PITA PITA KREATIF: PASAR ANAK TAK TERPENGARUH TREN
ORANGTUA IDAMAN – Inilah buah kreativitas Arlin Santoso dan Irlia Oktaviani, pengusaha pita di Pondok Cabe, Tangerang. Kedua bersaudara ini menekuni usaha pita sejak tahun 2008.
Keunikan kreasi pita ini terletak pada pemilihan bahan baku alternatif. Seperti kain satin. Pita juga lengkapi dengan boneka yang biasa digunakan untuk menghias tas dan bunga-bunga pembungkus kado. Arlin melakukan terobosan baru dengan membentuk pita menjadi keriting.
“Saya tidak pernah beli pita untuk anak, tapi selalu bikin sendiri. Banyak orang memuji, pita anak saya bagus. Tak jarang mereka bertanya dimana membelinya,” tutur Arlin. Tanggapan kawan-kawan tersebut membuat lulusan Desain Grafis, Universitas Trisakti tahun 2002 ini bertekad memulai usaha membuat pita.
Dengan modal awal Rp 1 juta hasil patungan Arlin dan Irlia, dimulailah bisnis ini. Sedikit-demi sedikit pita berhasil mereka jual. “Kami akhirnya punya tabungan usaha sendiri. Jadi tidak perlu mengganggu keuangan rumahtangga lagi,” tegas Arlin. Menurutnya, tren di dunia pita dipengaruhi jenis bahan baku. Kalau ada jenis bahan baku baru, pasti banyak dicari dan diminati.
Namun tren aksesoris dan pakaian anak tidak terlihat mencolok. Pita berukuran besar yang dilengkapi boneka berbentuk lucu selalu diminati,” papar Irlia. Arlin dan Irlia membagi tugas. Arlin bertanggungjawab terhadap proses produksi dan pemilihan bahan baku. Sementara Irlia menangani pemasaran. Saat ini pemasaran dilakukan melalui face book dan secara off line dengan ikut serta ikut berbagai bazaar sekolah.
“Tapi di face book orang cenderung nyontek pita buatan saya. Awalnya belum banyak yang jualan. Tapi setelah saya upload via face book jadi banyak yang ikut-ikutan,” tutur Irlia.
Dalam sebulan mereka mampu menjual 100 pasang pita/ bulan Harganya, bervariasi. Antara antara Rp 15.000 – 50.000 / pasang. Pita dilengkapi boneka harganya Rp 50.000. Untuk saat ini, Pita Pita membidik end user sebagai pangsa pasar. Mereka mengaku belum siap membidik reseller. “Kalau mau dijual kepada reseller, harganya harus bersaing. Jadi jumlahnya harus banyak. Kami belum siap memproduksi pita secara masal,” kata Arlin. Persaingan di dunia aksesoris tergolong ketat.
Pengusaha harus selalu siap dijiplak produknya saat setelah meluncurkan produk baru. Hal itulah yang memaksa Arlin dan Irlia selalu melakukan inovasi baru. Inovasi dapat dilakukan dengan bahan baku, bentuk maupun teknik pembuatan.