MIMI & MITUNA: FOSIL HIDUP PEMBAWA 1001 BERKAT
ORANGTUA IDAMAN – Satwa yang masih keluarga dekat kepiting ini sering disimbolkan sebagai lambang kesetiaan.

Saat berpasangan, mereka pantang bercerai. Perpisahan bisa berujung pada kematian.
Hewan ini juga dijuluki kepiting tapal kuda atau horseshoe crabs. Julukan itu melekat lantaran betuknya menyerupai tapal kuda. Seukuran telapak tangan orang dewasa.
Meskipun demikian, fauna yang juga disebut Belangkas ini tidak termasuk keluarga kepiting. Melainkan keluarga Limulidae yang dikenal sebagai fosil hidup.
Ada 4 spesies belangkas. Limulus polyphemus yang hidup di pantai Atlantik Amerika Utara.
Sedangkan tiga spesies lainnya hidup di Asia. Mereka meliputi Tachypleus gigas, Tachypleus tridentatus dan Catcinoscorpius rotundicauda.
Belangkas Asia dinyatakan near threatened oleh IUCN (2010), threatened (2014), dan deficien (2015).
Sementara Limulus polyphemus dinyatakan lower risk atau near threatened menurut IUCN (2015)
Di perairan Indonesia, keberadaan Belangkas juga dilindungi oleh pemerintah. Berdasar SK Menteri Kehutanan No. 12/Kpts-II/1987 dan Peraturan Pemerintah RI No. 7/1999.
Fosil hidup ini nasibnya di ujung tanduk. Populasinya terancam punah. Akibat rusaknya habitat, reklamasi, pencemaran, perburuan, hilangnya sumber makanan, perubahan kondisi air, dan melonjaknya predasi.
Belangkas punya ekor menjuntai. Walaupun bentuknya menyerupai tombak, organ runcing itu bukan senjata.
Melainkan sebagai alat kemudi. Yang berguna untuk mempermudah pergerakan naik dan turun saat berenanh.
Belangkas punya tempurung keras dan berduri. Berfungsi sebagai perisai.
Di alam, ia gemar menyantap sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang sudah mati.
Pada masa pertumbuhan, mimi dan mituna harus melalui fase moulting atau pergantian kulit. Ritual ini rutin dilakukan setiap ukuran badanya bertambah besar 25% dari ukuran awal.
Mimi adalah sebutan bagi belangkas jantan, sedangkan Mituno adalah belangkas betina. Mimi punya ukuran bagian depan tubuh kecil. Sementara mituno punya kantung telur dibagian depan tubuhnya. Sehingga ukurannya lebih besar.
Setelah lulus 16 kali masa pergantian kulit, atau setelah berusia 9 – 12 tahun, badannya tak melar lagi, berarti ia sudah dewasa.
Hewan yang termasuk dalam keluarga Arthropoda atau hewan berbuku-buku ini melangsungkan perkawinan saat bulan purnama.
Ketika musim kawin tiba, mereka berbondong-bondong menuju pinggir pantai mencari jodoh.
Berbekal sepasang kaki berkait, pejantan menaiki tempurung betina. Sambil berenang, bersama-sama, betina mengeluarkan telur 15.000 – 20.000. Sang pejantan segera membuahi telur-telur itu.
Menu Eksklusif Restoran
Di berbagai daerah, daging dan telur belangkas dikonsumsi. Disajikan sebagai menu eksklusif.
Di Hong Kong, olahan daging Tachypleus tridentatus menjadi salah satu menu khas andalan restoran.
Sedangkan di Thailand ketiga spesies belangkas Asia dikonsumsi sebagai sajian eksklusif.
Masyarakat Johor mengolahnya sebagai menu asam manis, sambal tumis atau sekadar dibakar atau dipanggang.

Meskipun terlihat menggiurkan, ternyata daging belangkas mengandung racun memabukkan.
Jadi, mengolah dan mengonsumsi belangkas hanya disarankan bagi orang yang terbiasa dan tahu caranya.
Selain bisa dikonsumsi, fauna kerabat dekat kalajengking ini kerap dimanfaatkan sebagai umpan pancing. Ikan sembikan dan sidat menyukai daging belangkas.
Berkat Darah Biru
Gurihnya daging dan telur hanyalah sebagian kecil berkat dari Belangkas. Berkat terbesar yang ia berikan mengalir dalam darah birunya.
Seperti dilansir dari Natural History Museum, darah kepiting tapal kuda berwarna biru. Mengandung sel-sel kekebalan. Penting dan sangat sensitif terhadap bakteri patogen.

Ketika sel-sel itu bertemu dengan bakteri penyebab penyakit, sel-sel itu akan menggumpal mengepung area serangan bakteri. Melindungi sel-sel bagian tubuh lainnya dari racun bakteri.
Darah Belangkas mengandung senyawa yang berkemampuan menangkap bakteri dengan cara membekukannya. Cairan biru ini dapat mendeteksi keberadaan bakteri yang jumlahnya sedikit.
Para ilmuwan menggunakan sel darah pintar itu untuk mengembangkan tes yang disebut Limukus Amebocyte Lysate (LAL).
Tes tersebut bertujuan untuk memeriksa vaksin dan obat baru. Tes ini dilakukan sebelum obat dan vaksin diterapkan kepada manusia. LAL dapat mendeteksi endotoksin pada darah manusia.
Praktik ini sudah dilakukan di seluruh dunia sejak tahun kisaran 1970-an.
Meskipun terdengar begitu banyak berkat yang diberikan oleh Belangkas, namun manusia wajib menjaga kelestariannya (orangtuaidaman.com)

