AURA MEMESONA KAMPUNG PRAU: MOLEK TAK KENAL MUSIM
ORANGTUA IDAMAN – Mekipun angin barat bertiup kencang diiringi guyuran hujan hebat, kemolekan Pantai Kampung Prau tetap tak pudar. Pasirnya putih, airnya jernih tak dinodai lumpur berbonus sampah.
Ketika usim hujan tiba, banyak pantai indah menjadi kusam tertutup timbunan sampah. Nasib malang seperti ini kerap disandang pantai bersanding muara sungai.
Aliran air deras melarutkan lumpur. Menyeret gumpalan sampah. Benda-benda itu dibuang oleh orang-orang kota. Berarakan di sungai, berdesakan menjejali muara.
Tak lama kemudian, perairan di sekitar pantai berubah menjadi coklat. Air sungai merangsek ke laut. Sementara air laut membalas dengan hempasan ombak.
Seolah-olah, air laut dan air sungai saling melempar sampah dan lumpur. Mereka tak sudi menanggung kiriman cuma-cuma orang kota itu.
Beraneka kotoran diaduk-aduk. Di antara pusaran arus sungai dan laut yang saling berebut.
Tak sedikit sampah terdampar di sudut-sudut pantai. Airnya berubah kehitaman. Beraroma busuk menusuk hidung.
Kampung Prau Yang Tetap Suci
Hal seperti itu tak terjadi di Pantai Kampung Prau Jepara. Meskipun ombaknya sedikit lebih besar dari biasanya, namun airnya tetap biru menawan hati.
Pasirnya pun tetap putih bersih. Sehingga Anda bisa asyik bercanda dengan ombak sembari memungut kulit kerang dan serpihan batu karang.
Sore itu adalah hari Senin 22 November 2021. Birunya langit berangsur memerah mendidih. Cahaya senja berpendar di antara awan mendung. Kontras… Hitam, biru, jingga, dan lembayung.
Meski ritual matahari terbenam tak bisa dinikmati, saat itu pesisir Kampung Prau tetap memancarkan aura syahdu.
Lampu-lampu kafe bercahaya temaram. Cahaya kuningnya berkawan lembayung senja.
Ah, rasanya sia-sia jika suasana itu diacuhkan dan dilepas pergi begitu saja. Biar tambah meriah, kopi hangat, dan aneka hidangan laut wajib tampil.
Sesaat setelah fajar kembali ke peraduan, sesi berikutnya giliran sura ombak riuh diperdengarkan. Perlahan, air laut pasang menyelimuti pesisir.
Isyarat bagi pengunjung agar segera menyudahi kegiatan di bibir pantai. Bergeser dan berlanjut di selasar kafe.
Berkawan aneka kudapan dan hidangan laut. Bersantai di atas empuknya kursi malas.
Jika Anda bermaksud melakukan acara bakar-membakar ikan alias barbeku di pinggir pantai, disana juga disediakan meja khusus barbeku. Hubungi saja penjaga yang bertugas.
Sayup suara debur ombak khas pantai utara suguhkan kedamaian. Mengurai jiwa penat, menghembuskan kelegaan di dada dan melunturkan hasrat pulang ke rumah.
Aura Pesona Pantai Kampung Prau memang membius. Membuat siapa saja yang bertandang ke sana lupa pulang.
Tapi, jangan takut kemalaman. Di lokasi itu ada penginapan keluarga. Meskipun sederhana, yang pasti bersih dan bukan tempat melampiaskan perilaku kotor.
“Selain kenyamanan dan kebersihan, kami juga menjaga keamanan disini. Kalau ada muda-mudi yang tidak jelas dan mencurigakan, penjaga disini segera meminta mereka meninggalkan area ini”, tutur Hartini, salah satu staf pengelola Kampung Prau.
Perempuan ramah berhijab itu pun menuturkan, “Pada saat hari libur dan akhir pekan, pengunjung memenuhi Kampung Prau. Jadi, jika bermaksud bermalam sebaiknya melakukan reservasi terlebih dulu”.
Reservasi bisa dilakukan untuk memesan penginapan, menu makanan, maupun tempat bersantai di kafe. Dengan cara ini, saat Anda sampai di sana bisa segera duduk manis tanpa rasa khawatir kehabisan posisi enak.
Sejatinya Jepara punya banyak pesisir indah. Aura pantai di Pesisir Jepara dapat tetap berkilau seperti di Kampung Prau jika kita peduli terhadap mereka.
Caranya sederhana, memaksa diri tak membuang sampah di sungai (orangtuaidaman.com).
PANTAI-PANTAI PERMAI DI JEPARA