LAWANG SEWU: GEDUNG TUA ITU DIPENUHI PESONA CERITA KERETA
KATA ORANG, LAWANG SEWU TIDAK COCOK BAGI ANAK KECIL. NYATANYA, GEDUNG TUA ITU MEMBUAT ANAK KELAS 1 SD SEPERTI SAYA MALAH MEMBUAT BETAH PUN TAK KUNJUNG JENGAH.
Ada banyak cerita di Lawang Sewu yang dapat membuat saya lebih pintar. Cerita soal kereta api di Indonesia yang jalurnya tak pernah putus menembus batas masa. Ada juga cerita perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajah yang pernah bercokol di tanah Semarang.
Suasana Lawang Sewu juga sejuk tak membosankan. Ada banyak ruang disana. Tiap ruang menyimpan cerita masing-masing. Yuk kita telusuri tiap ruang! Tapi jangan lupa beli tiket dulu. Ibu-ibu dan bapak- bapak harga tiketnya Rp20.000. Sedangkan anak kecil seperti saya cukup membayar Rp10.000.
Biar tak bingung, ada baiknya sebelum berpetualang kita berkenalan terlebih dulu dengan bagian-bagian bangunan yang ada di tempat itu. Kompleks Lawang Sewu terdiri dari beberapa bangunan. Yaitu Gedung A dan B yang menghadap bundaran Tugu Muda, serta C dan D yang menghadap Jalan Pemuda.



Terdapat 2 menara kembar di gedung A. Keduanya konon berfungsi sebagai tempat menyimpan air. Di bagian dalamnya, banunan A juga dihiasi dengan kaca patri besar dan tangga besar. Di bawah gedung ini terdapat sebuah lorong bawah tanah.
Setelah membeli tiket, begitu masuk lawang sewu, beberapa ruang menyambut kita dengan aneka baju dan suvenir. Kita bisa membeli oleh- oleh khas semarang di tempat itu.
Beberapa langkah di depan lorong sovenir itu ada sebuah ruang bawah tanah, tepatnya di bawah tangga. Saya sempat melongok kedalam ruang bawah tanah itu. Gelap dan lembap. Saya urungkan niat saya memasuki ruang seram itu.
Sebagai gantinya ada tangga menuju lantai atas. Eh saya penasaran, naik ke atas yuk! Di atas semua ruangnya kosong. Tapi cobalah melongok ke luar! Pemandangannya begitu indah. Kita bisa menikmati sosok bangunan berarsitektur Belanda kuno ini.
Wajah Lawang Sewu terlihat jelas disitu. Bangunan kuno ini punya banyak pintu dan jendela. Ukuran jendelanya tinggi-tinggi dan besar-besar. Mirip seperti pintu. Itulah yang membuat gedung tua ini dijuluki sebagai Lawang Sewu. Padahal jumlah pintu disana tidak mencapai 1000. Hanya ada 429 pintu saja.
Bangunan ini dirancang dalam gaya Hindia Baru. Menggambarkan sebagai gaya transisi antara Tradisional dan Modernis serta dipengaruhi oleh desain Berlage. Menurut keterangan disana, Lawang Sewu dibangun pada tahun 1904 – 1907, sisanya rampung pada tahun 1919.
Saksi Bisu Perjuangan Indonesia
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada tahun 1042, tentara Jepang mengambil alih Lawang Sewu. Ruang bawah tanah gedung B diubah menjadi penjara dan tempat mengeksekusi mati tawanan perang.
Ketika Semarang direbut kembali oleh Belanda dalam pertempuran di Semarang pada Oktober 1945, Pasukan Belanda menggunakan terowongan yang mengarah ke gedung A untuk menyelinap ke kota. Pertempuran terjadi dengan banyak penjuang Indonesia gugur.
Setelah masa perang usai, tentara Indonesia mengambil alih kompleks Lawang Sewu. Bangunan tersebut kemudian dioperasikan oleh Djawatan Kereta Republik Indonesia (DKARI). Lawang Sewu dialihfungsikan sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia (KAI), kemudian beralih menjadi Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan Jawa Tengah, hingga akhirnya dikosongkan pada akhir 90-an.
Pada tahun 1992 bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya. Kini Lawang Sewu telah dipugar. Sosoknya tak lagi seram. Bahkan kini Lawang Sewu adalah suguhan wisata Kota Semarang yang tak boleh dilewatkan.
Di luar menghampar halaman yang luas. Banyak pengunjung beraktifitas di halaman itu. Ada yang asik berfoto ria, ada yang bersepeda listrik, yang lain duduk ngobrol bersantai, turut hadir pula di halaman itu grup musik yang melantunkan lagu-lagu gambang semarang khas kota lumpia.
Yuk kita lanjutkan petualangan lawang sewu ini. Beralih di bangunan sebelah. Disana banyak ruang berisi sejarah perkeretaapian di Indonesia. Ada foto-foto stasiun kereta api jaman lampau di Indonesia. Beberapa stasiun itu kini masih ada dan berkembang menjadi besar. Yang lainnya kini sudah tiada, tinggal kenangan.



