HUJAN: INI JENIS DAN PENJELASANNYA
ORANGNTUA IDAMAN – Proses pembentukan hujan itu terjadi karena perbedaan suhu dua massa udara secara frontal. Glenn T. Trewartha, seorang ahli geografi dari Wisconsin, Amerika membedakan hujan menjadi tiga jenis menurut kejadiannya. Apa saja?
Hujan Konveksional
Jenis hujan ini juga disebut sebagai Hujan Zenital (zenit = puncak). Terjadi karena adanya pembubungan naik massa udara secara vertikal atau tegak. Banyak terjadi di daerah khatulistiwa atau doldrum.
Membubungnya massa udara demikian pada bulan-bulan musim panas (summer) dan bulan-bulan musim dingin (winter) akan menghasilkan hujan. Ditentukan oleh bobot massa udara yang mengandung uap air dan penurunan suhu secara cepat.
Massa udara yang naik pada ketinggian tertentu mengalami proses adiabatik kering, artinya suhunya turun 1°C / 100 meter.
Di daerah khatulistiwa, kadang-kadang di ketinggian beberapa ratus meter telah mencapai titik jenuh, sehingga terjadi kondensasi atau pengembunan dalam jumlah yang besar. Sehingga menyebabkan turunnya hujan.
Umumnya, Awan Cumulonimbus dibentuk oleh massa udara yang naik vertikal. Jenis awan ini kerap menimbulkan hujan.
Setelah terjadi proses adiabatik basah, suhunya menyusut kira-kira 0,45° – 0,50°C tiap naik 100 meter (Blind- Boerman, Dengel).
Penaikan massa udara secara Konveksional (naik zenital) terjadi apabila pemanasan (radiasi) daratan itu berada dalam kedudukan matahari mencapai titik puncak (pada musim panas).
Jadi, pada sore hari musim panas yang lembab dan panas, kondensasi seringkali terjadi dengan terbentuknya Awan Cumulonimbus atau Nimbostratus, menimbulkan hujan lebat.
Hujan Orografik
Disebut juga sebagai Hujan Pegunungan. Terjadi ketika hembusan angin menumbur pegunungan, selanjutnya massa udara naik merayapi pegunungan.
Di area lereng datangnya angin (windwards) terjadi dua proses adiabatik, yaitu adiabatik kering dan adiabatik basah.
Di Indonesia, kedua angin muson (muson barat dan muson tenggara) dapat menimbulkan hujan lokal. Tetapi, dalam kaitannya engan orografik, angin muson baratlah yang menjadi pemicu dominan.
Agar dapat memahami lebih baik, yuk kita simak bersama contoh hujan orografik berikut: bentangan pegunungan yang tinggi, 3000 meter di atas permukaan laut ditiup oleh angin dari daerah bertekanan maksimum dan suhunya 25°C.
Pada saat udara tersebut mencapai ketinggian 1000 meter, masih terjadi gradien termometrik 1°C / 100 meter setiap kali kenaikan, sehingga suhunya menjadi
25°C – (1000 / 100) x (1°C) = 15° C
Sejak berada di ketinggian tersebut, massa udara melewati titik jenuh. Maka, terjadilah proses adiabatik basah, kondensasi, dan hujan. Hujan ini disebut hujan pegunungan atau orografik (boros- tanah, gunung).
Setelah mengalami proses adiabatik, susunya menyusut pelan-pelan dengan gradien termometrik bertambah 0,5° C / 100 meter. Jadi, di puncak gunung suhunya menjadi:
15°C – ((3000 – 1000) ÷ 100) x (0,5°C) = 5° C
Mulai dari puncak gunung angin tersebut menuruni lereng di daerah bayangan angin (leewards). Kenaikan suhu terjadi secara konversial karena pemasukan massa udara dari optik yang kurang padat ke optik yang lebih padat, yaitu 1°C / meter turun.
Di lembah gunung tersebut suhunya menjadi 5°C + (3000 / 100) x (1°C) = 35°C, meskipun di altitude yang sama.
Hujan Frontal (Konvergensi)
Apabila terjadi konvergensi (pertemuan) dua buah massa udara yang luas dan mendatar, maka gerakan pengangkatan ke atas secara perlahan-lahan menghasilkan pengembunan. Kondisi ini seringkali mengakibatkan turunnya hujan yang dinamai hujan frontal.
Pengembunan terjadi di bidang-bidang front. Dalam proses ini masa udara panas senantiasa di atas bidang konvergensi. Sedangkan massa udara dingin membentuk sudut lancip pada titik oklusi (oklusion, occlusion).
Pengangkatan udara oleh bidang front itu seringkali terjadi di sekitar khatulistiwa. Di titik itulah letak wilayah konvergensi antar tropik, WKAT atau ITCZ.
Bersatunya bidang front dingin dinamai oklusi. Arah siklon menyebabkan dua massa udara dingin itu berbeda suhunya. Massa udara yang lebih dingin yang terletak di belakang titik oklusi memicu terjadinya hujan oklusi panas.
Sementara itu, massa udara yang lebih dingin itu terletak di depan titik oklusi atau di depan arah gerak siklon akan memicu terjadinya hujan siklon oklusi dingin (orangtuaidaman.com)