TERJERAT PESONA SERUMPAS TAMBANG BREKSI
ORANGTUA IDAMAN – Ketika banyak tambang meninggalkan kerusakan, Tambang Breksi Yogyakarta justru menyisakan kemolekan.
Bukit yang dibelah itu kini berwujud tebing breksi menjulang setinggi 30 meter.
Irisan batu kapur berlapis-lapis itu bak sajian kudapan di atas meja pesta. Agar berjumpa rasa puas, begini seni dan cara menikmatinya.
Pesan Sepotong Breksi
Melahap bulat-bulat keindahan alam di sana tak akan menorehkan kesan indah dalam kenangan Anda. Malahan, mungkin Anda justru akan mengeluh karena rasa lelah.
Cobalah mengiris sedikit demi sedikit lalu mencerna pelan-pelan pesan yang tersirat dari setiap sudut irisan batuan kapur sisa aktivitas vulkanik gunung purba itu.
Tiap irisan menyuguhkan cita rasa berlainan. Ada kisah perang kembang Arjuna membinasakan Buta Cakil, patung Semar, dan Naga Jawa.
Mengenyam pesan yang dituang dalam setiap irisan breksi, lalu dipadu keelokan pemandangan disana, membuat Anda terbuai suasana beraura syahdu.
Kian lama dikenyam dan dicecap sari madu maknanya, semakin menghasut kita berpetualang lebih jauh, merasuki lebih dalam suguhan tebing breksi itu.
Makin merasuk ke dalamnya, bertambah tertancap pesonanya dalam benak dan kenangan.
Cerita perang kembang Arjuna membinasakan Buta Cakil mengisahkan konflik yang selalu menghiasi kehidupan di bumi.
Konflik itu sejatinya adalah dinamika. Persaingan antar mahluk hidup, upaya saling mendominasi dan ritual saling memangsa yang dianut binatang liar.
Mau diakui atau tidak, kehidupan manusia pun tak jauh berbeda dengan mahluk lain penghuni bumi ini.
Berakar dari konflik itu, tumbuhlah suluh-suluh dinamika yang mewarnai dan menghiasi kehidupan di muka bumi.
Konflik itu lah yang mengejawantah dalam sajian indah kisah perang kembang.
Kisah itu tak bisa dicerna sepotong-sepotong. Hanya dari kacamata benar atau salah. Tak hanya sekadar menghakimi Cakil sebagai keburukan dan Arjuna sebagai kebaikan.
Cakil dan Arjuna adalah dua sisi berbeda yang mengisi sekaligus membentuk kehidupan. Mereka adalah kesatuan yang tak terpisahkan. Sama seperti siang dan malam, gelap dan terang, serta senang dan duka.
Keduanya (baik dan buruk) berpadu membentuk kehidupan ini, … dan kehidupan ini lah kasunyatan (kebenaran).
Tentunya kita tak bisa memilih, atau malah menolak salah satu diantaranya.
Ah,… keindahan kisah perang kembang itu tentunya tak habis dicerna sembari menikmati secangkir kopi atau bahkan semangkuk tongseng dan soto yang disajikan di sebelah timur tebing breksi.
Dua atau tiga jam saja tak cukup memberi rasa puas menikmati indahnya sepenggal pesan dalam kisah perang kembang.
Masih ada pesan indah lain yang tersaji dalam irisan sisi tebing lain. Naga Jawa bermahkota yang mengisahkan sang penunggu dan penjaga kesuburan.
Serta Semar, Sang Dewa tertinggi yang mengejawantah sebagai sang Pamomong. Perawat semesta.
Pesan-pesan seperti itu yang dapat menjadi suvenir atau oleh-oleh yang tak lekang oleh waktu.
Memulihkan kesegaran jiwa pun memberi inspirasi hidup Anda. Sehingga dapat lebih menghayati makna “rekreasi” yang tak hanya sekadar sukak-sukak dan hura-hura.
Jangan Lupa Dunia
Setelah puas menghisap sari madu tebing breksi, kini saatnya menikmati keindahan duniawi.
Anda bisa sekadar melakukan swafoto di sekitar tebing breksi, berfoto bersama burung hantu, atau berkeliling tebing breksi mengendarai jeep.
Tunggangan Jeep Wisata Shiva Plateau disewakan dengan tarif mulai dari Rp 270.000/pax untuk mengelilingi Tebing Breksi.
| INFO |
| Tebing breksi berlokasi di Jalan Desa Lengkong, RT 02/RW 17, Sambirejo, Kecamatan Prambanan. |
| Buka setiap Selasa-Jumat pukul 06.00-18.00 WIB dan Sabtu-Minggu pukul 06.00-19.00 WIB sementara Senin libur. |
| Harga tiket masuk Rp 10.000 per orang. |
Rasa senang itu mudah hambar lalu pudar. Tak ada salahnya bubuhi liburan Anda dengan makna kehidupan yang tak lekang oleh usia (orangtuaidaman.com)
OBYEK WISATA MENARIK LAINNYA
WISATA TANPA JAJAN ITU TIDAK GURIH
KENDARAAN KELUARGA
