BISNIS ABON CABAI: MANISNYA LABA DARI CABAI RAWIT
ORANGTUA IDAMAN – Bila abon pada umumnya dibuat berbahan baku daging sapi, Abon Ninoy karya Henny diracik dari cabai rawit. Bukan menjauh lantaran kepedasan, namun justru diserbu pelanggan.
Usaha ini dirintis pada Bulan Juli tahun 2008. Ia menekuni bisnis cabai lantaran menyukai makanan bercitarasa pedas. “Sebenarnya bermula dari iseng, coba-coba memasak. Terus saya taruh di kantin. Banyak anak kost yang suka, tante, enak, mau dong,” tutur Ibu berputera 1 itu menirukan anak-anak kost pelanggan kantinnya.
Saat bepergian, Henny selalu membawa abon cabenya. Tak sedikit kenalannya yang ikut mencicipi makanan unik tersebut. “Ternyata banyak teman yang tertarik menjualkan camilan saya itu,” tutur wanita yang akrab dipanggi Ninoy itu. Momen itu tak dibiarkan berlalu. Henny lalu menjual abon cabe tersebut.
Sebagai salah satu langkah pemasaran yang dilakukan, ia mempromosikan abon cabenya melalui kaskus. Cara pemasaran lain yang ditempuh yaitu melalui sistem keagenan. Tidak ada syarat khusus yang dibutuhkan bagi seseorang yang tertarik menjadi agen.
Hanya saja, minimal pembelian yang harus dilakukan yaitu 10 kg. Tenggat waktu tidak diharuskan. Bebas. Tidak harus setiap 1 bulan sekali. Dari situ banyak media masa yang turut mendongkrak popularitasnya. Henny sekarang memiliki sekitar 50 agen.
Ia melarang agen menjual abon cabainya di supermarket dan mini market. Henny menghendaki sitem keagenan direct selling. Langsung kepada end user. Dengan cara seperti ini, harga dan keunikan produk abon cabai bisa tetap dipertahankan. “Kalau dijual di super market, orang atau konsumen jadi gampang mencarinya. Jadi tidak unik lagi. Agen akan mati,” kata Henny.
Pengusaha kreatif ini juga tidak cocok dengan cara pembayaran di supermarket atau mini market yang menggunakan sistem konsinyasi. “Kalau saya belanja cabai, bumbu dan bayar karyawan itu semua cash, kalau saya diutangin ya tidak dapat jalan,” imbuhnya.
Saat ini Henny sedang disibukkan dengan urusan izin dari BPOM dan Depkes. Kapasitas produksi saat ini telah mencapai 100 – 150 kg. “Sudah ada peningkatan dari saat merintis dulu. Kapasitasnya Cuma 10 – 30 kg. Sekarang setiap hari sudah harus masak,”kata Henny. Oven tidak boleh ada yang nganggur, agar bisa lebih produktif.
Henny tidak memberlakukan system retur. Sebab, tenggat waktu kedaluarsanya tergolong lama. Yaitu 10 bulan. Produk yang dibuat alami. Tidak menggunakan pengawet, MSG, juga pewarna.
Cabai tergolong barang yang sering mengalami lonjakan harga. Lonjakan harga terjadi saat menjelang lebaran “Paling parah 3 bulan sebelum dan sesudah lebaran. Natal , Imlek dan tahun baru tidak separah lebaran,” imbuhnya. Untuk mengatasi kondisi harga pasar yang tidak stabil tersebut, Henny melakukan stok bahan baku.
Agar awet disimpan, cabai dikeringkan menggunakan oven. Stok bahan baku ini dilakukan ketika harga cabai sedang turun. Saat ini Henny memiliki oven sebanyak 2 buah Oven. Setiap oven berkapasitas 100 kg sekali pengeringan. Pengeringan cabai dalam oven berlangsung selama 7 hari.
Standar cabai yang digunakan yaitu cabai rawit kecil atau sering disebut sebagai cabai mataram. Henny memilih cabai ini karena lebih mudah dikeringkan bila dibandingkan dengan jenis cabai rawit yang gendut-gendut.
Abon cabainya saat ini sudah dijual ke Jakarta, Surabaya, Tangerang, Kalimantan, dan Sumatera . Harga jual di setiap tempat berbeda. Di Jakarta dijual seharga Rp 30.000 sedangkan di Sumatera Rp 32.000. Agen mendapatkan keuntungan 20%. Cara pemasaran lain yang dilakukan melalui bazaar.
Ada 2 macam abon yang saat ini diproduksi. Yaitu teri bawang dan original. Abon teri bawang merupakan pengembangan atau modifikasi dari abon original. Sedengakan abon cabe original 100% terbuat dari cabai. Berdasarkan ukuran kemasan dibedakan menjadi 5 kategori, Meliputi kemasan 50 gr, 100 gr, 200 gr, 250 gr, 500 gr dan 1 kg. Saat ini Henny dibantu oleh karyawan sebanyak 6 orang. Omzet yang diperoleh mencapai Rp 20 – 30 juta / bulan.
Bisnis abon cabai memang pedas tapi manis (orangtuaidaman.com)