SENJATA RAHASIA HIU, DILENGKAPI SENSOR LISTRIK
ORANGTUA IDAMAN – Ketika kapal selam melacak musuh dengan radar, hiu Punya senjata rahasia di moncongnya untuk merasakan sinyal listrik mangsanya.
Peneliti di Indiana berhasil merakit alat yang cara kerjanya meniru sensor hiu. Perangkat ini dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Misalnya, untuk mempelajari kehidupan laut, bahkan diterapkan sebagai teknologi baru di kapal selam.
Alat itu dibuat dari zat bernama samarium nikleat, atau (SNO). Dapat mendeteksi medan listrik yang sangat lemah di perairan laut.
Berbagai hewan laut menghasilkan sinyal listrik. Contohnya, kerang kecil, dan beberapa jenis ikan besar.
Hiu dan predator laut lainnya termasuk skate dan pari dapat merasakan medan listrik tersebut. Mereka mendeteksi keberadaan medan listrik dari tubuh mangsa itu dengan organ bernama ampullae.
Para ilmuwan menyebut jaringan tersebut sebagai elektroreseptor. Disebut demikian lantaran organ ini berfungsi untuk mendeteksi medan listrik.
Secara kasat mata, ampula nampak seperti garis lubang kecil, atau pori-pori. Terletak di dekat mulut di moncong hiu.
Lubang itu mengarah ke saluran pendek berisi zat berbentuk jeli. Di bagian belakang jeli terdapat sel-sel indera khusus.
Ketika seekor ikan berenang di dekatnya mengeluarkan medan listrik, sel-sel itu menangkap medan listrik itu, lalu mengubahnya menjadi sinyal, dan dikirim ke otak hiu.
Jika hal itu terjadi, maka hiu tahu bahwa “Menu sudah terhidang, pesta pun segera digelar”.
SNO bersifat elektronik, hal ini belum bisa dijelasnya sepenuhnya oleh para ilmuwan. Sifat elektronik ini disebut sebagai efek kuantum. Disebabkan oleh aktifitas atomi dalam skala kecil.
Cara Kerja SNO
Shriram Ramanathan dari Universitas Purdue di West Lafayette, Ind melakukan penelitian, hasil penelitian itu mengatakan bahwa menunjukkan aktivitas SNO berubah-ubah, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Dalam suhu dingin, SNO akan membiarkan beberapa medan listrik yang melewatinya. Hal tersebut membuatnya menjadi semikonduktor.
Pada suhu 130 0 Celcius (266 0 Fahrenheit), SNO berubah menjadi konduktor. Kondisi seperti ini membuat SNO apat dialiri medan listrik.
Ramanathan juga melakukan percobaan lain. Ia bersama dengan timnya menambahkan partikel bermuatan positif (proton) ke SNO.
Hal itu membuat SNO menjadi isolator. Sehingga tidak dapat dialiri listrik.
Percobaan ini memungkinkan sifat konduktifitas SNO dapat diatur di bawah suhu 130 0 Celcius.
Penelitian itu akhirnya mengantarkan ke dalam sebuah penemuan bahwa jeli di dalam pori-pori hiu berkemampuan menghantarkan proton secara bagus.
Proton tersebut membuat hiu lebih sensitif terhadap medan listrik. Hasil uji coba ini kemudian digunakan sebagai dasar membangun SNO tipe baru.
SNO yang dibubuhi dengan proton membuatnya sangat sensitif. Lebih mirip seperti sensor asli milik hiu.
Percobaan ini tak hanya berhasil menemukan sifat konduktifitas SNO. Namun juga menemukan reaksi yang nampak saat SNO bekerja.
Ketika SNO terpapar medan listrik, resistivitasnya akan bertambah. Itu berarti menghalangi arus listrik yang akan melewatinya. Pada saat yang sama, SNO menjadi transparan.
Ilmuwan tersebut menguji kemampuan penginderaan SNO menggunakan sampel air asin di laboratorium.
Hasilnya, perangkat itu berhasil mendeteksi medan listrik lemah 4,5 mikrovolt yang dipancarkan oleh siput laut.
Keberhasilan uji coba itu kemudian dilanjutkan di laut sesungguhnya.
Kapal selam dapat menggunakan sensor berbasis SNO untuk menemukan kapal lain di dekatnya. Sensor dapat digunakan untuk melacak pergerakan hewan, atau untuk melakukan pengukuran lain di bawah permuaan laut.
Perangkat ini juga dapat diaplikasikan di bidang perikanan. Yaitu diterapkan sebagai alat pendeteksi keberadaan ikan.
Tak hanya itu. SNO juga dapat diaplikasikan untuk merakit perangkat yang dapat belajar dengan cara yang sama seperti otak belajar, mengingat dan melupakan sesuatu.
SNO juga sudah diterapkan di bidang penerbangan. Yaitu sebagai kaca jendela pesawat terbang. Dapat diatur gelap dan terangnya. Dengan demikian, jendela pesawat tak perlu menggunakan penutup yang ditarik untuk membuka menutupnya.
Di masa yang akan datang, kaca jendela itu dirancang menjadi jendela pintar. Sehingga secara otomatis dapat menggelapkan atau mencerahkan ruangan sesuai intensitas cahaya dari luar.
Dia membayangkan bahan berbasis SNO, seperti jendela pintar, yang dapat mengingat kapan harus menggelapkan atau mencerahkan ruangan berdasarkan cahaya yang masuk dari luar (orangtuaidaman.com)