POLYNUM ECOROOF: ATAP RUMAH ANTI-API DAUR ULANG SAMPAH
ORANGTUA IDAMAN – Produk ramah lingkungan selalu memberikan keuntungan. Bagi pelaku usaha maupun bagi banyak orang. Melalui polynum, produk ramah lingkungan PT Sapta Lestari Perdana berbagi keuntungan bagi orang yang membutuhkan.

Perusahaan ini bekerjasama dengan PT Tetra Pack Indonesia. Mengolah bekas kemasan aneka minuman menjadi sebuah polyblock dan poly roof. Dalam hal ini, PT Tetra Pack Indonesia bertidak sebagai pengkoordinir para pengepul kotak kemasan bekas Tetra Pack. “Kalau ada yang tertarik ikut berpartisipasi bisa, syaratnya Cuma satu.
Kemasan yang dikumpulkan harus kemasan eks Tetra Pack,” tutur Indra Wiguna, CEO PT. Sapta Lestari Perdana. Indra juga menambahkan , pihak Tetra Pack sangat menyayangkan bahwa bekas kemasan tidak dimanfaatkan lagi. “Tetra pack kemudian mengajak kami untuk bekerjasama mengelola kemasan bekas tersebut. Lalu terciptalah Polynum Ecoroof, ” Paparnya.
Produk ini wujudnya sama persis seperti asbes. Hanya saja menurut Indra, produk ini memiliki keunggulan. Genting yang sebenarnya adalah logam ini bersifat ringan, tahan pecah dan tahan api. Selain itu juga bersifat sehat dari pada asbes. Sebab tidak menimbulkan residu yang bisa memicu kanker paru-paru.
Bahan Baku Berlimpah
Teknologi ini pertama kali dikembangkan oleh Tetra Pack yang berlokasi di Brasil. Pada tahun 2009 PT Tetra Pack menghasilkan sekitar 1,9 miliyar kemasan. Yang menjadi pertanyaan, sampah bekas kemasan sebanyak itu dibuang kemana? Sementara di Indonesia, produk ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2009.
Kemasan terdisir dari 70% kertas, Kertas terbuat dari kayu. Kertas di daur ulang. Sedangkan aluminium dan polyethylen didaur ulang menjadi polylum ecoroof. Artinya, atap yang terbuat dari ploliethylen dan aluminium yang bersifat ramah lingkungan dan tidak mebahayakan kesehatan penggunanya.
Selama ini banyak produk yang mengandung semen dan glass woll yang membahayakan kesehatan. Disamping itu, produk ini tidak menggunakan bahan kimia apapun.
Saat ini PT Sapta Lestari Perdana mampu memproduksi poly roof sebanyak 300 – 350 lembar setiap hari. Untuk meproduksi polynum sebanyak itu, dibutuhkan bahan baku sebanyak 3 ton / hari. Jadi bila dihitung, setiap bulan, perusahaan ini membutuhkan bahan baku sebanyak 80 – 100 ton / hari.
Bahan baku tersebut dipasok oleh PT Tetra Pack. Sementara itu, PT Tetra Pack bekerja sama dengan LSM yang mengepul bahan baku. LSM tersebut tersebar di 4 kota. Yaitu di Bandung, Surabaya, Bali, dan Jakarta. LSM tersebut mengumpulkan barang-barang bekas eks Tetra Pack. Yang diutamakan dari Tetra Pack.
Sampah yang berhasil dikumpulkan di Indonesia baru sekitar 10% dari sampah ang dikeluarkan. Masih terus bekerjasama mengumpulkan kemasan bekas tersebut.
Syarat untuk menjadi pengepul bahan tersebut tidak sulit. Bila Anda berminat silakan menghubungi PT Tetra Pack atau LSM yang telah ditunjuk oleh PT Tetra Pack Indonesia. Bahan baku yang sudah dikumpulkan oleh PT Tetra Pack, tidak bisa langsung dikirim kepada PT Sapta Lestari Perdana, melainkan harus melalui pabrik kertas terlebih dulu. Tujuannya untuk memisahkan antara kertas, polyethilen dan aluminium. Lapisan polyethilen tidak boleh hilang. Sebab, benda mirip plastik ini berfungsi sebagai perekat.
