KATURANGGAN PERKUTUT: TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEBERUNTUNGAN PEMILIK

GENETIC LINKAGE

Katuranggan perkutut diwariskan dari generasi ke generasi melalui sebuah budaya titen. Dalam budaya Jawa, tradisi titen yaitu kebiasaan mencermati suatu hal.

Katuranggan perkutut berpotensi dikembangkan secara ilmiah dalam ranah ilmu genetika. Lebih spesifik di bidang genetika pautan (genetic linkage).

Keterpautan antara sifat yang tampak (fenotip) dengan sifat suara perkutut membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Dalam ilmu genetika, sarana pengukur (statistika) yang sesuai untuk meneliti hal tersebut yaitu sidik lintas dan analisa regresi dan korelasi.

Diharapkan melalui penelitian tersebut dapat dihasilkan peta genetik. Menemukan berbagai sifat yang mendukung kualitas suara burung perkutut.

Hasil akhirnya, peta genetik perkutut itu dapat dimanfaatkan oleh penangkar (breeder) perkutut sebagai pedoman mencetak perkutut unggul.

Lebih jauh lagi, peta genetik dapat diterapkan untuk mengelola bahan pemuliaan perkutut. Materi atau bahan pemuliaan itu tak lain adalah berbagai ras perkutut yang hidup di Indonesia.

Keanekaeagaman ras perkutut tersebut adalah kekayaan bagi penangkar. Keberadaannya harus dilestarikan.

A. Bentuk Kepala Samping
1. Nakir Kuwalik
Burung perkutut ini dicirikan dengan bentuk kepalanya menyerupai takir atau tempat sesaji yang terbuat dari daun pisang berbentuk segi empat. Potensi suaranya diperkirakan tak dapat diharapkan.

2. Mbungkul Bawang
Bentuk kepalanya seperti siung umbi bawang putih. Diperkirakan mutu suaranya tak stabil. Kadang baik, namun kadang juga jeblok.

3. Nggobog
Bentuk kepalanya bundar menyerupai uang logam. Kualitas suaranya kian melejit sampai pada usia pertengahan. Kemudian akan menurun seiring bertambahnya usia.

4. Mbeton Nangka
Bentuk kepalanya lonjong menyerupai beton atau biji buang nangka. Perkutut seperti ini diperkirakan punya suara merdu meski sudah tua. Namun, suara mersunya itu tak dapat maksimal.

5. Njambe Nom
Bentuk kepalanya seperti buah pinang yang masih muda. Diperkirakan perkutut ini bersuara maksimal. Suara merdunya itu tetap bertahan meskipun burung berusia tua.

B. Bentuk Paruh
1. Nglombok Rawit
Bentuk paruhnya menyerupai cabai rawit. Diperkirakan memiliki suara tengah (ketek) jelek. Namun punya ketebalan suara yang bagus.

2. Nglombok Gede
Bentuk paruhnya menyerupai cabai besar. Perkutut seperti ini suara tengahnya tidak memuaskan.

3. Mapah Gedang
Bentuk paruhnya seperti pelepah pisang. Diprediksi punya potensi suara sedang-sedang saja atau cukup baik.

4. Nggabah
Bentuk paruhnya sebangun dengan gabah atau bulir padi. Ditengarai punya suara tengah bagus.

5. Ngepel
Bentuk kepalanya jika dilihat dari samping sebangun dengan buah kepel atau burahol. Diperkirakan memiliki suara tengah jelas dan bagus.

C. Bentuk Badan
1. Njagung Nglobot
Badannya berbentuk seperti buah jagung yang belum dikupas. Ekornya panjang tapi sesikit tumpul. Bulu-bulu ekornya bertumpuk, sehingga garis-garis warnanya tidak jelas. Bibit perkutut njagung nglobot diperkirakan suara tengahnya tidak bagus.

2. Wungkal Gerang
Bentuk tubuhnya menyerupai batu pengasah pisau yang bagian tengahnya sudah aus. Ciri khas lain dari perkutut ini yaitu ekornya mekar seperti kipas. Bibit perkutut ini diprediksi memiliki suara tengah yang jelek, namun punya ketebalan suara yang bagus.

3. Nongko Saglundung
Dikatakan demikian bila seekor perkutut bentuk badannya menyerupai buah nangka. Berekor panjang, tumpul, dengan garis-garus bulu terlihat jelas. Ditengarai, bibit perkutut ini punya suara tengah yang bagus.

4. Mbluruk
Bentuk badannya menyerupai buah kelapa yang masih kecil (pentil). Ekornya pendek meruncing. Bakalan perkutut seperti ini kemungkinan berbakat suara tengah yang baik.

5. Tuntut Gedang
Disebut demikian jika seekor burung perkutut memiliki badan menyerupai bunga pisang, bentuk ekornya meruncing, wana garis-garis bulu jelas. Burung seperti ini diprediksi punya bakat suara tengah yang baik dan jelas.

Simak Juga