Dari cerita kereta api di lawang sewu, saya jadi tahu, ternyata di dekat rumah saya konon ada 2 stasiun. Yaitu stasiun Gotri dan stasiun Mayong. Bangunan stasiun Gotri kini sudah tiada. Berubah menjadi pos polisi. Sedangkan stasiun Mayong bangunannya masih ada. Namun terlihat angker dan tak terurus.
Semoga stasiun-stasiun kereta tua itu kelak segera dipelihara oleh pemerintah. Sehingga tak lagi berwajah angker, bisa kembali terlihat cantik layaknyan Lawang Sewu.
Kembali ke Lawang Sewu. Masih di ruang yang sama, saya juga dapat menyaksikan berbagai sarana pendukung kerkeretaapian. Misalnya, beragam alat telekomunikasi. Contoh, telepon dan telegram. Jangan dibayangkan bentuk teleponnya seperti telepon saat ini. Disana, teleponnya telepon kuno. Bentuknya aneh tapi unik.
Dari ruang pamer dunia perkeretaapian itu, di luar saya melihat sosok lokomotif tua. Warnanya hitam legam. Ketel uapnya berwarna kuning emas. Lokomotif itu dikombinasi dengan warna merah. Dibagian depan nya tertulis nomor loko C2301. Saya bergegas mengajak Mama dan Bapak menghampiri kepala kereta tua itu.

Saya bisa naik di lokomotif itu. Ternyata ruang kemudinya berbeda dengan ruang kemudi mobil bapakku. Lokomotif tak ada stirnya. Hanya ada tuas pacu dan tuas rem. Disitu ada juga kunci untuk membuka tungku batu bara.
Wah, tak terasa hari sudah sore. Ketika Mama dan Bapak mengajak pulang, rasa sayang melekat di hatiku. Sesungguhnya aku masih betah singgah di tempat ini.
Sebelum pulang, sejenak kami menikmati jajanan di pintu belakang. Di tempat itu ada gerai ayam goreng CFC. Ada juga penjaja mie ayam dan soto yang bisa dipesan melintasi jeruji pagar.
Duduk bersantai di tempat itu, menyantap sajian yang ada sembari melahap wajah gedung lawang sewu yang cantik tak pudar ditelan waktu.
Lawang Sewu membuatku selalu merindu (orangtuaidaman.com)
Info wisata
Lawang Sewu
Alamat: Jl. Pemuda No.160, Sekayu, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50132.
Buka: 08.00 – 20.00


SERBA-SERBI WISATA
KALIURANG PARK – BOTANICAL GARDEN: BUAH EVOLUSI KALIURANG JADUL
SEKARANG, KALIURANG TAK SEKADAR MEMBUAT HATI SENANG. LOKA WISATA INI PUN MEMBIKIN ANANDA PINTAR. Bagi yang dulu pernah berlibur ke
GRAND ARKENSO PARKVIEW: MENGINAP DI ATAS KELAP-KELIP ATAP KOTA SEMARANG
DARI DALAM KAMAR GRAND ARKENSO PARKVIEW, PEMANDANGAN SENJA LANGIT SEMARANG, KERLIP LAMPU KOTÀ, DENYUT KEHIDUPAN SIMPANG LIMA DARI KETINGGIAN DISUGUHKAN
GEMBIRA LOKA ZOO: LEBIH INTIM DENGAN SATWA
DI GEMBIRA LOKA, PENGUNJUNG TAK SEKADAR MENYAKSIKAN BERAGAM SATWA. TETAPI JUGA BERKESEMPATAN BERINTERAKSI DENGAN FAUNA-FAUNA ITU. Adalah Petting Zoo, di
UMBUL WEDOK KLATEN: SEGARNYA BERENANG AIR “AQUA”, BERBONUS SPA GARRA RUFA “NDESO”
Selama ini Klaten populer dengan pemandian Umbul Ponggok. Padahal, Klaten punya banyak umbul. Jika Anda merindukan umbul di tengah suasana
SINDU KUSUMA EDUPARK: DARI BIANGLALA RAKSASA, SINEMA HOROR SAMPAI RUMAH TEROR
SORE ITU KAWAN-KAWAN DARI SD NEGERI 1 GEMULUNG LARI BERHAMBURAN DARI BUS. BERGEGAS MENYERBU ANEKA WAHANA SERU DI SINDU KUSUMA