Salah satu contoh pabrik kertas yang ditunjuk oleh PT Tetra Pack yaitu Badan Besar Pulp Kertas (BBPK) yang berlokasi di Bandung., PT Jayantara Kertas yang berlokasi di Mojokerto, PT Leo Graha di Tangerang. Bahan baku dihargai Rp 500 – 700/ kg untuk aluminiumnya.
Lebih Ekonomis
Ada 3 ukuran produk. Lebar 8 , lebar 102 dan 105. Ketiga ketegori produk tersebut memiliki panjang yang sama . Yaitu 180 cm. Idra menambahkan, pasar atau konsumen menyukai produk dengan lebar 80 cm.
Keunggulan lain dari produk ini yaitu mampu memantulkan sinar matahari dan memiliki usia lebih lama dibanding asbes. Menurut hasil penelitian yang dilakukan PT Sapta Lestari Perdana, dalam satu tahun, umumnya konsumen melakukan penggantian asbes sebanyak 2 kali. Jadi setiap tahun memengeluarkan biaya sebesar Rp 70 ribu. Sementara untuk produk ini hanya sekali bahkan 4 – 5 tahun.
Proses pembuata polynum tersebut adalah sebagi berikut: kemasan bekas di jemur, kemudian disortir untuk dipisahkan antara sampah yang tidak dibutuhkan. Setelah itu dicacah. Lalu dicetak. Satu lembar atap butuh 8 kg aluminium plus polyethelene. Pencetakan dilakukan dengan mesin pres dan bertemperatur 220 – 250° C. Dengan tekanan 40 bar. Selama 8 – 10 menit. Karakteristik seperti itu membuat polynum bersifat tahan api.
Produk ini dipasarkan oleh distributor. Wilayah Jabodetabek, Lampung dan Kalimantan, diwakili oleh PD Sinar Obor Sejati, yang beralamat di Jl Sunter Jaya 1 No 1 sebagai distributor. Sementara untuk wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali PT Solusi Bangun Sarana. PT Sapta Lestari Perdana membuka peluang bila Anda tertarik ikut memasarkan produk berpeluang ini.
Mesin dibuat sendiri. Belum ada yang membuat. Kapasitas mesin 359 lembar. Proses cool press. Untuk membentuk gelombang atau datar. Alat tersebut seharaga Rp 900 juta. Sudah dipatenkan.
Selama ini mengandalkan mesin pengering. Sangat tergantung cuaca. Proses pengeringan manual 4 – 5 jam. Bila menggunakan mesin peneringan hanya butuh 50 kg / 10 menit.
Teknologi ramah lingkungan yang seharusnya mendapat apresiasi positif dari pasar (orangtuaidaman.com)
Kelebihan Polynum
1. Tidak mudah hancur. Telah lulus uji kekuatannya oleh Sucofindo. Polynum kuat karena lentur.
2. Tahan Api
Tes laboratorium membuktikan produk ini tahan panas hingga kisaran suhu 220 – 250° C
3. Rendah terhadap penyerapan panas
Cocok diterapkan di daerah panas. Sebab mampu memantulkan cahaya. Ruang yang menggunakan Polynum Eco Roof lebih dingin sekitar 35% dari ruang yang menggunakan asbes.
4. Anti Jamur
Sebab terbuat dari bahan polyethelene dan aluminium.
5. Mudah dipasang
Tidak membutuhkan bantuan kait atau pengencang untuk memasangnya.
6. Tidak Menyerap Air
Tidak menyerap air ketika terkena air hujan. Sehingga dapat tetap mempertahankan beratnya yang ringan.


