HUJAN: BAGAIMANA PROSES TERJADINYA? INI PENJELASANNYA
ORANGTUA IDAMAN – Menebak kapan terjadi hujan, seberapa lama, dan seberapa deras itu sulit dilakukan. Namun, pertanyaan bagaimana proses hujan terjadi itu lebih sederhana dan mudah dijawab. Lantas bagaimanakah hal itu terjadi?
Hujan adalah curahan atau presipitasi air. Perisitiwa ini diawali dengan penguapan air di permukaan bumi. Misalnya, sungai, danau, lautan, dan air tanah. Proses penguapan air dari permukaan bumi ini disebut evaporasi. Penguapan terjadi ketika suhu udara berada di atas titik beku air (0° C). Penguapan ini diikuti dengan kondensasi atau pengembunan menjadi tetesan air. Lantas jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan.
Curah hujan merupakan salah satu komponen utama siklus hidrologi (siklus air). Siklus air adalah pergerakan air yang terjadi terus menerus di atas maupun di bawah bumi. Berperan menyimpan dan mempertahankan suplai air tawar di planet ini.
Hujan terjadi ketika dua proses dasar terjadi. Yaitu saturasi (kejenuhan) dan koalesensi (peleburan)
Kejenuhan
Proses ini terjadi ketika uap air tak terlihat di udara dipaksa mengembun pada partikel mikroskopis (debu) membentuk tetesan kecil air yang terlihat.
Jumlah kelembapan di udara disebut sebagai kelembapan relatif. Merupakan persentase total uap air yang dapat ditampung oleh udara pada suhu tertentu. Jumlah atau banyaknya uap air yang dapat dikandung oleh sebidang udara sebelum menjadi jenuh (kelembapan relatif 100%) dan terbentuk awan (sekelompok partikel air dan es yang terlihat dan kecil yang tersuspensi di atas permukaan bumi) tergantung pada suhu.
Udara yang lebih hangat dapat mengandung lebih banyak uap air daripada udara yang lebih dingin sebelum menjadi jenuh.
Peleburan
Kondensasi terjadi ketika udara didinginkan ke suhu “titik embun”, titik di mana ia menjadi jenuh. Peleburan terjadi ketika tetesan air kecil melebur menjadi tetesan air lebih besar. Atau,ketika tetesan air membeku menjadi kristal es.
Proses di atas terjadi biasanya akibat turbulensi udara yang memaksa terjadinya tumbukan.
Ketika tetesan air yang lebih besar turun, koalesensi berlanjut, sehingga tetesan menjadi lebih berat, mampu mengatasi hambatan udara, lalu jatuh sebagai hujan.
Hujan adalah sumber air tawar untuk sebagian besar wilayah di dunia. Membuat kondisi lingkungan cocok bagi ekosistem yang beragam. Bagi manusia, air berfungsi selain sebagaiair minum, juga untuk irigasi dan pembangkit listrik.
Pengukuran Curah Hujan
Curah hujan dapat diukur menggunakan alat berupa perangkat yang terdiri dari dua silinder. Perangkat ukur curah hujan yang lainnya yaitu tipping bucket, pengukur hujan timbangan, serta alat ukur curah hujan yang paling sederhana yaitu tabung silender yang dilengkapi dengan tongkat ukur. Alat ukur curah hujan seperti ini dapat dibuat secara mudah.
Pengukuran curah hujan secara moderen dilakukan dengan satelit dan radar cuaca. Salah satu contoh satelit tersebut yaitu Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM). Satelit ini digunakan dalam misi pemantauan curah hujan di daerah tropis yang dilakukan oleh NASA dan Badan Antariksa Jepang. Misi pengukuran curah hujan yang lain yaitu Global Precipitation Measurement (GPM) oleh NASA.
Kedua misi tersebut menggunakan sensor gelombang mikro, berfungsi untuk membuat perkiraan curah hujan. Data curah hujan tahunan dikumpulkan dan dipantau oleh Observatorium Bumi NASA (NEO), disusun menjadi peta pola hujan global. Selain itu juga untuk memperkirakan pemanasan global, dan faktor meteorologi lainnya.
Perubahan Iklim
Perubahan Iklim Antroposentris, yang meliputi pemanasan global juga menyebabkan perubahan pola curah hujan global. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida. Suhu udara yang meningkat mengakibatkan bertambahnya laju penguapan. Akhirnya, curah hujan pun bertambah tinggi. Kondisi seperti ini memicu terjadinya cuaca ekstrem.
Salah satu kawasan di bumi yang mengalami peningkatan curah hujan yaitu di 30° garis lintang utara. Perubahan Iklim tersebut sudah terjadi sejak abad lalu.
Daerah yang lain, misalnya, antara Gurun Sahara dan Savana Sudan, Mediterania, Afrika Selatan, dan sebagian Asia Selatan menjadi lebih kering. Terjadi pula peningkatan jumlah hujan lebat disertai badai dan kekeringan di banyak daerah dalam kurun waktu satu abad terakhir. Di daerah tropis dan subtropis juga terjadi peningkatan prevalensi kekeringan sejak tahun 1970-an.
Sumber: Universe Today