BUDIDAYA JENITRI: PANEN REZEKI DARI BIJI TANAMAN SUCI
ORANGTUA IDAMAN – Tak banyak yang tahu, biji jenitri (Elaeocarpus ganitrus) berharga tinggi. Karena digunakan sebagai sarana sembahyang dan diyakini memiliki dampak spiritual bagi pemakainya.
Permintaan pasar India dan negara lain cukup besar. Central Jenitri, pemasok biji jenitri dari Kebumen, Jawa Tengah, dalam sebulan mampu mengekspor 20 – 30 ton.
Di India biji ini dikenal sebagai rudraksha. Kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa artinya mata. Disebut rudraksha atau mata Siwa karena konon tanaman jenitri tumbuh dari air mata tetesan Dewa Siwa. Itulah sebabnya, biji yang permukaannya berlekuk-lekuk ini digunakan sebagai sarana sembahyang orang India dan diyakini punya kekuatan spiritual dan pengobatan.
Indonesia adalah pemasok jenitri terbesar, sekitar 80%. Sementara 15% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara pengguna utama rudraksha hanya memproduksi 5%.
Salah seorang pembudidaya jenitri yang sukses adalah Mujiman Eru Wibawanto warga Kutosari, Kebumen, Jawa Tengah pemilik Central Jenitri yang merintis usahanya tahun 1972. “Usaha ini bisa berjalan hampir 40 tahun karena selalu ada permintaan dari India. Berapapun barang yang ada, mereka ambil,” kata Wisnu Aji Permana yang menggantikan ayahnya mengelola usaha ini.
Menjalin Kemitraan
Awalnya produksi Central Jenitri hanya mengandalkan hasil dari kebun sendiri. Karena permintaan meningkat, mereka pun menjual bibit dan mengajak para petani bermitra. Selain membeli bibit, para petani juga menjual hasil panennya ke Central Jenitri. Jumlah petani mitranya ratusan, tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.
Tiap dua bulan ia mengekspor minimal 1 kontainer, berisi 20-30 ton biji jenitri. Yang dikirim adalah biji berdiameter 6 mm – 11mm, yang sudah melalui proses pensortiran, dan pembersihan. Biji besar yang tidak lolos saringan dipisahkan dan digunakan untuk membuat aneka kerajinan. Misalnya kalung, gelang, penghias tempat tisu, tempat buah, vas bunga, lilin, lampu teplok, dan sebagainya.
Barang kerajinan ini dijual ke Bali, Jakarta, dan Semarang. Selain itu, pengiriman biji pun berkembang tak hanya ke India tapi juga ke Malaysia dan Jepang. “Ada orang India yang tinggal di Malaysia, jadi kami juga kirim ke situ. Tapi permintaannya tidak sebanyak India,” ungkap Wisnu.
Penanganan Paska Panen
Penentu keberhasilan budidaya jenitri adalah pemilihan bibit. Sebaiknya menggunakan bibit sambung pucuk, jangan yang berasal dari biji. Sebab, bibit dari biji berbuahnya lama. Umur 7-10 tahun baru diperoleh panen perdana. Kalau dari bibit sambung pucuk jenitri bisa dipanen pada umur 2-3 tahun. Satu pohon muda mampu menghasilkan sekitar 2000 butir. Pada panen raya sekitar Februari – Juni, hasilnya bisa mencapai lima kali lipat dari panen muda. Pada panen susulan hasilnya tinggal sepertiga dari panen raya.
Saat panen perdana pendapatan petani sekitar Rp 300.000 – Rp 500.000, tapi makin tua pendapatan kian berlipat. Wisnu juga menjual bibit. Untuk bibit umur 3-6 bulan dengan tinggi pohon 50 cm – 100 cm dijual seharga Rp 100.000.
Buah hasil panen direbus selama kurang lebih dua jam. Setelah agak dingin, dimasukkan karung dan diinjak-injak supaya kulit buah mengelupas. Kulit dibuang, bijinya dijemur. Penjemuran selama 1-2 hari sampai biji kering dan siap dijual.
Manfaat Bagi Kesehatan dan Ekologi
Suhas Roy, peneliti dari Indian Institute of Technology, Banaras, India memaparkan bahwa kekuatan rudraksha terletak pada kandungan elektrik dan magnetik pada biji tersebut yang dapat mempengaruhi susunan syaraf pusat, simpatetik, dan parasimpatetik serta organ tubuh lainnya. Suhas Roy bersama tim penelitinya membuktikan, menggunakan rudraksha dapat memberi pengaruh positif tekanan darah, detak jantung, dan mengurangi stress.
Gampang Ditanam
Jenitri bisa ditanam baik di dataran rendah, maupun tinggi.
1. Perlu tanah gembur atau bercampur pasir, cukup air dan sinar matahari.
2. Buatlah lubang selebar 30 cm, dan kedalaman sekitar 30 cm.
3. Lubang diberi pupuk kandang dan dibiarkan sekitar 10 hari.
4. Setelah itu bibit ditanam dan diberi pupuk dasar.
5. Bisa juga bisa ditanam di pot.
Pemberian pupuk berikutnya tiga bulan sekali dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing. Pemberian pupuk NPK bergantian dengan pupuk kandang.
2 Cara Menentukan Harga
Harga biji jenitri ditentukan dari besar kecil ukurannya serta jumlah lekukan atau garis pada biji yang disebut mukhi. Biasanya terdapat 1 – 21 mukhi yang masing-masing punya makna berbeda. Jumlah mukhi pada permukaan biji diyakini menunjukkan kualitas dampak spiritualnya. Misalnya 7 mukhi membantu dalam membangun kekayaan. Berbeda dengan 11 mukhi yang diyakini memiliki kekuatan tujuh dewa sehingga dianggap sangat kuat. Pemiliknya akan hidup makmur dan santai. Makin banyak mukhi, harganya makin tinggi.
Saat dibeli dari petani, dalam keadaan belum diolah, harga jenitri ditentukan sesuai ukuran. Biji berukuran kecil dihargai Rp. 40 – Rp. 150/ butir. Atau Rp. 100.000 – Rp. 450.000/ kg. Satu kilogram berisi 2500-3000 butir. Sementara biji ukuran besar dihargai Rp. 2000 – Rp. 2500/ kg.