BERBISNIS & BERSAING DENGAN HATI
ORANGTUA IDAMAN – Menurut penutura. Ferdy Febryan, komisaris dan direktur Hati Indonesia, lembaga training dan konsultasi bisnis, manusia diciptakan dengan 4 unsur yaitu ruh, hati, emosi dan logika atau pikiran.
Ruh menjadi pondasi atau memberikan energi keoada 3 unsur lainnya. Ketika seseoramg sudah kehilangan, bangkit dari keterpurukan, ruh memberikan dorongan.
Contohnya ketika seseorang kehilangan ruh dalam bekerja, pemikiran dan emosinya sudah tidak berada di tempat dia bekerja. Melainkan di tempat lain.
Jangan pun untuk bersaing, untuk bertahan pun orang ini sangat lemah, tidak memiliki tenaga lagi.
Hati menjalankan fungsinya untuk menimbang, mencerahkan, dan memutuskan. Penulis Buku berjudul The Power of Selling ini juga mengungkapkan, ketika ada keputusan-keputusan yang datang, maka orang yang bersangkutan akan meminta pendapat orang lain.
Orang itu akan menyeleksi menggunakan hati. Bukan logika. Logika hanya memproses hal-hal yanh berada di wilayah rasional. Untuk wilayah yang tidak rasional, hatilah yang berperan.
Hati Tak Pernah Keliru
Salah satu contoh bagaimana peran perasaan atau feeling yaitu ketika kita akan menilai kejujuran atau baik-buruknya sifat seseorang. Hal ini di luar kemampuan logika. Namun melalui hati, karakter seseorang dapat dinilai.
Feeling atau naluri seperti ini seringndigunakan oleh pelaku bisnis ketika akan mencari partner berusaha. Suara hati itu selalu menyampaikan kebenaran.
Sementara itu, emosi ada 3 jenis. Yakni emosi yang mampu dikendalikan, misalnya seseorang bertemperamen positif, emosi yang berubah-ubah dan yang buruk.
Emosi inilah yang berpengaruh terhadap sikap baik atau buruknya seseorang.
Sedangkan akal punya 2 wilayah. Yaitu akal yang berada di pikiran otak dan akal yang berada di hati.
Hati dapat dikotori emosi. Ada 4 wilayah hati yaitu: Hati bersinar, tulus hanya mengharapkan pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa. Biasanya orang denhan hati bersinar mempunyai integritas tinggi. Tanpa ada atasan, ia akan melakukan tugasnya tanpa pamrih.
Wilayah berikutnya yaitu hati yang bersih. Orang seperti ini memiliki kinerja bagus, namun, ia mengharapkan materi, bukan mengharapkan pemberian Tuhan. Umumnya, orang seperti ini taat terhadap hukum atau peraturan perusahaan. Orang profesional biasanya berada dalam wilayah yang satu ini.
Wilayah berikutnya yaitu hati kusam. Umumnya ditadai dengan melakukan sesuatu tindakam, malas bekerja, tidak menepati komitmen. Kesal, marah.
Selanjutnya yaitu hati yang gelap: biasanya orang berhati gelap selalu tidak mengikuti kebenaran. Ditandai dengan provokasi, menghacurkan lingkungan.
Agar dapat selalu berada dalam wilayah hati yang bersih dan hati bersinar, seseorang sebaiknya berkumpul dengan orang-orang yang berada dalam wilayah hati yang bersinar dan bersih.
Lingkungan akan membentuk karakter seseorang. Orang atau mentalnya belum siap umumnya bersifat penurut. Sehingga mudah dipengaruhi lingkungan. Karakter seperti ini akan membentuk sikap konsumtif dan jauh dari sikap inovatif.
Bersaing Dengan Hati
Saat ini banyak orang menyalah aryikan persaingan. Ferdhy menuturkan, kelak lawan bisnis akan menjadi semakin pudar. Yang ada cuma relasi bisnis.
“Banyak pengusaha akan saling membutuhkan dan membentuk network. Seorang raja tega tidak akan bersaing dengan raja tega. Namun mencari orang berhati,” tuturnya.
Berikut ini beberapa hal yang perlu dipahami agar persaingan bisa berlangsung secara sehat:
1. Menjalin hubungan lebih secara interpresonal. Lebih dari sekadar relasi bisnis. Relasi seperti ini dibangun dengan hati daripada perhitungan logika untung-rugi. Dengan adanya hati, seseorang akan memiliki banyak sahabat yang bukan sekadar teman. Mereka akan membantu bisnis dalam networking.
2. Berkarya dengan integritas penuh dan setulus hati. Jalan dan inspirasi selalu terbuka baginya. Inspirasi berasal dari hati. Perwujudan firasat, yang muncul dari perasaan.
4. Persaingan tak sehat akan selalu memandang persaingan sebagai musuh yang harus dijatuhkan, dilindas, dihabisi. Dengan demikian persingan melahirkan kesengsaraan. Umumnya cara–cara seperti itu dilakukan oleh pihak yang tidak siap kalah dan tidak siap bersaing.
3. Niat buruk dalam persaingan melahirkan kelicikan, curang dan menghalalkan segala cara. Memdorong yang bersangkutan melakukan penghinaan, fitnah, memyebar isu buruk, serta menjatuhkan.
5. Persaingan yang benar berfungsi untuk memaksimalkan kemampuan. Dengan adanya persaingan maka kiya menjadi sukses.
7. Memetakan hati: sering bersialog dengan hati. Sebenarnya hati lebih cepat merespon bila dibandingkan dengan otak.
6. Berijutnya yaitu menikmati persaingan. Sehingga dapat memandang persaingan sebagai sebuah peluang untuk mengoptimalkan diri. Maka yang diutamakan sekarang bukan perkara menang atau kalah. Melainkan bagaimana menjadi lebih baik.
8. Produk yang dihasilkan oleh orang yang memiliki integritas biasanya inovatif dan memiliki daya saing tinggi.
9. Menganggap pesaing sebagai pelengkap . Dengan demikian Anda dan pesaing akan selalu melengkapi. Peluang pun selalu terbuka.
10. Niat bersaing dan cara bersaing yang tidak baik akan melahirkan kegelisaha., stres, cemas, tegang, dan selalu ingun memata-matai pesaing.