersebut kemudian diabadikan menjadi nama perusahaan Bengkel Kriya Daun 9996. Satu tahun mereka melakukan percobaan. Bagaimana caranya supaya daun itu tahan lama dan kuat, namun struktur tulangnya tidak hilang. “Karena kami bukan ahli kimia, jadi ya coba-coba sendiri.” Imbuhnya

Cara pemasaran lalu ia kembangkan.  Salah satunya melalui pameran.  Metode pemasaran ini dianggap paling efektif.  Sebab, mereka bisa bertemu secara langsung dengan konsumen.  Selain itu, jenis produk juga dikembangkan Setiap kali ikut pameran harus ada model produk yang baru.  Jadi biar tidak monoton.  Berbagai jenis produk yang dihasilkan diantaranya yaitu: kotak daun dalam berbagai macam kebutuhan.

Contohnya : kotak hias, kotak perhiasan, kotak sampah, kotak kaset, vcd, kotak tisu, make up.  Berbagai macam cindera mata dan perlengkapan untuk perkawinan, ulang tahun, seminar dan rapat. Guci berlapis daun, tata daun dalam pigura atau lukisan daun, serta berbagai bentuk kap lampu duduk dan dinding.

Pasar pun semakin luas.  Pada tahun 2000, Bengkel Kria Daun 9996 mulai mengirim produknua ke luar Negeri.  Ke Inggeris pesanan berupa kotak penyim[panan abu jenazah.  Paling sedikit 500 buah / bulan.  Lukisan dibawa ke Denhag.  Harga yang paling muran 4000 produk kemasan. Lukisan di jual 4 – 5 juta

Juga membuat kotak kopi.  PT Nusantara 12 kemasan kopi luwak berasal dari Bengkel Kriya Daun 9996.  Menurut Nanik, Konsumen Indonesia lebih menyukai pernak-pernik pengantin.  Buku tamu, kotak seserahan, souvenir, mahar.  Nuansa pengantin back to nature

Untuk mengembangkan usahanya, Naniek mendapatkan suntikan dana dari Bank Mandiri.  Melalui hubungan kerja kemitraan.  “Mungkin rejeki saya, saya baru 1 minggu mengajukan, permohonan saya sudah dikasih,” kata Nunik.  Menurutnya, agar permohonan kemitraan dikabulkan oleh pihak bank, jenis usaha yang dilakukan unik dan ramah lingkungan.  Di Surabaya sedang digalakkan indurstri daur ulang.  Melalui pola kemitraan tersebut Nanik mendapatkan falisilitas pameran, pelatihan manajemen 3 bulan sekali.

Saat ini, Nanik memiliki 40 karyawan. Sepeninggal suaminya pada 2005 silam, bisnis daun kering diteruskan oleh anak-anaknya. Sehari habi 5 karung daun kering.  Selain menjalankan bisnis, Nanik juga menyelanggarakan pelatihan bagi Gakin, Golongan Miskin.  Dilakukan di setiap kelurahan yang tersebar di seluruh Surabaya.  Dari peserta itu diambil 10 besar terbaik.  Bila Nanik mengalami kuwalahan memenuhi order, Nanik akan meminta peserta pelatihan berprestasi itu. Bila mereka akan produksi sendiri, Nanik membantu memasarkan.

Anda tertarik? (orangtuaidaman.com)

Jenis Tanaman

• Daun kupu-kupu
• Daun Nangka
• Daun jambu biji
• Rumput tekian
• Rumput jagoan



SIMAK JUGA ANEKA BISNIS RUMAHAN INI!


SOLUSI FINANSIAL KELUARGA


error: Content is protected !!