DUNIA MINI: PERNIK KICIK, BERPELUANG BESAR
ORANGTUA IDAMAN – Lantaran sifatnya yang tak kenal musim dan tempat, komoditas souvenir memiliki ceruk pasar luas. Suatu saat orang pasti membutuhkan.
Peluang ini dimanfaatkan Ina Chandra, warga Bekasi, untuk memproduksi miniatur barang tradisional baik sebagai souvenir, hiasan meja, maupun gantungan kunci. Bahan yang digunakan mulai dari clay, kertas, bambu, dan aneka logam.
Ide bisnis ini terbersit saat Ina berwisata ke Bangkok, Thailand. Ia terpana menyaksikan deretan barang-barang mini yang elok terpajang di suatu toko. “Kelihatannya lucu-lucu, jadi saya suka,” ujarnya. Dari situlah, ia mencari tahu dimana bisa mempelajari cara membuat pernik tersebut. Tahun berikutnya, Ina bolak-balik Bangkok-Jakarta untuk mempelajari cara pembuatan berbagai kerajinan mini ini.
Setelah teknik dan cara produksinya berhasil dikuasai, ia mulai membuat berbagai produk. Awalnya, untuk menyelesaikan satu karya butuh waktu berhari-hari. Selama satu setengah tahun semua produk yang dihasilkan disimpan dulu.
Kalau dihitung untuk satu paket gerobak mini saja bahan yang digunakan Rp. 500.000, maka bisa diperkirakan modal yang dikucurkan pastilah ratusan juta rupiah. Bagi Ina, masa produksi tanpa menjual itu adalah masa menanam. Setelah produk yang dihasilkan cukup banyak, ia pun membuka toko. “ Karena tidak mungkin membuka toko kalau barangnya masih sedikit,” kata Ina yang tahun 2007 menyewa satu kios di Mal Artha Gading, Jakarta. Kios berukuran 4 x 4 m itu disewanya Rp. 8 juta/bulan.
Persis Seperti Aslinya
Begitu masuk ke tokonya Dunia Mini setiap pengunjung akan disuguhi berbagai macam jenis dan bentuk pernik mungil terpajang di lemari kaca dan etalase. Aneka bentuk gerobak seperti gerobak sayuran, ketoprak, jagung bakar, gorengan, dan sebagainya. Ada pula miniatur masakan seperti tumpeng, aneka kue tart, sate, gudeg, dan aneka buah, sayuran, bunga. Barang-barang itu bisa digunakan sebagai pajangan di meja atau lemari. Misalnya tiruan tumpeng, bisa diletakkan di meja makan untuk menggugah selera. Meski tiruan, Ina berusaha membuat benda mungil tersebut persis seperti aslinya.
Selain itu, Ina membuat tiruan peralatan masak dari bahan logam seperti dandang, box minuman, ceret, dan lain-lain. Dari bahan bambu ia memproduksi aneka wadah mungil, kukusan, keranjang, dan berbagai bentuk lain. Sementara dari kertas ia membuat tiruan aneka kemasan snack, cokelat, biscuit, maupun minuman dalam kemasan.
Ketika mengawali bisnis ini ia hanya dibantu seorang karyawan. Sekarang Ina punya tiga orang partner yang bekerja khusus di bagian produksi dan satu orang khusus menangani pemasaran. Puncak penjualan terbesar yaitu sebelum dan sesudah lebaran.
Perorangan sampai perusahaan
Awalnya, pasar yang disasar adalah para kolektor atau penggemar pernak-pernik hiasan rumah. Untuk kelas ini ia menawarkan aneka gerobak mini dengan harga sekitar Rp. 400.000 – Rp. 3,5 juta/item. Harga tersebut disesuaikan dengan sifatnya yang eksklusif. Maklum, barang-barang tersebut diproduksi terbatas. Namun setelah mengamati peluang produk mini yang bisa dijual secara massal, ia pun membuat aneka miniatur kemasan snack, biskuit, dan minuman dengan harga jual Rp. 20.000 – Rp. 100.000./item.
Contohnya tiruan oreo, ritz atau pop mie yang dibuat dengan ukuran mini lalu bagian belakangnya diberi magnet. Souvenir ini bisa dijual massal untuk keperluan acara launching suatu produk maupun souvenir pernikahan. Pesanan misal seperti ini biasanya datang dari produsen produk yang bersangkutan. Misalnya ketika Tango berniat meluncurkan produk baru, Ina kebanjiran permintaan produk miniatur biskuit Tango untuk acara launching produk mereka.
Jika menerima pesanan dalam jumlah banyak, semisal 100 item, Ina meminta waktu sekitar 1 minggu. “Pernah ada pesanan sepuluh ribu item souvenir pernikahan, saya minta waktu sekitar 1-2 bulan. Kalau jumlah pesanannya sampai jutaan misalnya untuk launching produk saya minta waktu sampai setahun. Modelnya kontrak. Misalnya, tiga bulan pertama pesanan yang sudah jadi saya setor, begitu seterusnya,” papar ibu tiga putera ini.
Sekarang ini Ina sedang menyiapkan beberapa produk baru yang siap diluncurkan ke pasar (orangtuaidaman.com)
Mengangkat Nafas Tradisional
Saat ini pelaku bisnis sejenis memang sudah banyak. Namun , Ina tak gentar menghadapi persaingan, karena ia memiliki ciri khas sebagai keunggulan produknya. Yakni khusus produk miniatur bernuansa tradisional. Misalnya, gerobak jajanan tradisional, aneka tiruan masakan yang dibuat dari clay, isinya aneka makanan dari berbagai daerah di Indonesia. “Saya ingin memperkenalkan kekayaan Indonesia ke masyarakat berbagai daerah, bahkan ke dunia internasional,” kata Ina tersenyum.
Ina yakin dengan membawa ciri tersebut bisnisnya akan berkembang. Beberapa kali mengikuti ajang pameran INA Craft di Jakarta Convention Center, Jakarta, ia sering memperoleh permintaan dari buyer luar negeri. Contohnya, salah satu konsumen orang Jepang yang memesan empat set kerajinan clay berbentuk seperangkat angklung. Ina mengemas perangkat alat musik tersebut dalam kotak kaca agar terlihat eksklusif.
Membuka Kursus
Selain memproduksi aneka miniatur barang, Ina mencium peluang baru yaitu membuka kursus pembuatan berbagai miniatur. Ia membuka kesempatan kursus kepada para pelanggannya setiap hari Sabtu-Minggu. Biaya kursus Rp. 50.000 per jam, tidak termasuk alat dan bahan. Untuk alat dan bahan peserta kursus harus menyiapkan dana Rp. 550.000. “Biasanya privat, satu orang khusus saya ajari sampai bisa,” kata Ina.